Setiap kata yang terucap menunjukkan siapa dirimu. Meski hanya berupa kata, ia mampu memengaruhi nasibmu di waktu yang akan datang. Dilansir dari Business Insider, berdasarkan rekomendasi dari para ahli, berikut ini adalah kata-kata yang sebaiknya harus dihindari dan bagaimana cara menggantinya.
1. Alih-alih mengatakan Aku tidak bisa, lebih baik diganti dengan Aku tidak'.
Mengatakan tidak bisa akan lebih menghambat diri untuk berkembang dibanding dengan kata aku tidak... Sebagai contoh aku tidak makan telur lebih baik dari aku tidak bisa makan telur.
Dari kata tidak bisa sendiri menunjukkan bahwa orang tersebut benar-benar tidak bisa makan telur karena beberapa alasan seperti alergi misalnya. Sedangkan penggunaan kata tidak (melakukan) yang dimaksud pada contoh di atas adalah orang tersebut sedang tidak makan telur, bukan berarti ia tidak bisa makan telur. Dengan demikian tetap akan ada kemungkinan orang tersebut mengonsumsi telur di lain kesempatan.
2. Alih-alih mengatakan tetapi, lebih baik diganti dengan dan.
Menurut seorang profesor di Stanford, Bernard Roth, ia mengatakan bahwa penggunakan kata tapi merupakan kata yang bermaksud menghindari sesuatu dengan suatu alasan. Namun ketika menggunakan kata dan sebagai penghubung kedua kata maka otakmu akan mempertimbangkan cara lain untuk menghadapi sesuatu.
Sebagai contoh, alih-alih berkata aku ingin pergi keluar, tapi aku ada tugas yang menanti lebih baik coba diganti dengan aku ingin pergi keluar, dan aku juga punya tugas yang menanti. Pada kalimat pertama menunjukkan bahwa orang tersebut seakan ingin melakukan sesuatu tapi terhalang sesuatu yang lain. Sedangkan kalimat kedua menunjukkan bahwa orang tersebut cenderung akan mengerjakan kedua aktivitas tersebut.
3. Alih-alih mengatakan harus, lebih baik diganti dengan ingin.
Menurut Bernard Roth, alih-alih mengatakan saya harus lebih baik berkata saya ingin. Sebagai contoh kalimat saya harus makan sayur (biar kurus) lebih menunjukkan bahwa ia seakan hanya fokus pada satu alasan tertentu mengapa ia harus makan sayur. Jika alasan tersebut dihilangkan, maka orang tersebut mungkin tidak akan makan sayur.
Sedangkan saya ingin makan sayur lebih menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin mengonsumsi sayur tanpa alasan. Ini karena ia tahu manfaat sayur lebih banyak meski rasanya kurang nikmat.
4. Alih-alih mengapa, katakan apa.
Menurut Tasha Eurich, menggunakan kata apa lebih baik dari mengapa saat menghadapi situasi sulit. Contoh, mengapa acaranya jadi kacau begini? akan lebih baik jika diganti apa yang bisa saya pelajari dari sini agar jadi koreksi di acara mendatang?.
Penggunaan kata apa membuatmu lebih belajar dan mengambil hikmah dibandingkan dengan kata mengapa yang cenderung bersifat menyalahkan keadaan, diri sendiri, hingga orang lain.
5. Alih-alih mencela diri sendiri, lebih baik tetap positif terhadap diri sendiri.
Tak jarang saat berbuat suatu kesalahan sering kali mengutuk diri sendiri. Untuk beberapa orang yang mengalami hal seperti ini, berdamai dengan diri sendiri merupakan hal yang cukup sulit.
Tetap damai dengan diri sendiri meski telah membuat suatu kesalahan adalah kunci kesuksesan. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, lebih baik belajar dari kesalahan dan bangkitlah kembali.
6. Saya tidak tahu dan, lebih baik daripada hanya saya tidak tahu.
Mengakui ketidaktahuan memang lebih baik daripada pura-pura tahu jawaban. Namun hanya dengan mengatakan maaf, aku tidak tahu itu bukanlah solusi.
Harapan dari seseorang yang bertanya padamu adalah agar kamu setidaknya dapat memberikan solusi bagi si penanya. Contoh solusi yang dapat kamu berikan adalah aku tidak tahu tentang hal ini, saya coba cari tahu terlebih dahulu atau maaf saya bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan anda, mengapa tidak anda tanyakan saja kepada [seseorang]? Mungkin bisa lebih membantu saat kamu tahu ada yang lebih tepat untuk menjawabnya.
7. Daripada mengiyakan permintaan sepanjang waktu, ada kalanya tetap berani mengatakan tidak.
Orang sukses ahli dalam seni penolakan permintaan, bukan dengan sembarang cara penolakan. Bahkan menolak permintaan atasan juga diperlukan dengan alasan yang masuk akal.
Sebagai contoh, ketika atasanmu memberikan sebuah projek baru ketika kamu masih harus menyelesaikan banyak projek yang lain, Lynn Taylor merekomendasikan untuk menjawab seperti ini: Saya akan senang menjalankan projek tersebut, akan tetapi apakah ini artinya projek yang lain harus saya tunda terlebih dahulu, karena sebenarnya saya sedang menjalankan projek lain dalam waktu dekat ini. Apakah anda ingin saya menundanya terlebih dahulu?. Sebuah rekomendasi yang bagus, bukan?Jadi intinya jangan mudah mengiyakan sesuatu
8. Alih-alih mengatakan baik-baik saja, katakan sesuatu yang lebih spesifik.
Darlene Price mengatakan bahwa akan lebih bijak untuk memilih kata selain baik-baik saja dalam konteks yang profesional. Sebagai contoh saat orang lain menanyakan bagaimana kabar keberjalanan suatu projek, maka jawablah sesuai kenyataannya meski projek tersebut tidak berjalan dengan lancar dan ajukan pula solusi yang potensial untuk memperbaiki permasalahannya.
9. Daripada menggunakan bahasa yang rumit, lebih baik gunakan bahasa yang ringkas.
Memakai bahasa yang tinggi hanya agar terlihat cerdas akan menimbulkan boomerang bagi diri sendiri. Sesuai dengan penelitian tahun 2005 dalam jurnal Apllied Cognitive Psycology,dalam suatu uji coba yang meminta 35 mahasiswa Stanford untuk membaca abstrak disertasi dari dua penulis berbeda (yang mana salah satu abstraknya sudah disederhanakan bahasanya oleh penguji) dan menilai tingkat kecerdasan keduanya. Dan hasilnya, penulis yang memiliki versi abstrak yang disederhanakan dianggap lebih cerdas daripada penulis yang lain.
Demikian beberapa kata atau frasa yang sebaiknya kamu gunakan. Hal ini bukan tentang apa yang kamu katakan, tetapi yang lebih ditekankan adalah bagaimana kamu mengatakannya.
Source
- insider.com