Keberhasilan dalam pembelajaran didukung oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Di antara faktor-faktor tersebut adalah siswa, guru, kebijakan pemerintah dalam membuat kurikulum, serta dalam proses belajar seperti metode, sarana dan prasarana, media, dan pembelajaran belajar yang digunakan.
Pembelajaran tidak sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Kurangnya pembelajaran yang efektif penyebabnya bisa dari guru, anak, dan model pembelajaran. Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah discovery learning.
Discovery learning.
Penemuan pembelajaran adalah metode yang mendorong anak untuk mencapai kesimpulan atas kegiatan dan penilaian mereka sendiri dan mendukung hidup (Kaptan & Korkmaz dalam Balim, 2009). Seorang pembelajar bisa membangun pengetahuan dengan sendirinya yang berasal dari percobaan, pengalaman, atau penemuan yang dia rasakan (Joolingen, 1998).
Orang yang menggunakan penemuan dalam pembelajaran lebih mempercayai diri sendiri. Penemuan adalah cara yang tidak diketahui oleh para pembelajar itu sendiri (Bruner dalam Balim, 2009). Dalam penemuan, anak membangun pengetahuan tentang informasi dan data baru yang dikumpulkan oleh mereka dalam lingkungan pembelajaran yang eksploratif (Jong & Joolingen, Njoo dalam Balim, 2009). Pembelajaran yang melibatkan anak dalam proses kegiatan mental melalui bantuan, diskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Model pembelajaran discovery learning termasuk metode yang sangat baik untuk diterapkan.
Model pembelajaran merupakan pola atau cara yang logis, sistematis, dan mudah diaplikasikan dalam praktik pembelajaran. Senada dengan Joyce & Weil (dalam Syarifudin & Lestari, 2018), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengaplikasikan rencana-rencana proses belajar mengajar yang sudah disusun.
Dalam hal ini pendidik sebagai seorang pengajar harus menciptakan iklim belajar yang menarik, kreatif, efektif, serta melibatkan interaktif anak dalam proses pembelajaran melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat (Cahyo dalam Syarifudin & Lestari, 2018).
Karakteristik discovery learning (Castronova dalam Syarifudin & Lestari, 2018).
1. Pembelajaran aktif dan siswa harus berpartisipasi dalam hand-on dan kegiatan pemecahan masalah daripada transfer pengetahuan
2. Pembelajaran penemuan menekankan proses bukan produk akhir, sehingga mendorong penguasaan dan penerapan
3. Kelemahan model terletak pada instruksi yang mendorong siswa untuk terus mencari solusi
4.Umpan balik merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, kolaborasi, dan diskusi sehingga memungkinkan siswa mengembangkan pemahaman lebih mendalam
5. Belajar penemuan memenuhi rasa ingin tahu alami manusia dan mempromosikan pemahaman individu.
Penerapan Discovery Learning.
Model pembelajaran ini sangat baik ketika diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Pendidikan anak usia dini memiliki peranan yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut (Fauziddin dalam Pebriana, 2017). Menurut Agung Triharsono (dalam Alfitriani et al., 2018) di dalam bukunya, bahwa Jean Piaget mempunyai tahapan intelektual anak terbagi dalam kelompok-kelompoknya yang salah satunya disebut masa sensorimotor. Pada saat ini anak memiliki kemampuan berpikir ditunjukkan melalui gerakan atau perbuatan, memiliki keinginan sangat besar untuk menyentuh atau memegang. Pada masa ini anak dengan panca indranya mempunyai peran yang sangat besar. Anak pada tahapan perkembangan intelektual sensori motor belum mengerti motivasi dan senjata mereka adalah dengan tangisan. Untuk mengajar anak pada tahap sensori motor maka dapat dilakukan dengan gambar atau sesuatu yang bergerak.
Penggunaan model pembelajaran discovery learning menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan keaktifan, minat, serta kesadaran anak dalam belajar. Penyajian materi tidak secara utuh dapat merangsang anak untuk mencari tahu dan mengkonstruk pemahaman anak terhadap suatu konsep beradasarkan pengalaman belajar. Penggunaan model pembelajaran discovery learning membuat anak lebih aktif selama pembelajaran, anak lebih senang dan dapat berinteraksi dengan kelompoknya untuk bersama-sama memahami suatu fenomena.
Bruner menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kemauan untuk belajar dan ini harus digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang seharusnya membangkitkan keingintahuan dan mengarahkan anak untuk mempelajari dan menemukan pengetahuan. Belajar terjadi dengan penemuan, yang memprioritaskan refleksi, berpikir, bereksperimen, dan mengeksplorasi (Bruner dalam Balim, 2009).
Dalam pembelajaran discovery learning, guru berperan memunculkan permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan dan memandu anak dalam memecahkan permasalahan tersebut (Syarifudin & Lestari, 2018).
Manfaat Discovery Learning.
Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat, hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik, dan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir (Purnandita, Efendi, & Siswanto, 2018).
Sangat penting untuk mengembangkan pembelajaran pada anak usia dini karena pada saat itu anak-anak memiliki kemampuan untuk berpikir melalui gerakan atau tindakan, serta memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk memulai atau memegang.
Source
- https://journal.unesa.ac.id/index.php/paramasastra/article/view/2731/1756
- https://pdfs.semanticscholar.org/c92b/f85fbf5545de25f1724f22f948436f107d80.pdf
- https://telearn.archives-ouvertes.fr/hal-00197349/document
- https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/26/24
- https://jurnal.uns.ac.id/ijcee/article/view/14776
- http://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/view/185/173