Ombak tinggi yang dihasilkan oleh badai bahkan tsunami merupakan sesuatu momok bagi kehidupan manusia yang terkadang dapat menelan banyak korban jiwa. Seiring perkembangan teknologi, manusia terus berusaha untuk menemukan solusi dari terjangan ombak dahsyat yang dihasilkan oleh kedua fenomena alam tersebut, yaitu dengan tembok laut.
Negara Jepang yang berpotensi terdampak tsunami telah terus mengembangkan tembok laut melengkung (flared/ curved sea wall) yang mampu menahan terjangan ombak dahsyat yang dihasilkan oleh badai bahkan tsunami, berikut ulasannya.
source: http://www.kobelco.co.jp/english/about_kobelco/csr/environment/2012/03.html
Seperti melansir dariwww.kobelco.co.jp, ombak tinggi dapat ditahan bahkan dialihkan oleh tembok laut dengan permukaan yang melengkung buatan mereka yang terinspirasi dari pembuatan badan kapal yang mampu mencegah ombak untuk mengantam dinding kapal itu sendiri.
source: http://www.kobelco.co.jp/english/about_kobelco/csr/environment/2012/03.html
Ombak tinggi yang datang menghantam tembok laut konvensional dengan permukaan datar akan terdorong secara vertikal sehingga ombak akan mampu melewati tembok dan air laut dan memasuki daerah pemukiman penduduk. Namun, akan berbeda apabila menggunakan tembok laut dengan permukaan yang melengkung karena ombak akan diarahkan kembali ke arah laut.
source: http://www.architectureweek.com/2011/0316/news_1-3.html
Mereka juga mengatakan bahwa tembok ini dapat melemahkan momentum ombak dahsyat yang dihasilkan oleh badai topan, bahkan tsunami.Untuk menambah tingkat efektivitas dari tembok laut ini, ketinggian tembok dapat dimaksimalkan untuk menahan gelombang tsunami yang dihasilkan oleh gempa berkekuatan dahsyat.Hal ini juga didukung oleh JBA trust dalam video di kanal Youtube mereka, berikut link videonya.
https://www.youtube.com/watch?v=3yNoy4H2Z-o
So, jangan takut lagi sama ombak tinggi selama tembok laut ini ada di sekitar kalian.
Source
- http://www.kobelco.co.jp/english/about_kobelco/csr/environment/2012/03.html
- http://www.architectureweek.com/2011/0316/news_1-3.html