Menyandang predikat Kota Teraman di Dunia tentu merupakan sebuah capaian penting bagi sebuah kota. Menjadi kota paling aman saat dikomparasi dengan kota-kota lain di dunia memberikan banyak benefit/keuntungan. Baik dalam hal bisnis maupun residensial. Serta tentu saja gengsi atau citra negara di mana kota tersebut berada.
Website The Economist (yang fokus di bagian ekonomi bisnis dunia) baru-baru ini menerbitkan indeks Kota Paling Aman di Dunia. Indeks tersebut berdasarkan studi unit penelitian The Economist (disponsori perusahaan NEC) yang meliputi 57 indikator seperti keamanan digital, infrastruktur bangunan, layanan kesehatan, maupun keamanan pribadi warga kota di 60 kota yang tersebar di berbagai negara. Laporan akhir studi tersebut dimuat di website The Economist yang dapat diakses oleh publik secara gratis di sini.
Secara keseluruhan, kota Tokyo di negara Jepang dinobatkan sebagai kota teraman di dunia saat ini.
Tokyo (Sumber gambar: Agoda)
Tokyo menempati slot teratas dari studi The Economist dalam kategori keseluruhan keamanan yang dapat/harus diberikan sebuah kota. Di urutan selanjutnya ada Singapore (Singapore), Osaka (Jepang), Amsterdam (Belanda), Sydney (Australia), Toronto (Kanada), Washington D.C (Amerika Serikat), Copenhagen (Denmark) & Seoul (Korea Selatan) yang berbagi posisi dan terakhir di peringkat kesepuluh ada Melbourne dari Australia.
Dan kalau kamu penasaran ada di mana Kota Jakarta: Jakarta ada di peringkat 53. Detail lengkap dalam format PDF dapat kamu download di link ini.
Jakarta (Sumber gambar: Agoda)
Studi The Economist dalam menentukan kota teraman di dunia meliputi empat cakupan perhitungan di mana hal-hal itu merupakan aspek penting serta mendasar yang harus dimiliki sebuah kota aman.
Keamanan pribadi jelas merupakan hal penting buat warga kota. Jika masih merasa aman saat berjalan kaki di tengah malam atau berada di kendaraan umum tanpa rasa takut berlebihan akan terkena aksi kriminal, maka bisa dikatakan kalau kota tersebut aman untuk pribadi seseorang.
Keamanan infrastruktur akan menimbulkan rasa aman warga kota. Fitur kendaraan umum yang meng-cover seluruh hub/titik di kota sehingga perjalanan akan aman, cepat, dan lega adalah penting untuk dimiliki sebuah kota. Bangunan, gedung, jalan, dan jembatan kokoh serta tertata aman dari banjir, kemacetan, ataupun ambruk merupakan keamanan infrastruktur yang harus dimiliki agar kota dapat dikatakan aman.
Keamanan layanan kesehatan publik juga wajib diperhatikan sebuah kota. Warga harus dapat berobat dan dilayani kesehatannya dengan baik tanpa harus antre lama atau dipersulit aksesnya. Aturan dan penegakan aturan yang tegas soal fitur kesehatan publik (termasuk juga soal limbah dan sampah) merupakan indikator aman atau tidaknya suatu kota bagi warganya sendiri serta pendatang/pekerja pendatang dan warga negara asing yang menetap (expatriat).
Keamanan digital mungkin dirasa sepele dan tidak penting bagi warga tradisional, namun untuk sebuah kota modern keamanan digital adalah hal tidak terbantahkan. Kejahatan-kejahatan berbasis digital (penipuan lewat SMS atau email, pencurian data kartu kredit/carding dan berbagai jenis digital crimes lain) tidak boleh terjadi di sebuah kota yang aman. Keamanan infrastruktur digital harus mendapat prioritas sama seperti aspek-aspek sebelumnya oleh penyelenggara kota agar warga dapat hidup dengan aman dan nyaman.
Mulai tahun 2019 The Economist memasukkan aspek Keamanan ketahanan kota sebagai bagian penilaian. Sesuai namanya, aspek daya tahan kota dari bencana alam dan keamanan interkoneksi komunikasi selama/pasca bencana merupakan hal penting untuk dimiliki sebuah kota yang aman. Melihat aspek ini tidak heran Tokyo dan Osaka mendapat peringkat tinggi karena bagusnya kesiapan warga Jepang menghadapi bencana alam yang rutin melanda negara mereka.
Osaka (Sumber gambar: CNN)
Studi yang dilakukan The Economist ini jangan diartikan kalau kota seperti Tokyo atau Melbourne merupakan kota yang 100% aman dalam segala hal. Tidak ada hal yang pasti di dunia ini (kecuali kematian dan membayar pajak!) sehingga hasil studi yang ada bukan mengatakan kalau di Tokyo itu tidak ada kejahatan. Kejahatan selalu ada di belahan dunia mana pun. Namun indeks dan statistik kejahatan di Jepang setiap tahun memang sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara yang ada dalam survey The Economist tadi.
Bottom line: Kota-kota yang diklaim aman tidak benar-benar aman secara literal dari aksi kriminalitas maupun masalah-masalah urban lain. Hanya jumlah dan volumenya saja yang lebih sedikit dibandingkan kota-kota lain di dunia.
Semoga di masa depan kota-kota di Republik Indonesia juga dapat meraih posisi tinggi dalam hal keamanan di berbagai aspek. Semoga!