Indonesia merupakan negara dengan berbagai keanekaragaman suku bangsa dan budaya. Terdapat upacara adat atau tradisi yang berbeda pada masing-masing daerah dan tentunya memiliki ciri khas tersendiri. Salah satunya adalah upacara adat pernikahan. Sebagai negeri yang kaya budaya, wajar jika pernikahan dilakukan berdasarkan tradisi yang sudah mendarah daging. Namun, upacara dan mahar yang disarankan oleh adat daerah juga memakan biaya yang begitu besar. Beberapa di antaranya bahkan bisa memakan biaya hingga ratusan juta rupiah. Berikut adalah upacara adat pernikahan termahal di Indonesia yang dirangkum dari berbagai sumber (02/06).
1. Adat Bugis, Sulawesi Selatan.
Suku Bugis sudah dikenal sebagai pernikahan suku yang mahal karena nilai mahar yang harus diberikan yaitu emas. Tidak hanya maharnya yang mahal, proses adat yang dimiliki oleh suku Bugis pun cukup panjang dan meriah karena melibatkan seluruh orang dari keluarga kedua belah pihak hampir di setiap prosesnya. Ditambah dengan kelengkapan lainnya seperti baju pengantin, catering, dan lain-lain, total biaya pernikahan bisa mencapai ratusan juta bahkan miliaran.
Prosesi pernikahan dimulai dalam tiga acara besar, yaitu sebelum akad nikah, saat akad nikah (pesta pernikahan), dan setelah akad nikah. Seperi yang dilansirdari laman aturduit.com (10/08), masing-masing memiliki 5 tahap yang harus dilalui oleh pengantin beserta keluarganya. Adapun pengluaran terbesar yang menjadikan pernikahan adat Bugis mahal adalah uang Panaik.
Uang Panaik adalah mahar yang harus dibayarkan oleh calon mempelai pria untuk meminang calon mempelai wanita. Jumlah uang Panaik ini disesuaikan dengan beberapa faktor, yaitu garis keturunan si gadis, jenjang pendidikan, pekerjaan, bahkan ada keluarga yang menjadikan kecantikan sebagai penentu besaran Panaik. Bagi masyarakat Bugis, uang Panaik menentukan keseriusan dari calon mempelai pria dalam mendapatkan si gadis untuk diperistri.
2. Adat Minangkabau, Padang.
Suku Padang merupakan salah satu suku dengan tradisi pernikahan yang unik, di mana biasanya keluarga pihak laki-laki yang mendatangi keluarga pihak perempuan, tapi suku Padang justru melakukan hal yang sebaliknya mulai dari perkenalan kedua keluarga sampai ke proses lamaran. Tradisi pernikahan suku Padang termasuk mahal karena tidak hanya keluarga yang terlibat dalam prosesi penyambutan hari pernikahan, tapi juga warga sekitar rumah dan juga para kepala adat.
Dalam rangakaian upacara adatnya, seperti yang dilansir dari laman popbela.com, ada namanya Malam Bainai oleh mempelai perempuan, yaitu ritual unjuk kasih sayang pada para sesepuh sebelum pernikahan dengan menghias tangan perempuan dengan inai (pacar). Kemudian dilanjutkan dengan Manjapuik Marapulai, yaitu parade atau arak-arakan penjemputan pengantin pria ke tempat pernikahannya. Besaran biaya yang harus disiapkan dapat mencapai angka Rp150 juta lebih untuk upacara adat Minagkabau.
3. Adat Banjar, Kalimantan Selatan.
Suku Banjar juga memiliki tradisi pernikahan yang wajib diikuti. Sama seperti tradisi pernikahan adat lainnya, pernikahan suku Banjar juga dikenal sebagai pernikahan yang tergolong mahal karena proses pernikahan yang meriah dan cukup panjang. Pernikahan suku Banjar melibatkan banyak orang, baik dari pihak keluarga, orang sekitar tempat tinggal dan tokoh-tokoh adat.
Pengantin yang ingin menikah menggunakan upacara adat Banjar harus menyiapkan biayalebih saat memberikan maharatau dalam bahasa Banjar disebut Maatar Jujuran. Dalam adat Banjar, uang Jujuran ini nantinya digunakan untuk keperluan pesta pernikahan serta perlengkapan rumah tangga untuk digunakan oleh kedua mempelai nantinya. Jadi pada dasarnya uang Jujuran merupakan modal berumah tangga yang disediakan oleh pihak laki-laki. Karena nantinya pengantin laki-laki yang akan menjadi kepala rumah tangga.
4. Adat Batak, Sumatera Utara.
Suku Batak dikenal sebagai suku yang memiliki proses panjang yang harus dilalui sebelum pasangan menuju hari pernikahan. Seperti yang dilansir dari laman cermati.com, umumnya, proses tersebut ialah pertemuan antar keluarga yang rutin dilakukan, mulai dari proses perkenalan keluarga kedua belah pihak hingga ke acara pertunangan. Dari dari serangkaian acara tersebut hampir seluruhnya melibatkan keluarga besar.
Bagi adat Batak, pada dasarnya ada tiga hal yang harus dipenuhi oleh calon pengantin dan memakan biaya mahal. Ketiga item ini adalah Sinamot atau mahar, ulos, dan biaya pernikahan. Jika pengantin perempuan bukan dari suku Batak, maka diadakan upacara tambahan untuk pemberian marga.
5. Adat Nias.
Nias adalah salah satu daerah yang menerapkan adanya mahar untuk pernikahan. Ini memang sudah jadi adat dan kebiasaannya. Mahar yang diberikan kepada pengantin pun tak main-main, utamanya soal biaya. Biasanya, warga setempat menerapkan standar mahar setara dengan 25 ekor babi. Selayaknya kambing, babi pun punya pasaran harga yang cukup mahal, yakni mencapai 1-2 juta rupiah per ekor.
6. Adat Bali.
Bali menjadi salah satu daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Setiap proses pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali sangatlah sakral mulai dari proses pengenalan kedua keluarga sampai ke proses lamaran. Walaupun sakral proses adat pernikahan orang Bali juga terkesan mewah dan meriah.
Pernikahan adat Bali umumnya menghabiskan cukup banyak uang, di mana biasanya akan mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini disebabkan adat budaya yang turun termurun mewajibkan pengantin untuk melalui prosesi tertentu. Dalam prosesi ini dibutuhkan banyak hal, misalnya saja pakaian khusus beserta segala aksesorinya. Belum lagi sesajen yang dibutuhkan dalam prosesi pernikahan adat cukup banyak juga. Dekorasi yang menggunakan daun kelapa juga tidak murah, umumnya mencapai 10 juta rupiah.
7. Adat Sasak, Lombok.
Pernikahan khas adat Sasak bisa dikatakan unik jika dilihat dari urutan prosesinya. Hal ini karena sebelum dilakukan pernikahan calon pengantin laki-laki akan menculik calon pengantin perempuan dan dibawa ke rumah keluarganya. Tradisi ini disebut sebagai memari. Setelah itu, pihak keluarga laki-laki akan datang ke rumah keluarga perempuan untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya berada di rumah mereka. Selanjutnya kedua keluarga akan melakukan proses tawar menawar mahar dan biaya perkawinan. Bagi masyarakat Sasak, keluarga perempuan akan tersinggung jika ada laki-laki yang langsung datang tanpa menculik terlebih dahulu. Mereka menganggap tindakan seperti ini tidak menghargai anak perempuan mereka karena tawar menawar mahar tanpa menculik terkesan seperti hendak membeli anak mereka.
Adapun perhitungan jumlah mahar di masyarakat Sasak disesuaikan dengan jarak dari rumah keluarga perempuan ke keluarga laki-laki. Misalnya, berapa jembatan atau berapa masjid yang dilewati. Sehingga bagi pasangan pengantin yang berdomisili di kampung yang sama biaya maharnya lebih murah, yaitu Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Sedangkan pasangan yang berbeda kampung atau kota biaya maharnya bisa mencapai puluhan juta, tergantung jarak. Proses tawar menawar mahar ini pun melibatkan banyak pihak seperti pejabat desa atau kepala desa.
Selain jarak, perbedaan kasta atau status keturunan juga menentukan besarnya mahar. Jika pasangan berasal dari kasta berbeda, maka lebih mahal lagi maharnya. Untuk mengetahui garis keturunan ini bisa dilihat dari gelarnya yang masih digunakan hingga saat ini seperti Raden (laki-laki)/Lala (perempuan), Lalu (laki-laki)/Baiq (perempuan), Bapak, dan Amaq. Raden/ Lala adalah keturunan kasta tertinggi atau berasal dari keluarga kerajaan Sasak.
Kemudian, walaupun mahar memiliki harga, tapi tidak diberikan dalam bentuk uang melainkan sapi atau kerbau dan beras yang disimbolkan deng tali dan karung. Tali berarti sapi atau kerbau, dan karung berarti beras. Jika keluarga perempuan memberikan dua tali, artinya pihak laki-laki harus menyediakan dua ekor sapi atau kerbau sebagai mahar.