Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang sudah memasuki hari keenam. Meski masih harus bersabar berada di urutan kelima, di klasemen sementara raihan medali, namun Indonesia patut berbangga atas sumbangsih para atletnya yang berlaga di sana.
Hanya beberapa jam sejak pesta pembukaan Asian Games 2018 yang meriah, atlet Taekwondo Indonesia, Defia Rosmaniar mempersembahkan medali emas pertama untuk Indonesia. Berturut-turut setelahnya, beberapa medali baik emas, perak maupun perunggu diraih dari pelbagai cabang olahraga.
Defia bukan satu-satunya Kartini Indonesia yang berjaya di Asian Games 2018, sebab masih ada deretan Kartini-kartini lainnya yang turut membuat kita bangga sebagai warga negara Indonesia. Prestasi para wanita ini seakan mengukuhkan women empowerement yang membuat bangga semua wanita Indonesia.
Siapa saja mereka?
1. Defia Rosmaniar (Taekwondo) - Emas.
Defia, 23 tahun, kelahiran Bogor, menjadi atlet Indonesia (dan juga perempuan) pertama yang menyumbang medali emas dalam Asian Games 2018. Defia berhasil mengalahkan Marjan Salahshouri, atlet asal Iran dengan skor8.690-8.470 di nomor individu pomsae Putri.
Mahasiswi jurusan Pendidikan Kepelatihan Universitas Negeri Jakarta ini bertanding di Jakarta Convention Center, dan ditonton langsung oleh Presiden Joko Widodo, didampingi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.
2. Lindswell Kwok (Wushu) - Emas.
Lindswell Kwok menjadi perempuan kedua yang mempersembahkan medali emas (juga kedua) lewat cabang olahraga Wushu. Perempuan 26 tahun ini memenangi emas setelah berlaga di nomortaijiquan dan taijijian. Lindswell yang saat kemenangannya disaksikan secara langsung oleh Presiden Jokowi dan Menpora Imam Nahrawi ini mengaku tetap fokus adalah kunci keberhasilannya.
Sayangnya, Asian Games 2018 akan menjadi pertandingan terakhir yang ia ikuti, sebab setelah ini ia memutuskan akan pensiun sebagai atlet Wushu. Cedera pada lutut menjadi salah satu alasan Lindswell ingin pensiun, yang sebetulnya sudah lama ingin ia lakukan sejak tahun 2015. Pun begitu, Lindswell tak memungkiri jika suatu saat akan kembali lagi, namun mungkin tidak sebagai pemain.
3. Tiara Andini Prastika (Balap Sepeda Gunung) - Emas.
Dari cabang olahraga Balap Sepeda Gunung, Tiara Andini Prastika menggebrak nomor Donwhill putri dan memberikan medali emas untuk Indonesia. Tiara menjadi pesepada tercepat dengan waktu 2 menit 33,056 detik, mengalahkan lawannya Vipavee Deekabalies, dari Thailand.
Tiara yang masih berusia 21 tahun ini berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Ia mulai menekuni balap sepeda gunung sejak tahun 2012. Berawal dari olahraga road bike yang ia tekuni, atas bujukan temannya, akhirnya Tiara banting setir ke balap sepeda gunung, khususnya di Woman Elite, yang paling bergengsi untuk nomor Downhill.
4. Nining Porwaningsih(Balap Sepeda Gunung) - Perunggu.
Rekan Tiara Andini, yaitu Nining Porwaningsih juga berhasil meraih medali perunggu di cabang olahraga Balap Sepeda Gunung, nomor Downhill putri. Nining meraihnya dengan kecepatan waktu 2 menit42,664 detik. Nining yang berusia 23 tahun menduduki rangking 48 dunia.
Nining bersama rekannya sesama atlet Sepeda Gunung, Tiara Andiri dan Khoiful Mukhib, ditelepon langsung oleh Presiden Joko Widodo setelah menorehkan prestasinya di Subang dalam ajang Asian Games 2018. Presiden Joko Widodo memberikan ucapan selamat kepada mereka bertiga.
5. Sri Wahyuni (Angkat Besi) - Perak.
Wanita kelahiran Bandung tahun 1994 ini menyumbang medali perak dari cabang olahraga Angkat Besi putri 48 kg. Yuni meraih total angkat beban seberat 195 kg, hanya terpaut 4 kg saja dari peraih medali emas, Ri Song Gum, asal Korea.
Yuni sempat merasa kecewa dan menangis sebab tak mampu mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. Ia meminta maaf kepada seluruh pendukung dan rakyat Indonesia sebab belum bisa memberikan yang terbaik. Untuk ke depannya, Yuni siap tampil kembali dengan lebih maksimal untuk berlaga di Olimpiade 2020.
6. Tim beregu putri Bulutangkis - Perunggu.
Hanya bertahan hingga semifinal, Bulutangkis beregu putri harus puas dengan meraih Medali Perunggu bersama Thailand. Meski kemenangan sempat dibuka oleh Gregoria Mariska Tunjung di tunggal pertama melawan Akane Yamaguchi dari Jepang, sebaliknya, tim ganda putri yang diwakili Greysia Pollu dan Apriani Rahayu mesti tunduk kepada pasanganYuki Fukushima/Sayaka Hirota, juga dari Jepang.
Di partai ketiga, pebulutangkis tunggal, Fitriani, juga bertekuk lutut kepada Nozomi Okuhara. Partai keempat, pasangan ganda putri, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta juga harus mengakui keunggulan pasangan asal Jepang,Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi. Berhentilah langkah tim bulutangkis beregu putri.
Meskipun demikian, torehan prestasi tim beregu putri ini tetap patut diacungi jempol.
7. Akurasi Beregu Paragliding Putri - Perak.
Lis Andriana, Ike Ayu Wulandari, dan Rika Wijayanti dengan bangga memberikan perolehan medali perak dari cabang olahraga Paragliding beregu putri, pada nomor "Women's Team Accuracy". Selain beregu putri, tim beregu putra pun memenangi medali emas, di nomor Men's Team Accuracy.
Lis Andriana, asal Kutai Barat adalah atlet paralayang yang pernah mengantongi juara dunia di tahun 2013. Meski mengaku pernah menderita phobia ketinggian, namun kesungguhan Lis untuk tekun berlatih berkali-kali membuahkan hasil.
Ike Ayu Wulandari, kelahiran 1995 di Batu Malang ini menekuni paralayang sejak tahun 2011. Tak kurang dari sembilan negara yang pernah ia kunjungi untuk mengikuti kejuaraan Paralayang; yaituAustralia, Slovenia, Thailand, Malaysia, Kazakhstan dan sebagainya.
Rika Wijayanti, berusia 23 tahun juga berasal dari kota Batu, Malang. Ia menekuni Paralayang sejak usia 16 tahun, mengikuti jejak kakak lelakinya, Joni Effendi, yang juga atlet paralayang profesional.Di tahun 2017 lalu, Rika berhasil menjadi juaradunia di nomor ketepatanmendarat.
8. Yayah Rokayah dan Julianti (Dayung) - Perunggu.
Setelah sumbangan medali perak dari tim dayung putra, akhirnya tim dayung ganda putri berhasil mempersembangkan medali perunggu. Tim ini diperkuat oleh Yayah Rokayah dan Julianti dengan perolehan waktu8:03:95. Mereka kalah dari Vietnam yang meraih waktu7:29.34
9. Rika Wijayanti (Paralayang Individual Putri) - Perunggu.
Selain bergabung di tim beregu putri paralayang, Rika Wijayanti juga berhasil meraih medali perunggu untuk nomor ketepatan mendarat putri.
10. Aries Susanti Rahayu (Panjat Tebing) - Emas.
Perempuan asal Grobogan, Jawa Tengah ini dijuluki sebagai Spiderwoman dari Indonesia. Ia berhasil menorehkan sejarah sebagai manusia tercepat di dunia, di ajang kejuaraan dunia IFSC China bulan Mei tahun 2018. Ia berhasil mengalahkan atlet panjat tebing asal Rusia, Elena Timofeeva, dengan catatan waktu 7,51 detik.
Di Asian Games 2018, Aries berhasil menggondol medali emas dengan catatan waktu 7.61 detik. Aries mengaku bangga dan menyatakan bahwa mendapat medali emas di negeri sendiri memiliki nilai gengsi tersendiri.
11. Puji Lestari (Panjat Tebing) - Perak.
Dikalahkan rekannya sendiri Aries Susanti, Puji Lestari harus puas membawa pulang medali perak di cabang olahraga panjat tebing putri di Palembang. Ia meraih perolehan waktu 7,84 detik. Menekuni panjat tebing sejak 2009, Puji merupakan lulusan Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta.
Demikianlah daftar para Kartini Indonesia yang sudah berhasil mengharumkan nama negara dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya di ajang Asian Games 2018. Semoga akan lebih banyak lagi atlet-atlet berikutnya, menyumbang lebih banyak medali untuk Indonesia.
Go Indonesia!
Source
- thumbnail is taken from https://www.merdeka.com/foto/olahraga/1004926/20180823204618-tangis-bahagia-atlet-panjat-tebing-susanti-rahayu-pecah-usai-raih-emas-asian-games-001-debby-restu-utomo.html