Jepang adalah negara yang super disiplin dan giat bekerja. Banyak pekerja Jepang yang bekerja hingga dua belas jam atau lebih per hari di beberapa industri, meski pada kontrak kerja kesepakatan waktu kerja mereka sebetulnya hanya delapan jam sehari. Ironisnya, para pekerja itu tidak mendapat uang lembur atas jam kerja yang berlebihan itu. Kemudian selepas jam bekerja yang panjang itu usai, para pekerja biasanya tidak langsung pulang. Tapi mereka pergi makan atau minum-minum bir dengan rekan kerja atau atasan mereka demi mempererat koneksi dalam dunia kerja. Hal ini membuat orang Jepang kian kekurangan waktu istirahat.
Pada bulan November tahun lalu, Kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan melakukan survei pada 6.500 orang pria dan wanita berumur di atas 20 tahun terkait gaya hidup seperti waktu tidur dalam sehari. Hasil dari survei itu menunjukkan bahwa dari semua responden, ada 36% pria dan 42% wanita yang tidur kurang dari enam jam. Sementara persentase responden yang berumur 40 hingga 49 tahun yang tidur kurang dari enam jam mencapai 50%.
Tidur kurang dari enam jam per hari sudah sangat melelahkan dan berbahaya. Namun ternyata masih ada responden yang tidur kurang dari lima jam sehari. Hasil survei tersebut terus menunjukkan angka-angka yang lebih mengerikan lagi. Tercatat sekitar 7% responden pria tidur kurang dari lima jam sehari. Sedangkan dari responden wanita terkumpul angka 9%. Selain itu, 20% responden mengaku mengalami kesulitan mendapatkan waktu tidur yang cukup. Responden berumur 40 tahun ke atas juga mengakui hal yang serupa hingga terkumpul angka 30% dari mereka.
Karena angka-angka ini terus mengalami kenaikan sejak survei yang diadakan sepuluh tahun lalu, Kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan terus menghimbau warga Jepang untuk memotong waktu kerja, membagi pekerjaan rumah dengan anggota keluarga yang lain agar mendapatkan waktu tidur yang cukup. Jika hal ini dilakukan, maka berbagai macam risiko yang dapat terjadi karena kekurangan tidur seperti gangguan mental, obesitas, dan hipertensi dapat dicegah. Dan yang pasti karoshi, kematian yang dikarenakan kelelahan bekerja, tidak akan menjadi aib lagi bagi Jepang.
Disiplin dan giat bekerja itu memang baik, tapi jangan sampai mengorbankan kesehatan, ya! Dan untuk kamu yang berniat bekerja di Jepang, siapkah kamu dengan budaya kerja yang keras ini?
Source
- NHK WEB EASY https://www3.nhk.or.jp/news/easy/k10011625431000/k10011625431000.html