Melimpahnya aplikasi kencan online saat ini membuat banyak orang penasaran untuk mencobanya. Mulai dari alasan iseng sampai memang karena sudah putus asa mencari jodoh di dunia nyata. Dari hasil coba-coba tersebut, bahkan tak sedikit ada yang sampai menuju pernikahan.
Online dating merupakan sistem yang memungkinkanmu untuk berkenalan dengan orang lain melalui internet. Sebuah penelitian pada tahun 2017 yang dilakukan oleh dailysocial.id yang bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform terhadap 1019 responden, menunjukkan kalau sebanyak 58,88% laki-laki dan 41,12% perempuan menggunakan aplikasi kencan. Selain itu sebanyak 37,83% sudah menikah dan 33,24% masih sendiri atau belum memiliki pasangan.
Mengutip dari wolipop, seperti misalnya yang terjadi pada Jane dan Reza yang bertemu pada aplikasi Tinder pada tahun 2014. Jane menceritakan kalau saat itu dirinya baru putus dari mantan pacar. Saat itu sebenarnya ia hanya iseng untuk mencari teman, namun siapa sangka dirinya malah bertemu dengan suaminya saat ini. Sebenarnya Jane sudah mengenal Reza di dunia nyata sebelumnya karena dikenalkan oleh salah seorang temannya, namun hanya sepintas saja dan tidak berlanjut komunikasi. Namun setelah men-download Tinder, mereka kemudian "bertemu" kembali dan akhirnya memutuskan untuk menikah pada tahun 2018.
Namun masih banyak orang di luar sana yang nasibnya tidak seberuntung Jane dan Reza yang memiliki akhir bahagia. Ternyata banyak pula orang yang tertipu melalui aplikasi kencan online. Berikut adalah beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari online dating.
1. Rentan terhadap catfishing atau penipuan.
Catfishing merupakan sebuah teknik menipu yang dilakukan oleh orang lain di dunia maya. Biasanya pelaku berpura-pura menjadi orang lain dengan cara menggunakan foto atau identitas orang lain untuk menarik perhatian. Tak jarang pelaku bahkan membuat akun media sosial fiktif yang menggunakan nama, foto, serta keterangan palsu.
2. Ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
"Eh ni orang cakep deh, ajak ketemu ah". Lalu setelah ketemu, "Ih, kok beda sih sama yang di foto? Lo mau nipu ya?" Tak jarang kata-kata tersebut terlontar dari orang yang sudah bertemu dengan "teman" dunia mayanya.
3. Malu dengan stigma dari orang lain terhadap online dating.
Stigma yang diberikan oleh masyarakat seperti "nggak laku", "caper", atau bahkan "gak punya harga diri" tentu saja membuat individu tersebut "malu" untuk mengakui kalau dirinya menggunakan aplikasi kencan online untuk menemukan pasangan.
4. Rentan terjadi ghosting.
Ghosting merupakan keadaan di mana seseorang memutuskan suatu hubungan dengan cara menghentikan komunikasi secara tiba-tiba. Biasanya ghosting sering terjadi pada individu yang sudah merasa nyaman dengan "teman dunia mayanya" namun kemudian ditinggal secara tiba-tiba.
5. Kurangnya interaksi.
Mungkin karena aplikasi kencan online hanya dapat memberikan pesan singkat, hal inilah yang membuat para "pasangan" menjadi kurang dapat berinteraksi. Meskipun demikian, banyak dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk "pindah" aplikasi (Line, instagram, dan lainnya) dan bahkan memberikan nomor telepon agar dapat berkomunikasi lebih lanjut.
Keputusan untuk melakukan online dating tentu saja sepenuhnya ada pada dirimu. Namun kamu juga harus lebih hati-hati dalam mencari pasangan di dunia maya, salah-salah kamu bisa jadi korban penipuan.
Source
- https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-survei-aplikasi-perjodohan-2017
- https://wolipop.detik.com/love/d-4823539/kisah-manis-mereka-yang-bertemu-jodoh-lewat-aplikasi-online
- https://www.instagram.com/p/B8iHq62AfCw/?utm_source=ig_web_copy_link