Lagu anak memiliki peran penting dalam hal membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Bagi anak-anak, musik dan bahasa yang terdapat dalam lagu berpengaruh tidak hanya pada kecerdasan berpikir (IQ) saja, namun juga kecerdasan emosi (EQ). Dalam hal hubungan orang tua dan anak, lagu sebagai alat bantu merupakan sebuah media pembawa pesan komunikasi yang paling mudah dan efektif antar mereka.
Namun apa jadinya jika kemudian lagu-lagu yang beredar luas dan dikonsumsi oleh anak-anak saat ini dipenuhi lagu-lagu orang dewasa, mulai dari genre pop sampai dengan genre dangdut. Anak-anak sekarang lebih mengenal dan fasih menyanyikan lagu-lagu orang dewasa dibandingkan lagu-lagu anak semacam Bintang Kecil, Balonku Ada Lima, Aku Seorang Kapiten,dan Topiku Bundar yang melegenda itu.
Lalu, sebenarnya apa saja kriteria lagu anak agar dapat dianggap baik? Lagu anak dianggap baik bila memiliki 3 unsur utama, yaitu bahasa nada, bahasa emosi, dan bahasa gerak. Sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir anak, dan dapat menyalurkan emosinya serta kemampuan aspek sosial dan kebudayaan melalui bahasa yang baik dan benar.Di samping itu lagu anak harus mengandung unsur edukasi dan pesan luhur yang disampaikan dalam bahasa anak-anak yang mudah dipahami.
Tema lagu anak dapat mengambil inspirasi dari pengamatan terhadap perilaku anak-anak, pengalaman masa kecil kita sendiri atau pesan pendidikan dari guru dan orang tua. Hal inilah yang menyebabkan lagu anak-anak berbeda dengan lagu untuk orang dewasa pada pikiran, perasaan, dan perilaku. Sayangnya, banyak pencipta lagu anak-anak tidak mengetahui konsep ini dalam menciptakan lagu anak-anak. Lagu anak sekarang kebanyakan sumber penciptaan lagunya lahir dari dorongan komersial yang hasilnya berupa komoditas yang laku dijual. Sehingga lagu anak di era modern ini umumnya bersifat kreatif dengan unsur-unsur musikal dan resep industri, akibatnya justru malah melenceng dari kaidah lagu anak yang baik.
Lagu anakterdiri dari musik dan bahasayang baik memang mutlak diperlukan sebagai media sosialisasi sekaligus berperan dalam pembentukan identitas anak. Bagi orang tua, musik sebagai bagian dari lagu dapat dipergunakan untuk pendidikan dan alat mempertajam kecerdasan bahkan sejak seorang anak masih dalam kandungan. Karena musik mempunyai keseimbangan 3 unsur, yakni beat, ritme, dan harmoni. Di samping itu musik mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Hasil penelitian menyatakan bahwa sampai usia 6 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80% dengan musik. Kecerdasan emosional dan intelegensi serta tingkat kedisiplinan lebih berkembang pada anak yang sering mendengarkan musik dibandingkan dengan yang tidak. Melalui bahasa yang ada dalam lagu, orang tua dapat memperkenalkan inti komunikasi dan hubungan sosial kepada anak dengan cara mendukung serta mendorong anak untuk mengembangkan keterampilan berbahasa.
Berkaitan dengan dampak lagu bagi anak-anak, di Amerika Serikat pernah dilakukan studi mengenai dampak lagu terhadap perilaku anak-anak. Hasilnya lagu-lagu populer dari berbagai jenis musik, seperti rap, country, hip-hop, musik pop, serta rock memberi pengaruh buruk terkait dengan lirik lagu. Meski belum ada penelitian serupa di Indonesia, namun karena kurangnya lagu anak di dunia hiburan, cukup banyak lagu orang dewasa yang dihafal anak-anak. Padahal tidak sedikit dari lagu tersebut yang memiliki lirik lagu dengan kata-kata yang belum pantas dijadikan perbendaharaan kata anak-anak.
Berikut ini adalah sedikit upaya yang dapat dilakukan untuk dapat membangkitkan blantika lagu anak di Indonesia di tengah kelesuan. Meski terdengar idealis dan sulit untuk dilaksanakan, namun tidak ada salahnya mulai untuk dilakukan agar lagu anak Indonesia tidak benar-benar hilang dari peredaran.
Pertama, memperkenalkan kembali musik anak-anak yang baik kepada generasi Indonesia merupakan tugas bersama antara guru, orang tua dan pemerintah yang dapat dilakuan melalui sosialisasi tentang pengertian musik dan lagu anak-anak yang baik agar mengetahui bagaimana memilih lagu anak-anak yang bagus. Misalnya melalui penataran terhadap guru-guru TK se-Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh pencipta lagu anak legendaris, AT Mahmud.
Kedua, kepedulian dari industri musik, terutama major label untuk lebih memperhatikan kebutuhan musik di kalangan anak-anak, baik dalam permasalahan produksi, pemasaran maupun kualitasnya. Untuk yang satu ini, Sony Music Indonesia melakukannya dengan merekam 230 judul lagu anak ciptaan AT Mahmud dalam bentuk kaset dan CD.
Ketiga, peran dan tanggung jawab sosial industri media, terutama televisi untuk memperbanyak program tayangan bagi anak yang benar-benar berunsur pendidikan, termasuk tayangan lagu anak. Saat ini berdasar data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), tayangan anak yang edukatif hanya 0,07% dari keseluruhan tayangan yang ada.
Keempat, pekerja seni, dalam hal ini pencipta lagu khususnya lagu-lagu anak untuk mengedepankan idealisme dibanding dorongan komersialisasi dalam karya-karyanya. Ada beberapa contoh lagu Indonesia yang ditujukan untuk kalangan dewasa tetapi mengandung unsur edukasi bagi anak-anak, antara lain: Yang Terbaik Bagimu (Ada Band feat Gita Gutawa), Bunda dan Kupu-kupu (Melly Goeslaw).
Kelima, para arranger musik Indonesia, semisal Erwin Gutawa dapat mencoba untuk mengaransemen ulang lagu-lagu anak zaman dulu dengan kreativitas musik masa kini sehingga lebih dapat dinikmati, atau istilahnya melakukan repackage.