Malala Yousafzai, begitu namanya dikenal banyak orang sebagai penerima Nobel Perdamaian termuda pada tahun 2014. Namun di balik itu semua, terdapat hal menarik pada Malala, yaitu ia mempertaruhkan nyawanya demi hak anak perempuan untuk dapat berpendidikan.
Faktanya, di seluruh dunia ada lima puluh tujuh juta anak-anak yang tidak bersekolah di sekolah dasar, 32 juta dari mereka adalah perempuan. Sayangnya di negara Malala sendiri di Pakistan adalah salah satu tempat terburuk, yaitu 5,1 juta anak-anak tidak pergi ke sekolah dasar meskipun dalam konstitusi tertulis setiap anak memiliki hak itu. Negara Pakistan memiliki hampir lima puluh juta orang dewasa yang buta huruf, dua pertiga di antaranya adalah wanita, seperti ibu Malala sendiri (Yousafzai & Lamb, 2013).
Keberaniannya yang tak terkalahkan!
Malala adalah seorang gadis biasa yang pada saat itu mengalami pelarangan sekolah untuk kaum perempuan. Memang kala itu ada larangan sekolah untuk perempuan oleh Taliban di bawah pimpinan Maulana Fazlullah. Oleh karena itu, Malala menyerukan ketidaksetujuannya melalui radio. Ia berkata, Berani-beraninya Taliban merampas hak Malala atas pendidikan!
Keberaniannya untuk memperjuangkan hak perempuan merupakan pengaruh menonjol dari Malala karena tidak banyak gadis yang berperilaku seberani dirinya untuk mempertaruhkan nyawa demi memperjuangkan haknya, sehingga hal ini pantas untuk dianalisa lebih lanjut. Tak hanya itu, Malala juga mengkritik masa pemerintahan Taliban dengan menuliskan bagaimana kondisi hidupnya selama Taliban berkuasa, serta berani mengemukakan protes ketidaksetujuannya atas larangan sekolah bagi perempuan melalui blog yang ditulisnya dengan nama samaran. Namun dari aksi protesnya tersebut malah membawa Malala pada suatu musibah. Malala ditembak oleh Taliban dua kali, di kepala dan leher.
Betapa kerasnya hidup Malala saat itu. Beruntung, mukjizat ada yang berhasil hingga ia berhasil selamat dari maut tersebut. Menurut pimpinan Taliban, Malala yang ditembak bukan karena ia menyeret hak atas pendidikan, tetapi karena berpikirnya yang terlalu kritis terhadap segala peraturan yang ditetapkan Taliban saat itu. Nyatanya, gadis ini menjelaskan bahwa ia menentang larangan Taliban bukan karena pemerintah, tetapi memang seluruh manusia harus memiliki hak untuk mengenyam pendidikan yang bisa dilakukan. Meski begitu, apa yang telah dilakukan Taliban menjadikan kampanye pendidikan Malala menjadi global dan dukungan besar-besaran pun mengalir bagi Malala.
Malala mendirikan lembaga amal Malala Dana dengan bantuan. Sekarang lembaga tersebut memberdayakan anak perempuan untuk mengolah potensi diri sehingga mampu mencapai kepemimpinan yang kuat bagi negara. Proyek pendidikan dari Malala tersebar di enam negara dan bekerja sama dengan para pemimpin dunia.
Source
- Daniel, H, T. (2014, Oktober 13). ?I Am Malala,? Kisah Luar Biasa si Penerima Nobel Perdamaian Itu. Kompasiana. Diakses dari https://www.kompasiana.com/danielht/54f4266d745513a32b6c8745/i-am-malala-kisah-luar-biasa-si-penerima-nobel-perdamaian-itu.
- Yousafzai, M. & Lamb, C. (2013). I Am Malala: The Story of the Girl Who Stood Up for Education and was Shot by the Taliban. Weidwnfield: Swat.