Piala Uber 2008 adalah tahun terbaik bagi bulu tangkis Indonesia. Berawal dari tim yang tak diunggulkan, mereka sukses menjelma menjadi tim kuda hitam hingga akhirnya mencapai partai puncak Piala Uber 2008. Sayangnya, impian mereka untuk meraih Piala Uber mulai pupus setelah mengalami kalah telak oleh Cina dengan skor 3-0. Walaupun Indonesia harus kembali puasa gelar sejak 1996, perjuangan mereka patut diapresiasi dan layak mendapat pujian karena mereka sudah lama tidak menginjakkan kaki di Final sejak 1998.
Berbicara tentang pemainnya, sebagian pemain Piala Uber 2008 ada yang sudah gantung raket. Namun tidak sedikit pula ada yang masih aktif bermain hingga kini. Selain itu, ada juga pemain yang tidak ada kabarnya sama sekali atau hilang bak ditelan bumi.
Walaupun mereka sudah berpisah selama beberapa tahun, kehadirannya layak untuk dirindukan apalagi tim Uber Indonesia kini lebih mengalami fase naik-turun di mana mereka sering tampil inkonsisten. Semoga saja skuat Uber 2008 ada generasi penerusnya di kemudian hari.
Biar lebih dekat dengan mereka, berikut ini adalah 10 pemain jebolan Uber 2008 yang bikin kamu rindu akan permainannya.
1. Maria Kristin Yulianti.
Foto: juara.bolasport.com
Sebagian penonton mungkin lebih mengenang kekalahan mengejutkan Maria atas Eriko Hirose di babak penyisihan grup. Sejatinya, Maria diunggulkan untuk menang mudah sekaligus membuka poin untuk Indonesia. Namun apa daya performa Maria seperti menunjukkan tanda-tanda penurunan usai digilas Eriko Hirose lewat rubber game.
Lupakan sejenak tentang performa buruknya, sang ratu rubber game ini memang terkenal dengan smash-nya yang mematikan. Di samping itu, keberhasilannya meraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 adalah prestasi terbaik sepanjang kariernya. Meskipun tak diunggulkan, kehadiran Maria seolah membuktikan bahwa eksistensi tunggal putri belum habis.
Salah satu momen terbaik Maria adalah saat berhasil mengalahkan Lu Lan pebulutangkis tunggal putri Cina yang saat itu paling ditakuti pada era 2000-an. Wow, jadi rindu sama permainannya!
Usai tampil gemilang di Olimpiade, karier Maria nyaris tak terdengar lagi. Puncaknya adalah ketika dia mengalami cedera engkel di penghujung 2012 di mana dia terpaksa harus mengakhiri kariernya secara cepat.
Sempat bekerja sebagai asisten pelatih di PB Djarum Kudus, Maria kini fokus untuk berkeluarga sekaligus merawat anaknya.
2. Adriyanti Firdasari.
Foto: www.rimma.co
Medali Emas Sea Games 2005 Filipina mungkin menjadi satu-satunya pencapaian Adriyanti Firdasari dalam kariernya. Dikenal sebagai spesialis penakluk pemain unggulan, pemain ini sempat menghebohkan dunia tatkala berhasil mengalahkan Wong Mew Choo, pebulutangkis tunggal putri terbaik Malaysia yang kelak menjadi istri Lee Chong Wei. Uniknya, dia datang sebagai pemain non-unggulan dan justru tidak diunggulkan oleh berbagai pihak.
Tidak selamanya Firdasari mampu tampil brilian di lapangan, dia pernah mengalami cedera engkel yang mematikan pada 2015 silam. Hal ini membuatnya terpaksa untuk pensiun dini setelah mengarungi karier profesionalnya selama 20 tahun.
Walaupun sudah tidak aktif sebagai pemain, Firdasari kini tidak bisa lepas dari dunia bulu tangkis. Dia terpilih sebagai pelatih di PB Jaya Raya. Di samping itu, dia mulai merambah dunia entrepreneurdengan meluncurkan produkfashionhijabnya dengan nama By. Dya. Tidak sendirian, dia mengajak adiknya Lidya Praditta untuk ikut mengembangkan hijab ke pasar nasional maupun Internasional. Semoga kariernya sukses terus, ya!
3. Pia Zebadiah Bernadet.
Foto: www.satuharapan.com
Adik kandung dari Markis Kido ini sebelumnya pernah bermain di Tunggal Putri. Performanya yang paling dikenang adalah ketika dia sukses menjadi penentu kemenangan Indonesia kala berjumpa pebulutangkis negara lain dengan skornya selalu berakhir dengan straight game. Uniknya, dia lebih akrab dengan pemain tim kuda hitam sehingga jarang sekali diturunkan saat menghadapi unggulan pebulutangkis dunia selama bertanding di Piala Uber 2008.
Seakan tak puas di sektor tunggal putri yang berujung nol gelar, Pia mencoba untuk bermain di sektor ganda putri dan ganda campuran secara bersamaan. Siapa sangka, dia berhasil mengawinkan gelar Vietnam International 2012 saat bermain di dua sektor tersebut dengan pasangan yang berbeda-beda, yaitu Hafiz Faisal di ganda campuran dan Rizki Amelia Pradipta di ganda putri.
Pencapaian impresifnya selama bertanding di Vietnam International 2012 mulai terulang lagi di Vietnam Open 2012 dengan raihan yang sama. Khusus ganda campuran, tandemnya adalah kakaknya sendiri yaitu Markis Kido. Hal ini membuat mereka menjadi pasangan kakak beradik pertama Indonesia yang meraih gelar sepanjang sejarah bulu tangkis Indonesia di ajang BWF Grand Prix. Wow,sibling goalnih namanya!
Sempat menyatakan pensiun pada 2016 usai menikahi Nova Ferdian, Pia memutuskan comeback di dunia bulu tangkis pada penghujung tahun 2018. Kali ini dia tidak bertanding sebagai pemain Pelatnas melainkan sudah berganti status sebagai pemain profesional. Prestasi terbaiknya adalah ketika dia membawa timnya Hyderabad Hunters menjadi juaraIndia Premier Badminton League 2018. Hal ini membuktikan bahwa Pia bisa tampil impresif meski baru melahirkan anak beberapa tahun yang lalu.
4. Fransisca Ratnasari.
Foto: www.pbdjarum.org
Dalam setiap ajang Piala Uber 2008 berlangsung, pemain yang akrab disapa Nana inicukup jarang dimainkan. Walaupun harus puas berada di bangku cadangan, Nana tetap meraih medali perak bersama Indonesia.
Di balik itu semua, performanya di ajangSuperseriesjustru tak kalah mengkilap. Salah satu momen terbaiknya adalah ketika dia pernah menjungkalkan Tai Tzu Ying yang kala itu namanya belum tenar seperti sekarang di partai puncak Vietnam Open 2009. Selain itu, dia pernah membuat kejutan dengan mengalahkan Maria Kristin Yulianti di ajang White Nights 2011 di mana dia tampil angin-anginan demi meraih gelar juara terakhirnya. Setelah itu, dia mendeklarasi dirinya sebagai pemain profesional.
Kini Nana lebih disibukkan dengan kegiatan akademisnya yaitu kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta jurusan Sastra Inggris. Di luar itu, dia sekarang beraktivitas di berbagai kegiatan seperti mengajar kursus bulu tangkis untuk umum, serta berbisnis fotokopi di kediamannya sebagai jaminan masa depan.
5. Vita Marissa.
Foto: www.viva.co.id
Pebulutangkis yang terkenal dengan rambut cepak ini pernah ditakuti di masanya. Saat berduet dengan Liliyana Natsir,smashnya dengan gaya melengkung dan pergerakannya yang lincah sering kali membuat pusing pemain lawan sampai-sampai mereka semua dibabat habis tanpa ampun oleh duo srikandi ini.
Namun sayangnya, gaya permainan mereka belum bisa membendung pertahanan kokoh Yang Wei/Zhang Jiewen sang peraih emas ganda putri Olimpiade Athena 2004. Mereka harus mengakui keunggulan pasangan China tersebut dengan skor rubber game. Walaupun sempat mencuri poin di set kedua, tanda-tanda kebangkitan mereka terasa ambyar akibat dibombardir oleh Wei/Jiewen secara sadis.
Pada momen ini, Vita sampai meneteskan air mata. Dia tidak hanya kecewa atas kekalahan dari Wei/Jiewen yang tampil beringas sepanjang pertandingan berlangsung, melainkan dia merasa gagal membawa Indonesia tampil di atas angin seperti pertandingan sebelumnya.
Setelah malang-melintang sebagai pemain, Vita kini nyaman berada di staf kepelatihan dengan menjabat sebagai asisten pelatih ganda campuran PBSI. Lebih hebatnya lagi dia membantu pekerjaan Nova Widianto yang notabene mantan tandemnya di ganda campuran. Wah, reuni kecil-kecilan nih ceritanya!
6. Liliyana Natsir.
Foto: www.jawapos.com
Kalau kamu ingat nama peraih emas Olimpiade Rio 2016, kamu tentu familiar dong sama Liliyana Natsir! Jauh sebelum tenar di ganda campuran, pemain yang kerap disapa Butet ini sempat memperkuat ganda putri bersama Vita Marissa. Hasilnya justru tidak mengecewakan. Raihan seperti Juara Indonesia Open 2008 dan Medali emas Sea Games 2007 adalah bukti kehebatan dia sebagai ganda putri nomor satu se-Indonesia pada dekade 2000-an.
Gelar prestasinya justru didapatkan pada saat bermain di ganda campuran dengan pasangan yang berbeda. Saat berpasangan dengan Nova Widianto, Butet sempat meraih perak di Olimpiade Beijing 2008 usai dikalahkan oleh Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung.
Seakan kurang puas pencapaiannya di Olimpiade, dia akhirnya naik podium bersama Tontwi Ahmad setelah mengandaskan perlawanan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di Final Olimpiade Rio 2016. Menariknya, laga ini justru menjadi tonggak kebangkitan Butet dalam meraih emas usai beberapa kali gagal di Olimpiade.
Setelah melakoni laga terakhirnya di Indonesia Masters 2019, Butet kini fokus pada dua bisnis yang sudah dikembangkannya sejak lama yaitu refleksi dan properti. Untungnya, kedua usaha tersebut berjalan lancar hingga saat ini.
Selain mantap berbisnis, Butet juga terpilih menjadi salah satu atlet yang diangkat sebagai PNS Kemenpora lewat jalur prestasi. Wah, luar biasa sekali ya karier Butet!
7. Greysia Polii.
Foto: sindomanado.com
Dibandingkan dengan rekan seperjuangannya yang sudah pensiun terlebih dahulu, Greysia Polii masih aktif bermain hingga saat ini. Harus diakui, daya juangnya memang patut diteladani mengingat performanya tak pernah luntur meski umurnya sudah beranjak kepala tiga.
Terkait gaya permainannya, dia memang kreatif dalam mengetahui setiap pergerakan musuh. Hal ini dibuktikan saat dia sukses memberikan umpan kepada rekannya untuk menghasilkan pukulan yang sempurna. Hasilnya adalah semua lawan-lawannya pun takluk berkat kecerdikan Greysia yang suka memanfaatkan celah pertahanan lawan demi meraih kemenangan. Cerdas banget!
Saat berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari, dia berhasil meraih medali emas Asian Games 2014 untuk pertama kalinya sepanjang karier bulutangkis. Sebelum berprestasi, dia sempat mengalahkan ganda putri unggulan dunia antara lain Tian Qing/ Zhao Yunlei dan Misaki Matsutomo/ Ayaka Takahashi.
Kini bersama Apriyani Rahayu, dia masih terus berjuang dalam memperebutkan tiket Olimpiade Tokyo 2020 di mana dia bercokol di peringkat 8 yang posisinya masih terbilang aman.
8. Jo Novita.
Foto: www.badmintonindonesia.org
Namanya mulai mencuat saat meraih medali emas Sea Games 2003 Ganda Putri bersama Lita Nurlita. Selain itu, dia pernah bertandem dengan Greysia Polii di mana mereka pernah mencatatkan kemenangan fenomenal atas Lee Kyung-won/Lee Hyo-jung. Uniknya, mereka seolah dilanda keberuntungan pasca lawannya mundur akibat cedera.
Mengenai keberadaannya, Jo kini bermukim di Kanada pada tahun 2009. Semenjak tinggal di Kanada itulah dia mulai aktif mendirikan Pusat Badminton ClearOne sekaligus pelatih. Dengan usahanya yang semakin berkembang pesat, dia berharap dapat melahirkan pebulutangkis handal dari benua Amerika di masa depan.
9. Rani Mundiasti.
Foto: twitter.com/@mundiasti
Berbekal dari pengalamannya selama juara Dutch Open 2006, Rani diharapkan dapat menggebrak pertahanan pemain lawan, tetapi sayangnya keberadaannya tidak dilirik oleh pelatih sehingga dia hanya bisa menyaksikan rekan-rekannya bertanding di lapangan.
Dengan Jo Novita, dia harus puas meraih runner up setelah dikandaskan oleh ganda putri terbaik Malaysia yaitu Chin Eei Hui/ Wong Pei Tty dalam ajang Denmark Open 2008.Sempat hilang bak ditelan bumi, Rani kini aktif di aktivitas kerohanian demi memperdalam agamanya.
10. Endang Nursugiati.
Foto: www.badmintonindonesia.org
Sama seperti Rani Mundiasti, pebulutangkis yang hobinya berenang sama membaca buku ini juga jarang dimainkan di Piala Uber. Meskipun begitu, dia masih kebagian perak bersama rekan-rekannya.
Di luar itu, prestasi terbaiknya adalah saat meraih gelar juara Dutch Open 2006 bersama Rani Mundiasti. Lalu disusul dengan raihan Cheers Asian Satelite 2004.Seusai pensiun, Endang terakhir menjabat sebagai pelatih Ganda putri tim Indonesia di Badminton Asia Championship 2016 sekaligus PB Djarum.