Manusia merupakan makhluk hidup yang paling tinggi akal budi dan kemampuan intelektualnya jika dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Hal tersebut yang menyebabkan manusia memiliki kemampuan kognitif yang jauh lebih dominan dalam menciptakan dinamika interaksi komunikasi dengan sesama manusia, termasuk dinamika interaksi komunikasinya dalam suatu kelompok.
Ruben dan Stewart (2013) merumuskan beberapa pertimbangan yang mendasar tentang alasan konkret manusia bergabung dalam kelompok, antara lain:
1. Adanya bentuk daya tarik sosial maupun tugas yang dilakukan seperti bentuk tanggung jawab pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki, sehingga tiap ragam kemampuan dan bakatnya dapat terasah dengan baik ketika menjadi bagian dalam kelompok.
2. Adanya daya tarik kegiatan kelompok seperti bentuk kegiatan kebersamaan atau kegiatan kolektif yang memprioritaskan tujuan dan kebutuhan kelompok seperti yang dilakukan oleh suatu kelompok pada pelaksanaan acara family gathering.
3. Adanya daya tarik terhadap manfaat menjadi anggota kelompok seperti mendapatkan keuntungan tertentu baik secara pribadi, sosial, simbolik, atau ekonomi. Ragam bentuk daya tarik yang dimaksud antara lain mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain, mendapatkan pengakuan atas eksistensinya perannya dalam kelompok, serta mendapatkan keuntungan secara finansial berupa kemudahan tertentu seperti pada kelompok koperasi simpan pinjam, dan lain sebagainya.
Dengan demikian ketika seseorang sudah menjadi bagian dalam kelompok secara sadar maupun tidak sadar akan memengaruhi tingkah lakunya. Bentuk tingkah laku yang tampak dari individu yang bergabung dalam kelompok menurut pengamatan Effendy (2009) antara lain:
1. Imitasi.
Imitasi adalah bentuk tanggapan yang dipelajari atas hasil interaksi antara sesama anggota kelompok, media massa, serta pengaruh lingkungan. Imitasi tidak selalu bersifat positif, melainkan banyak tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan dan gaya hidup masyarakat sehingga dapat berpengaruh kepada kehidupan dan produktivitas kelompok.
Contoh peristiwa yang dapat kita amati melalui perilaku meniru yang tampak dalam komunikasi antar pribadi lewat kata-kata dan istilah yang populer dalam kelompok sehingga mampu memengaruhi perbendaharaan kosakata tiap-tiap anggota kelompok. Sebaliknya adegan-adegan dalam film yang tidak sesuai dengan norma kebudayaan seperti perilaku agresi baik verbal maupun fisik akan memengaruhi pola interaksi komunikasi individu dalam kelompok.
2. Sugesti.
Sugesti merupakan suatu kondisi yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang mempunyai otoritas, prestise sosial yang tinggi atau ahli dalam lapangan kerja atau bidang tertentu, sehingga memengaruhi tingkah laku atau adat kebiasaan dari orang lain tanpa suatu pertimbangan. Itu artinya setiap orang yang bergabung dalam kelompok ada potensi untuk memiliki role model sebagai sosok yang ia hormati dan idolakan sehingga memengaruhinya dalam berinteraksi dengan sesama anggota kelompok yang lain.
3. Simpati.
Simpati adalah bentuk ketertarikan perasaan seseorang dari orang lain. Perasaan simpati dapat muncul secara tiba-tiba atau lambat laun. Pada prinsipnya, simpati timbul sebagai proses yang disadari berdasarkan penilaian perasaan, bukan atas dasar pemikiran yang logis dan rasional.
Bentuk dorongan utama seseorang yang memiliki perasaan simpati adalah ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain atau sebagai bentuk interaksi mutual understanding atau adanya pengertian bersama. Beberapa ragam bentuk simpati dalam kelompok antara lain terjadi antara sesama anggota kelompok dalam membentuk kesepahaman terhadap situasi yang dialami secara pribadi serta mampu menempatkan diri terhadap situasi pribadi yang dialami oleh anggota kelompok yang lain.
Source
- Brent D. Ruben, dan Lea P. Stewart, (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia, Edisi Kelima (Ibnu Hamad, Penerjemah). Jakarta: Rajawali Pers
- Onong Uchjana Effendy, (2009). Human Relation dan Public Relation. Bandung: Mandar Maju