Di dalam strategi sepak bola dikenal istilah karakter menyerang dan bertahan. Setiap tim punya gaya sendiri dalam bermain bola, kalau tidak menyerang ya diserang. Tim boleh berbeda-beda karakter, namun tujuannya sama yaitu mencetak gol, menang, dan juara.
Bertahan merupakan salah satu pilihan dalam sepak bola. Pilihan satu lagi ya menyerang. Banyak tim yang menggunakan strategi bertahan, dan banyak yang berhasil juara dengan gaya ini. Di Italia seni bertahan dalam sepak bola disebut "catenaccio" yang berarti kunci. Di Inggris dikenal dengan istilah "parkir bus". Di Indonesia banyak yang menyebut "gerendel" yang artinya kunci slot dari logam yang bisa diputar, digeser tapi tidak dicelup.
Salah satu negara yang menerapkan gaya bertahan dalam sepak bola adalah Italia, yang merupakan salah satu raksasa sepak bola dunia. Italia pernah empat kali gelar juara dunia yaitu pada tahun 1934, 1938, 1982, dan tahun 2006. Dan juga dua gelar juara di Piala Eropa yaitu tahun 1968 dan 2020. Rentetan gelar dari Italia tersebut membuktikan bahwa seni bertahan dalam sepak bola bukan merupakan hal yang memalukan, tetapi suatu seni dalam sepak bola yang membuahkan prestasi.
Teknik pertahanan berlapis.
Teknik pertahanan berlapis merupakan teknik bertahan dalam sepak bola dengan menumpuk pemain di lini tengah sampai belakang. Penyerang pun harus mau turun ke belakang untuk membantu pertahanan. Ibarat parkir bus, pemain belakang dan tengah disuruh rapat mengisi lahan parkir yang disediakan. Jangan sampai ada sedan yang boleh ikutan parkir di situ.
Seluruh area pertahanan dipastikan terkunci sehingga semua serangan lawan bisa digagalkan. Ada satu pemain belakang yang ditugaskan sebagai sweeper, yang tugasnya sebagai tukang sapu bersih bola untuk diberikan kepada pemain tengah. Jika seorang sweeper sering gagal dalam menjalankan tugas sebagai tukang sapu, dengan ikhlas dia harus rela diganti oleh pemain cadangan yang sedang parkir di pinggir lapangan.
Dalam seni bertahan dibutuhkan pemain cerdas berkualitas dan lulus uji emisi untuk dapat memainkan peran sweeper. Barisan pertahanan yang parkir di depan sweeper pun mesti memiliki kemampuan bertahan dan berduel dengan dengan baik. Posisi sweeper tidak selalu berada paling belakang atau di antara barisan pertahanan dan kiper. Sweeper bisa berada sejajar dengan barisan pertahanan, juga bisa berada di depan barisan pertahanan. Dalam hal ini, butuh kejelian sweeper untuk parkir di tempat yang strategis.
Jika sweeper sudah berhasil mendapat bola dari musuh, tugas selanjutnya adalah buru-buru memberikan bola ke pemain yang parkir di lini tengah. Pemain tengah yang mendapat bola dari sweeper memberikan kepada pemain yang parkir di depan. Polanya kemudian berubah menjadi counter attack atau membalik serang lawan dengan cepat. Pemain depan langsung mengganti transmisi ke nomor 7 untuk mengejar bola dan berusaha mencetak gol.
Seni parkir bus dalam sepak bola biasanya menggunakan zona marking, lawan diberikan kesempatan untuk memainkan bola sampai ke dalam lingkup sepertiga pertahanan. Jika bola sudah masuk area sepertiga area pertahanan, akan ada pressure yang tinggi untuk berusaha merebut bola. Namun jika ada pemain musuh yang kecil dan mungil seperti Messi, ada satu orang pemain yang ditugasi untuk mengikutinya terus.
Mengandalkan serangan balik dan keberuntungan.
Serangan balik menjadi senjata utama dalam seni bertahan. Kunci utama dalam serangan balik adalah mempunyai gelandang dan penyerang yang mempunyai kecepatan untuk berlari cepat. Bola tidak perlu berlama-lama ditahan dan harus cepat dikirim ke tengah atau ke depan untuk membunuh lawan dengan satu dua sentuhan.
Melawan tim yang dengan naluri menyerang yang tinggi membutuhkan kesabaran dan kejelian dalam merebut bola. Seni bertahan membiarkan dan memberikan kesempatan lawan untuk membangun serangan dari kaki ke kaki. Selain itu dibutuhkan juga penyerang yang pintar membaca pergerakan pemain belakang lawan agar tidak sering terperangkap dalam jebakan offside.
Tidak jarang juga bola secara buru-buru ditendang dari kiper langsung ke jantung pertahanan lawan, untuk kemudian dikejar dan dieksekusi pemain depan. Hal ini dilakukan jika posisi pemain lawan sudah masuk semua ke area sendiri. Kiper yang berhasil menangkap bola dengan jeli langsung menendang bola ke arah gawang lawan.
Tidak pernah menang dalam penguasaan bola.
Sepanjang pertandingan, tim dengan gaya parkir bus menjadi seperti bulan-bulanan tim lawan. Lawan dengan leluasa mengolah bola dan membangun serangan dari semua sisi lapangan.
Memang tim yang memainkan sepak bola gerendel seperti Italia terlihat membosankan dan tidak menarik. Kalah menarik dibandingkan dengan melihat suporter yang menonton di stadion. "Lawan boleh menguasai bola sepanjang pertandingan, namun hasil akhirlah yang menentukan." Itulah prinsip dalam gaya catenacio.
Hasil akhir memang tidak ditentukan dari penguasaan bola dan permainan cantik, namun dilihat dari skor akhir pertandingan. Tidak seperti tim yang bernaluri menyerang yang tinggi, tim yang menerapkan sepak bola gerendel tidak pernah menang dalam selisih gol yang besar.
Namun, jika kita lihat lebih dalam, terdapat keindahan tersendiri dari cara bermain sepak bola gerendel. Bertahan dalam sepak bola adalah suatu seni. Seperti alunan karya Mozart yang yang dimainkan oleh musisi dunia, bergerak seirama mengikuti gerak tongkat sang konduktor. Menghasilkan alunan musik yang enak didengar di malam hari sambil menikmati kopi hitam yang kental.