Pernahkah anda membayangkan, mendengar siaran radio sekaligus dari ratusan pesawat penerimanya, pada saat yang bersamaan dalam satu ruangan?

Ada seseorang yang membayangkan hal itu semasa kecilnya. Ya, itu adalah mimpi seorang pria yang mengaku ketinggalan zaman, karena hobinya ini yang bukan serba zaman now. Hobi nya itu adalah sebagai kolektor radio. Namun seseorang ini lebih senang disebut sebagai Pemulung Radio, Ia adalah seseorang pria bernama Partho DJ. Selengkapnya, ini catatan saya.

Di era modern seperti ini, orang-orang suka mencari gadget terbaru. Namun berbeda dengan Partho DJ. Pria yang memiliki nama lengkap Ganang Partho W. Kakiyat kelahiran tahun 11 Januari 1974 di Kediri, ia lebih tertarik dengan barang yang sudah ketinggalan zaman yaitu Radio.

Ia sudah mulai menyukai radio sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar, bermula dari dibelikan radio oleh orangtua nya ketika masih kecil. Sejak Partho dibelikan ia mulai sering mendengarkan radio dimana pun dan kapan pun bahkan ketika sedang tidur pulas pun ia tidak mau mematikannya karena baginya radio adalah teman yang setia menemaninya, karena itulah ia sangat menyukai radio dan kini ia sampai ingin mengoleksi radio.

Ia masih terus membayangkan memiliki banyak pesawat radio dan ia ingin suatu saat radionya bisa di nyalakan pada saat yang bersamaan karena ia ingin mendengarkan radio dari berbagai stasiun. Memang terdengar unik, namun itulah mimpi kecil nya Partho.

Kecintaan Partho terhadap radio tidak hanya sebatas bermimpi, ia bahkan memberikan nama putrinya dengan nama Radio, yaitu Citanangdya Tyaradio Prameswari.

Jurnalis senior ini mengoleksi radio dengan berbagai bentuk, warna, tipe, dan merek dari berbagai tahun produksi. Bentuknya yang bermacam-macam mulai dari radio pocket (saku) hingga radio shower yang bisa di pasang di kamar mandi. Ia ingin mengoleksi apapun yang berhubungan radio.

Hingga tulisan ini di tulis Partho sudah mengumpulkan 400 radio yang tersimpan di rumahnya, untuk mendapatkan radio sebanyak itu. Partho rela blusukan ke pasar-pasar, tempat penjualan barang bekas di daerah seperti Surabaya, Mojokerto, Sidoardjo, Jember, Banyuwangi, Blitar, Kediri, Tulungagung, Malang, Semarang, Demak, Solo, Klaten, Magelang, Purwokerto, Tegal, Brebes, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bekasi, Depok, Bogor, Bandung, Bengkulu, Bukit Tinggi, Riau, Lombok sejak tahun 2006.

Namun saat ini Parto lebih mudah saat hendak mencari radio, karena banyak orang-orang yang menjual radio bekas di Internet. Bahkan banyak juga orang-orang yang mengibah-kan radionya untuk diberikan kepada Partho.

Dari banyaknya radio yang ia miliki ia selalu merawatnya dan hampir semuanya dalam keadaan menyala. Saya menjaga radio dengan cara dibersihkan secara teliti itu saya lakukan biasanya saat malam hari setelah pulang siaran, kalau radio yang dipesan (dibeli) baru sampai, saya benerin lagi radionya supaya bisa bunyi kembali, tutur Partho, walau ia sangat mecintai koleksinya terkadang bila ada teman yang datang dan minat untuk meminjamnya ia tak segan untuk memberikannya.

Partho berharap, semua radio yang ia miliki nantinya bisa dipamerkan kepada orang-orang. Ia ingin terus berjuang untuk menebarkan budaya radio. Dalam arti, Partho menginginkan suatu saat radio akan kembali lagi mengudara dimana-mana.

Bagi Partho radio merupakan media yang setia menemani pendengarnya, bukan karena ia seorang penyiar namun karena Partho sudah merasakannya sendiri saat ia berinteraksi dengan pendengarnya.

Partho yang sudah bekerja di PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) sejak tahun 1993 yang awalnya sebagai jurnalis di berbagai radio hingga kini ia menjadi komisioner di organisasi radio siaran swasta tersebut.

Ia akan berjuang untuk mempertahankan dunia radio di Indonesia agar terus bisa mengudara.