Di negara bagian timur laut India terdapat sebuah suku yang di sebut Suku Naga, dan Suku Konyak adalah salah satu dari banyak Suku Naga. Tapi apa yang membuat mereka berbeda dari suku-suku lainnya adalah sejarah pengayauan (Perburuan Kepala Manusia) mereka yang ganas, yang merupakan bagian dari tradisi prajurit mereka secara turun temurun.
Konflik teritorial antara suku-suku yang berselisih diselesaikan melalui peperangan dan para ksatria Konyak merupakan yang sangat dikhawatirkan oleh suku-suku lainnya karena keterampilan pengayauan mereka. Mereka memenggal musuh-musuhnya dan membawa kepala musuhnya sebagai piala yang mereka tempatkan ke dalam keranjang rancangan khusus yang mereka bawa ke pertempuran. Lalu Kepala-kepala musuhnya itu dengan bangga ditampilkan di dinding dan pintu rumah para prajurit Konyak.
Pemerintah India telah melarang tradisi tersebut sejak tahun 1960, tetapi Konyaks mengatakan bahwa tradisi itu terus berlanjut selama beberapa tahun sebelum aspek modernitas yang terbatas dapat diakses di daerah terpencil di Nagaland.
Di desa-desa terpencil di distrik Nagaland yang berbatasan dengan Myanmar, sekelompok pejuang Konyak yang telah tua masih terlihat, raut wajah dan tato mereka menjadi saksi pertempuran pengayauan pada zaman dulu. Tato pada wajah dan dada mereka merupakan tradisi untuk menghormati sebagai tanda dari tindakan heroik mereka. Proses pembuatan tato yang rumit itu pun hanya dapat dilakukan oleh istri sang kepala suku.
Sekarang sebagian besar di usia 80-an, para mantan prajurit ini dapat dibedakan oleh tindikan di telinga besar mereka yang terbuat dari tanduk binatang dan topi perang yang terbuat dari babi hutan yang diburu, bulu rangkong, dan beruang liar atau bulu kambing. Dan mereka masih menyimpan pisau yang digunakan dalam tradisi perburuan kepala.
Terlahir dan mewarisi identitas kesukuan yang kuat pada zaman dulu, Konyaks merasa bangga dengan tradisi prajurit kuat mereka seperti generasi sebelumnya. Keterampilan dengan daw, atau pisau, telah diwariskan dari generasi ke generasi. Semua anggota laki-laki dari suku tersebut memiliki senjata buatan sendiri, dibuat di desa-desa terpencil. Untungnya, mereka tidak lagi menyelesaikan konflik dengan senjata-senjata ini.
Suatu saat para prajurit terakhir ini akan hilang, namun Konyaks mengatakan bahwa masa lalu prajurit suku ini akan terus hidup melalui tradisi dan festival-festival budaya.
Tengkorak musuh biasanya ditampilkan dengan bangga di pintu-pintu gubuk Konyak. Mereka telah dimakamkan di kuburan massal sejak larangan praktik. Namun selama festival, beberapa tengkorak muncul kembali. Konyak muda pun melukis wajahnya, dan meniru tato.
1. Ang Loe Khong,85 tahun. Dia telah membunuh 13 anggota suku musuh dalam dua pertempuran yang dia ikuti sebelum pengayauan dilarang pada tahun 1960.
2. Baiwang, 80 tahun. Ia menceritakan hari-hari pengayauannya. "Kami dulu sering bertengkar soal tanah, sungai, dan kadang-kadang wanita,"katanya.
3. Dua wanita Konyak sedang menggiling padi di depan rumah mereka di Desa Longwa. Dindingnya dihiasi dengan tanduk kerbau. Sebelumnya, dekorasi ini adalah sekumpulan kepala musuh.
4. Keplang, saat itu baru berumur 18 tahun ketika dia bergabung dengan kelompoknya dalam pertempuran. Saat itu lebih dari 50 tahun yang lalu, tetapi dia ingat bagaimana dia memenggal kepala dua musuhnya. Saat yang paling membanggakan adalah ketika istri kepala suku menato wajahnya.
5. Kalung kuningan yang dikenakan setiap Konyak di dadanya menunjukkan wajah bertato. Tato di wajah ksatria Konyak hanya bisa dilakukan oleh istri kepala suku. Proses ini sering memakan waktu lebih dari 10 jam dan merupakan urusan yang sangat menyakitkan.
6. Wangnao. Iatelah berpartisipasi dalam perang suku di masa mudanya tetapi tidak kembali dengan membawa kepala musuh ke desanya. Untuk itu dia hanya menempatkan tato di dadanya, bukan di wajahnya.
7. Berbagi opium saat berkumpul di sekitar api adalah hobi favorit para prajurit tua. Sesi seperti ini sering berlangsung selama tiga atau empat jam.
8. Seorang headhunter Konyak mudah dibedakan dengan anting-anting besar yang terbuat dari tanduk binatang, kuningan, kalung tulang, dan bulu rangkong yang ia olah di kepalanya.
Source
- www.thediplomat.com/2018/04/the-last-headhunters-of-nagaland/