Kurang dari dua bulan lagi kita akan memasuki tahun baru. Beberapa negara mulai menghadapi musim dingin. Mungkin bagi sebagian orang Indonesia, musim dingin menjadi idaman. Namun, bagi penduduk Suriah itu bukanlah suatu yang menyenangkan dan cenderung mematikan.
Situasi musim dingin Suriah yang mengancam dengan temperatur di bawah nol dan peningkatan hujan salju semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Suriah barat laut di mana lebih dari enam juta orang telah mengungsi. Setiap tahunnya, pada bulan Desember hingga Februari, puncak musim dingin biasa terjadi di Suriah.
Cuaca dingin di Suriah dapat tembus hingga di bawah nol derajat. Jutaan warga bertahan dengan perlengkapan seadanya. Di antara mereka hidup di dalam tenda, rumah yang dindingnya berlubang, tanpa penghangat ruangan, tanpa jaket, hingga terbatasnya air bersih dan minimnya asupan makanan. Hingga terdapat korban tewas berjatuhan pada tahun-tahun sebelumnya akibat minimnya keperluan musim dingin di tempat-tempat penampungan.
Apa saja yang dibutuhkan masyarakat Suriah dalam menghadapi musim dingin? Berikut beberapa keperluan yang diamati oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) tatkala jutaan warga Suriah memasuki musim dingin.
1. Rumah yang nyaman.
Ketiadaan hunian bagi masyarakat di Bumi Syam bukan perkara mudah dalam menghadapi musim dingin. Ribuan warga Suriah terpaksa melanjutkan kehidupan di kamp-kamp pengungsian. Sulit dibayangkan bagaimana anak-anak dan lansia menghadapi dingin yang menusuk tulang di balik tenda terpal. Mereka terpaksa tinggal di dalam tenda pengungsian karena bom telah menghancurkan tempat tinggalnya.
Sementara itu, Khalid Mohammed, pengungsi Suriah di wilayah Kurdistan, Irak, mengatakan selama ini belum ada solusi permanen yang diterima pengungsi Suriah setiap kali musim dingin datang. Menurutnya, bantuan tenda di musim dingin hanyalah solusi sementara. Kamp sudah terlalu penuh tenda-tenda. Setahun berlalu mereka memberikan bantuan tenda lagi sebelum musim dingin tiba, namun ini bukan solusi. Ini hanya sementara menyelesaikan persoalan. Kami berharap solusi yang permanen, kata Khalid.
2. Persediaan makanan.
Musim dingin yang datang setiap tahun memperparah penderitaan para pengungsi Suriah di kamp-kamp pengungsian. Mereka harus berjuang untuk memenuhi makanan agar tetap bertahan hidup di suhu yang sangat dingin. Perjuangan mereka sungguh berat untuk menghadapi suhu dingin yang bisa mencapai minus 7 celcius dengan perut kosong. Belum lagi cuaca dingin membuat perut cepat lapar.
World Food Programme (WFP) mengatakan jumlah orang yang kekurangan bahan makanan pokok di Suriah naik 1,4 juta orang dalam tempo enam bulan terakhir hingga jumlahnya mencapai 9,3 juta orang. Kondisi ini pun diperparah oleh pandemi. Meskipun sudah bisa dikendalikan, pandemi diyakini masih bisa naik lagi.
Selain karena padatnya kondisi pengungsian, kebanyakan para pengungsi rentan tidak memilikisumber dayayang cukup untuk bertahan hidup di pengungsian. Jumlah pengungsi rentan ini kini telah meningkat secara dramatis akibat darurat kesehatan masyarakat.
3. Air bersih.
Seperti yang kita tahu air bersih adalah sumber kehidupan. Apa jadinya jika ketersediaan air bersih sangatlah minim?
Hampir satu dekade dengan konflik kemanusiaan yang masih terjadi, warga Suriah sangat susah untuk mengakses air bersih yang bisa mereka konsumsi. Banyak sumber air yang terkontaminasi dengan bahan kimia dari bahan peledak yang menghujani mereka di wilayah tersebut. Akibat dari kurangnya air bersih, kualitas hidup jutaan orang di sana menurun hingga kesulitan untuk beraktivitas dan beribadah.
4. Pakaian musim dingin.
Beberapa rangkaian pakaian yang perlu disiapkan sebelum menghadapi musim dingin sepertilong john, sweater,jaket ataucoat, syal, topi kupluk, serta sarung tangan dengan bahan yang tebal dan juga tahan air untuk melindungi kita dari hujan salju dan suhu dingin. Tapi, bisakah kita membayangkan bagaimana penduduk Suriah menghadapi musim dingin? Mereka sangat mendambakan selimut dan pakaian yang membuatnya hangat saat musim dingin tiba. Selain itu, salah satu yang paling wajib dibawa dan disiapkan sebelum beraktivitas di luar saat musim dingin adalah kaos kaki dan boots.
Keterbatasan perlengkapan musim dingin ini disebabkan karena konflik berkepanjangan yang membuat jutaan warga Suriah hidup dalam kemiskinan. Jika dilihat dari kebutuhan musim dingin Suriah, jutaan orang harus bertahan hidup di tengah konflik kemanusiaan dan harus bertahan dengan persiapan seadanya. Ancaman suhu dingin, tidak adanya bahan bakar, kekurangan pakaian hangat, dan krisis bahan makanan selalu mengancam pengungsi Suriah setiap kali musim dingin datang. Mereka pun masih membutuhkan dukungan berkelanjutan. Musim dingin yang datang setiap tahun membuat Aksi Cepat Tanggap (ACT) berikhtiar mendampingi penduduk Suriah yang dilanda konflik kemanusiaan.