Kalau kamu penggemar komik dan animasi Jepang sepertipenulis alias manga dan anime, kamu pasti tahu dan menyadari kalau musim panas di Jepang adalah saat yang ditunggu-tunggu warga di sana. Cuaca dan suasananya mungkin tidak terlalu ideal karena suhu udara yang sangat terik, namun musim panas adalah masa berbagai aktivitas liburan.
Musim panas negara empat musim berbeda dengan kita di negara tropis. Kita memang mengalami cuaca panas dan kering lebih panjang daripada negara empat musim, namun jika dibandingkan, suhu dan cuaca di musim panas negara empat musim jauh lebih menyengat ketimbang rata-rata suhu dan cuaca negara tropis seperti Indonesia. Perbedaannya bisa menyentuh hingga lebih dari 10 derajat Celcius. Sangat terik. Karena itulah musim panas di Jepang orang memilih antara kenyamanan ruangan ber-AC atau malah bermain air dan keriuhan suasana pantai.
Festival, kembang api, pantai penuh wisatawan adalah wajah musim panas Jepang setiap tahun. Tapi sepertinya pada tahun 2020 semua itu tidak akan terjadi. Tentu saja disebabkan pandemi Covid-19 yang masih gencar menyerang berbagai negara termasuk Jepang, bahkan kasus harian di sana bisa melebihi 1,000 kasus positif. Sebuah angka yang mengkhawatirkan.
Situasi sepi musim panas sudah mulai terlihat seperti di pantai-pantai prefektur Kanagawa yang berada tidak jauh dari Tokyo, Jepang. Jika tahun lalu di bulan-bulan ini situasi pantai super sibuk dengan berbagai lapak jualan, penjaga pantai dan turis-turis dengan pakaian renang lalu lalang, maka tahun ini situasi sangat kontras sekali. Suasana sepi dan lengang terlihat. Ini dikarenakan warga Jepang mematuhi saran dari pemerintah menjaga jarak dan menghindari kerumunan massa, yang pasti terjadi jika pantai-pantai wisata dibuka dan dioperasikan Pemerintah setempat.
Tanda larangan berenang di pantai Kanagawa. Foto: Kyodo News
Memang tidak seluruh pantai ditutup untuk publik menikmati suasana musim panas. Beberapa masih terbuka bagi pengunjung, namun mereka harus menjalankan protokol keamanan dari Covid-19 seperti menggunakan masker dan menjaga jarak. Hal ini tentu saja merepotkan karena orang sama sekali tidak terbiasa melakukan protokol kesehatan di pantai pada musim panas. Tapi apa boleh buat.
Saya rindu matahari, ucap seorang nenek berusia 70 tahunan yang mengunjungi pantai di Kanagawa bersama keluarga dengan menjalankan protokol kesehatan sambil memandangi cucunya bermain air dan pasir pantai. Kelompok muda juga terpengaruh situasi pandemi sehingga kegiatan kumpul-kumpul di pantai seperti tahun sebelumnya tidak bisa terlaksana.
Musim panas di Jepang juga identik dengan festival kembang api dan tahun ini merupakan tahun suram buat pengrajin kembang api. Seperti terjadi di bagian utara Jepang atau di prefektur Akita di mana festival kembang api Omagari ditiadakan tahun ini.
Festival ini selalu menyedot kunjungan turis tidak kurang dari 700,000 pengunjung setiap tahun di mana mereka menikmati cahaya dan dentuman kembang api meriah di atas langit malam musim panas. Pembatalan festival kembang api Omagari tahun ini adalah pertama kalinya sejak 73 tahun diselenggarakan.
Kami sudah mempersiapkan segalanya yang terbaik untuk festival tahun ini, tapi apa boleh buat. Semoga tahun depan kita bisa kembali menyelenggarakan acara kembang api lagi, harap Saito Kentaro, bos Hibikiya Omagari Fireworks. Perusahaannya sudah menyediakan tidak kurang dari 20,000 bola kembang api raksasa untuk perayaan musim panas. Tapi bola-bola itu tidak dapat digunakan tahun ini.
Saito Kentaro. Foto: Kyodo News
Diharapkan pandemi Covid-19 dapat segera berakhir agar hal-hal yang jadi rutinitas, kebiasaan, dan aktivitas warga di berbagai negara dapat kembali normal seperti semula. Kita bisa membantu situasi dengan menjalankan protokol kesehatan selama pandemi agar mata rantai penyebaran Coronavirus ini terputus. Kita pasti bisa!