Seiring dengan penurunan status PPKM Level 4 ke Level 3, kegiatan pariwisata di Yogyakarta kembali menggeliat. Kawasan Malioboro yang berada di jantung Kota Jogja mulai terlihat semarak. Kondisi ini menjadi harapan baru terhadap tumbuhnya pariwisata di Yogyakarta.
Ketua Presidium PKL Malioboro Sujarwo mengungkapkan, re-opening kawasan Malioboro harus diikuti dengan pembenahan layanan dan fasilitas wisata, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta akan menjumpai hal yang baru dibanding sebelumnya. Oleh karena itu, momentum ini harus dimaknai sebagai awal kebangkitan wisata di Yogyakarta.
"Pelaku wisata di Yogyakarta ini harus mampu menunjukkan daya tarik yang baru, sehingga wisatawan melihat ada suatu hal yang berbeda." Ujar Sujarwo dalam acara "Bincang Santai: Pemulihan Wisata Yogyakarta" di Lesehan Borobudur, Malioboro, Senin malam (11/10/2021).
Kegiatan diskusi yang diinisiasi oleh Lembaga Konsultasi Marketing dan Public Relations Cornelia n CO tersebut dimaksudkan untuk memberikan nuansa baru di kawasan Malioboro.
Suasana Lesehan Malioboro / Foto: Sulistyawan
Lebih lanjut Sujarwo menyampaikan, pihaknya memberikan apresiasikepada pemerintah terkait dibukanya beberapa objek wisata di Yogyakarta. Selanjutnya kebijakan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan dukungan pemerintah melalui beberapa kemudahan terhadap para pelaku dan pengusaha wisata, yang selama masa PPKM Level 4 terpaksa menutup usahanya.
Salah satu yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, lanjut Sujarwo, adalah pembenahan aksesibilitas menuju kawasan Malioboro yang selama ini dianggap terlalu menyulitkan oleh wisatawan maupun pedagang kaki lima. Jika masih ada penutupan beberapa ruas jalan disarankan agar dapat dilonggarkan sampai kondisi pulih kembali.
Ketua Presidium Pedagang Malioboro Sujarwo / Foto: CnC
Senada dengan Sujarwo, Ketua Pedagang Lesehan Desio Hartonowati menyatakan, re-opening kawasan Malioboro merupakan angin segar bagi para PKL Malioboro khususnya pedagang lesehan. Oleh karena itu pihaknya berharap kondisi ini dapat dipertahankan sehingga secara perlahan kondisi perekonomian kembali pulih seperti masa sebelum pandemi.
"Selama masa pemulihan ini, kami harap pemerintah tidak terburu-buru untuk menutup lalu lintas di kawasan Malioboro, agar lebih banyak wisatawan yang singgah dan belanja. Nanti, kalau sudah ramai seperti masa sebelum pandemi, silakan ditutup lagi." Ujar Desi.
Desi menambahkan, masa re-opening ini dimanfaatkan untuk memberikan layanan dan citra yang baik untuk wisatawan. Selain menerapkan protokol kesehatan yang ketat, dari sisi pedagang lesehan mulai diinisiasi kondisi lesehan sehat melalui penggunaan alat makan dan minum sekali pakai. Selain lebih sehat, kondisi lesehan juga lebih bersih karena pedagang tak perlu menyediakan air untuk mencuci peralatan makan dan minum.
"Dari sisi pedagang, penerapan alat makan/minum sekali pakai ini juga lebih efektif dan tidak repot, sedangkan dari sisi konsumen juga lebih sehat." Ujar Desi. (*/sulistyawan ds)