Memakan puluhan korban jiwa, bencana banjir yang menimpa Negara Sakura pada Oktober lalu memiliki cerita tersendiri. Berbeda dengan banjir yang biasa ditemui di negara kita, keadaan genangan banjir yang lebih mirip seperti kolam raksasan ini kini masih menjadi sorotan.
Menurut warga setempat sendiri, tak semua tempat air berwarna bening seperti pada foto-foto yang viral di internet. Memang ada beberapa daerah yang banjirnya bercampur dengan warna cokelat tanah, akan tetapi tetap saja bersih, sangat bersih, dan tak ada sampah menggenang sebagaimana biasa kita lihat di berita-berita.
1. Bersih bening dan bebas sampah seperti air kolam renang.
Yang membuat kejadian ini sangat terkenal dan banyak diperbincangkan oleh orang-orang yaitu kebersihan yang tampak jelas pada foto-foto penampakan banjir. Bukan hanya terlihat bening dan bersih, warga Jepang bahkan masih bisa beraktivitas melewati genangan banjir dengan nyaman tanpa takut terinjak barang-barang berbahaya tak terduga. Benar-benar seperti berjalan di genangan air biasa. Foto-foto banjir di Jepang yang beredar membuat kita harus mengakui ketertiban masyarakatnya yang luar biasa, terutama soal kebersihan.
2. Terjadi akibat badai monster Hagibis.
Sebelum terjadi banjir, bencana alam ini terlebih dulu diawali oleh topan dahsyat bernama Hagibis. Angin berawal dari Kepulauan Mariana Utara pada tanggal 10 Oktober, mampir di Kota Saitama beberapa hari kemudian. Topan ini lalu melanda Pulau Honshu dan Tokyo sejak Sabtu, 12 Oktober hingga keesokan harinya.
Beruntung teknologi standar keselamatan gedung di Jepang sudah ketat. Bahkan sistem peringatan bencana komperehensif juga sudah diterapkan. Peringatan darurat berupa alarm keras dikirim ke puluhan juta smartphone yang ada di daerah terdampak sehingga dapat meminimalisir korban.
3. Badai terbesar di Jepang dalam kurun waktu 60 tahun terakhir.
Topan Hagibis merupakan siklon tropis yang sangat besar dan kuat, bahkan disebut sebagai topan skala 5, yang mana termasuk kategori sangat berbahaya. Topan jenis ini tercatat pernah melanda daerah Kanto, Jepang sekitar tahun 1958 lalu.
Topan Hagibis pertama ini tercatat memakan 1.200 jiwa meninggal dunia dan menghancurkan jutaan rumah penduduk. Faktanya, dalam proses pembentukannya Topan Hagibis bisa menyerap sangat banyak awan dengan kecepatan hingga 54 km/jam, berjalan sangat lama sehingga berdampak pada area yang cukup luas.
4. Terhitung 55 korban jiwa, 166 orang luka-luka, dan 17 korban hilang, berpotensi bertambah.
Angka ini memang cukup besar, akan tetapi merupakan peningkatan signifikan dari bencana-bencana sebelumnya. Di mana sebenarnya topan ini mampu mengakibatkan ribuan korban jiwa, terutama karena kekuatan badainya yang dahsyat juga lokasi bencana yang dekat dengan pemukiman.
Tahun ini dampak bencana Topan Hagibis dapat diantisipasi dengan sistem peringatan yang baik dan efektif kepada warga sekitar. Sehingga masyarakat dapat segera menyelamatkan diri dan mengupayakan evakuasi semaksimal mungkin. Menurut beberapa sumber, para ilmuwan Jepang pun sudah mewanti-wanti pemerintah sebelum bencana terjadi. Setidaknya 7 juta penduduk sudah terungsikan ke daerah yang dianggap aman sebelum topan dan banjir ini terjadi.
5. Kerugian terhitung hingga puluhan triliun.
Dalam kurun waktu 2 tahun ini (terhitung 2018-2019) Jepang sudah mengalami 4 Topan Mahal. Mulai dari Topan Trami dan Topan Jebi pada tahun lalu yang mengakibatkan kerugian hingga 15,9 miliar dolar atau setara dengan 225 triliun rupiah. Banjir Jepang di tahun 2018 ini juga menyebabkan 2 juta jiwa mengungsi dan menelan biaya sekitar 9 miliar dollar atau 134 triliun rupiah. Disusul oleh Topan Faxai pada September lalu yang mengakibatkan kerugian kurang lebih 7 miliar dolar atau sekitar 99 triliun rupiah.
Belum ada angka pasti terkait jumlah kerugian yang ditanggung Jepang akibat bencana Topan Hagibis berikut banjir pada Oktober lalu. Namun berdasarkan pengalaman bencana sebelumnya, juga melihat jumlah pengungsi dan skala kerusakan yang dialami kali ini dipastikan kerugian yang terjadi akan jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Para pakar memprediksi bahwa bencana luar biasa ini bisa jadi menelan kerugian finansial dalam jumlah besar, bahkan mungkin sampai puluhan miliar dolar.
6. Viral sejagad raya.
Diunggah dalam berbagai postingan di media sosial, sontak membuat bencana ini menjadi viral dan makin banyak diperbincangkan oleh orang banyak. Yang membuatnya tambah menarik dan unik untuk dibahas, banjir kali ini tak seperti lazimnya banjir yang sering kita temukan, yang kotor dan keruh, serta menjadi sarang berbagai penyakit berbahaya bagi korban.
Beberapa postingan dan komentar dari mancanegara menghiasi dunia maya dengan doa dan harapan agar Jepang segera pulih dari bencana dengan hastagnya #prayforjapan. Namun, beberapa di antaranya juga membuat komentar unik dan menarik, seperti berikut.
"So clean. No rubbish floating. I wish Malaysia will be like this,"
Sangat bersih. Tidak ada sampah MENGAPUNG. Aku harap Malaysia akan bisa seperti ini tulis seorang netizen dari Malaysia melalui akun media sosialnya.
"This is the result of the country's education, which produced citizens with high civic values,"
"Ini adalah hasil dari pendidikan negara, yang mampu memproduksi masyarakat dengan nilai kewarganegaraan yang tinggi," tambah netizen lainnya.
Nah, ada lagi nih yang justru komen nyeleneh di Instagram;
@laila.r.i.n"itu karna dibantu doraemon yakan?"
@ariefpranato"Fixed, bukan di Jakarta itu"
@10.10pm_wolf"Di Jepang = Adem Sari di Indonesia =Milo"
@qnoqed_"Lebih bersih daripada aer di rumah gw"
@dylan_ramadhan_29"Indo mah lebih hebat, banjir airnya air coklat + sereal (sampah mengambang)"
Source
- https://id.wikipedia.org/wiki/Topan_Hagibis_(2019)
- https://www.liputan6.com/tag/banjir-jepang
- https://www.moneysmart.id/badai-hagibis-di-jepang/
- https://tirto.id/4-fakta-typhoon-hagibis-topan-paling-berbahaya-yang-melanda-jepang-ejJD
- https://wartakota.tribunnews.com/2019/10/13/begini-kondisi-banjir-jepang-airnya-jernih-seperti-kolam-renang?page=2