Seperti yang kita tahu, wabah Corona masih menjadi perbincangan hangat di banyak media baik nasional maupun internasional. Melihat dampak yang terjadi dari virus ini di negara asalnya yaitu Cina terbilang mengerikan. Dengan gejala yang mirip flu biasa, namun mudah menular dan mematikan membuat banyak masayarkat dunia panik.
Begitu pula di Indonesia, terlebih saat ada pemberitaan beberapa WNI positif mengidap Corona. Bahkan ironisnya data dan kronologis pasien tersebar luas di media. Lalu, kira-kira apa stigma dan dampak sosial dari wabah Corona terhadap masyarakat Indonesia? Berikut rangkumannya.
1. Terjadinya 'panic buying' di beberapa kota besar di Indonesia.
Foto: bbc.com
Setelah resmi diumumkan ada WNI postif Corona, banyak masyarakat yang panik. Bahkan sebelum diumumkan sudah terlihat panic buying masker dan handsanitizer. Karena banyak diborong, masker menjadi barang langka dan harganya pun jadi berkali-kali lipat. Selain apotek, pusat perbelanjaan juga ramai pengunjung yang memborong bahan pokok sebagai persediaan.
Seperti beberapa pusat perbelanjaan di daerah Jakarta Selatan di mana banyak masyarakat berduyun-duyun memborong bahan pokok seperti mie instan, beras, dan minyak dengan alasan takut kalau tempat-tempat umum akan ditutup seperti di Cina. Jika terjadi terus menerus seperti itu akan membuat permasalahan baru yaitu langkanya barang tersebut dan harganya melambung tinggi seperti pada kasus masker.
2. Diskriminasi terhadapa WNI yang berkerja di luar negeri saat kembali ke Indonesia.
Foto: banten.idntimes.com
Bisa dibilang WNI, khususnya tenaga kerja yang pernah bekerja di luar negeri yang terpapar virus Corona cenderung mengalami diskriminasi. Mereka yang baru tiba di Indonesia umumnya diharuskan menjalani karantina terlebih dahulu. Mereka direncanakan dikarantina di sana selama dua pekan. Hal ini membuat ratusan warga Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, menggelar unjuk rasa di kantor DPRD setempat.
3. Bagi yang sedang masa isolasi cenderung mengalami depresi.
Foto: businessinsider.com
Mereka yang positif Corona memang diharuskan dikarantina dan tidak diperbolehkan melakukan kontak langsung dengan orang lain di luar. Karena harus dikarantina atau berada di ruang isolasi, maka timbullah perasaan kesepian dan rasa bersalah di benak mereka.Bagaimanapun, seseorang yang sedang sakit tetap butuh pendampingan atau teman. Mereka perlu mengekspresikan pikiran dan mencurahkan isi hatinya agar merasa lega.
4. Karena terlalu khawatir terkadang membuat data pribadi pasien tersebar.
Foto: Vivanews.com
Khawatir memang wajar, namun bukan berarti ditanggulangi dengan menyebarkan data pribadi suspect secara luas dengan tujuan "mencegah" penularan. Seperti yang sempat gempar terjadi di Depok yang mana sampai rumah si korban dipasangi garis polisi dan terus didatangi oleh para wartawan. Selain disebarluaskan dalam bentuk chat juga penyebutan alamat tinggal si pasien yang disebut jelas oleh Walikota Depok sangat disayangkan.
Source
- https://sains.kompas.com/read/2020/03/03/070500323/penjelasan-psikologi-di-balik-panic-buying-akibat-virus-corona?
- https://kumparan.com/kumparansains/dampak-psikologis-yang-bisa-muncul-pada-pasien-terinfeksi-virus-corona-1skaTEBtFOc
- https://tirto.id/gelombang-diskriminasi-dan-rasisme-yang-muncul-akibat-hoaks-corona-ewFs
- https://nasional.tempo.co/read/1315660/polisi-buru-penyebar-data-pribadi-2-pasien-virus-corona/full&view=ok