Film Sonic the Hedgehogyang dibintangi komedian papan atas Jim Carrey dan James Marsden sedang menikmati masa-masa jaya di berbagai negara. Film yang mengangkat citra maskot perusahaan video gameSega era 90-an ini terbukti sukses dan melebihi ekspektasi; terutama setelah mengalami start buruk akibat desain jelek saat trailer perdana muncul.
Ukuran kesuksesan film Sonic dapat dilihat dari pendapatan sementara yang dicatat dari berbagai bioskop dunia; angkanya sudah melebihi $ 200 juta. Sebagai gambaran, Sonic perlu 10 hari untuk menyamai total angka penjualan film video game sukses sebelumnya, Detective Pikachu(yang mengangkat karakter Pokemon Pikachu dari Nintendo). Atau kalau mau sedikit sadis, komparasi bisa dilakukan ke film DC Comics Harley Quinn: Birds of Preydi mana Sonic hanya perlu empat hari untuk mendapatkanuang setara yang dihasilkan film Harley Quinn dalam waktu dua minggu penayangan (di angka $ 113 juta). Timpang sekali memang.
Singkatnya,Sonic adalah film sukses. Film berbasis maskot video game sukses. Sesuatu yang menimbulkan optimisme di kalangan fans video game kalau film-film selanjutnya tetap menggunakan maskot atau karakter video game; terutama yang tenar di era 90-an. Tapi, apakah produser film Hollywood sepakat dengan sentimen ini?
(Sumber gambar: YouTube)
Nintendo sudah mengumumkan sedang dalam tahap pra produksi film maskot video game mereka sendiri, Super Mario Bros. Belum ada informasi apa punselain akan berbentuk CGI/Computer-generated Image. Sehingga dengan demikian, dua pabrikan konsol game besar sudah (dan akan) merilis film dengan tokoh utama maskot perusahaan masing-masing. Sonic the Hedgehog dari Sega, dan Mario dari Nintendo. Lantas, bagaimana dengan nama besar lain seperti Sony dan Microsoft, sebagai pemilik merek PlayStation dan Xbox?
Dari sisi maskot ini, situasi yang ada di Sony dan Microsoft boleh dibilang lebih sulit ketimbang Sega maupun Nintendo. Di era 90-an, keberadaan maskot adalah hal penting. Selain untuk branding awareness(atau citra merek), sebuah maskot memberikan kondisi menyenangkan untuk fans berinteraksi dengan merek favoritnya. Fans Sega tentu akan bangga memakai sepatu atau tas bergambar Sonic si landak biru super cepat saat pergi ke sekolah, misalnya. Ini penting untuk sebuah rasa bangga sebagai video gamer. Di era 90-an, Sonic dan Mario bersaing keras meraih fans sebanyak-banyaknya.
(Sumber gambar: Ars Technica)
Tapi situasi berubah/berbeda saat Sony ikutan masuk ke bisnis konsol video game di pertengahan 90-an (setelah sebelumnya di-PHP oleh Nintendo dengan proyek Nintendo PlayStation yang dibatalkan sepihak oleh Nintendo).
Saat Sony PlayStation mulai dirilis ke publik, Sony tidak pernah secara resmi mengumumkan soal inilah maskot kami kepada publik. Saat itu Sony mungkin antara belum pede karena masih tergolong anak baru, atau memang tidak peduli soal urusan maskot karena tujuan mereka adalah terbit dahulu (dan syukur-syukur mengalahkan Nintendo; yang sudah mengecewakan mereka). Game-game PlayStation memang memiliki aneka ragam genre dan type. Sehingga sulit menunjuk satu game/karakter untuk layak disebut sebagai maskot Sony; seperti Sonic untuk Sega atau Mario untuk Nintendo.
Beberapa kalangan menilai gelar maskot bisa disematkan ke karakter Crash Bandicoot yang diciptakan oleh perusahaan Naughty Dog (kini dikenal lewat game seperti Uncharted) sejak awal PlayStation rilis. Tapi saya tidak terlau setuju; utamanya karena menurut saya seorang/seekor/sebentuk maskot idealnya merupakan karakter asli in-house dari first party. Sonic dimilki oleh Sega. Demikian pula Mario. Sementara Crash tidak. Sony tidak 100% memiliki karakter itu. Sehingga menyebut Crash sebagai maskot Sony, menurut saya nggak pas.
(Sumber gambar: Lukie Games)
Situasi sedikit berbeda ada di Microsoft. Secara teknis mereka sama dengan Sony, alias tidak pernah secara resmi menyebut siapa maskot perusahaan mereka. Tapi mereka punya karakter in-house seperti Sonic dan Mario, yaitu Master Chief dari franchiseHalo yang muncul sejak Xbox perdana tahun 2001. Secara popularitas, Master Chief dari Halo ideal dijadikan maskot Xbox. Tapi sama seperti Sony, Microsoft terlihat tidak terlalu peduli dengan maskot-maskotan dan membiarkan Xbox tumbuh tanpa adanya maskot khusus untuk perusahaan.
Master Chief dari "Halo" (Sumber gambar: Forbes)
Tapi dengan kesuksesan besar film Sonic the Hedgehog dan (mungkin) Super Mario Bros nanti, baik Sony maupun Microsoft mungkin mulai berpikir untuk membuat film berdasarkan karakter dari franchise mereka juga. Bahkan Sony sudah lebih dulu dibanding Microsoft dengan menggarap film live action Unchartedyang jadi maskot PlayStation belakangan ini sejak era PS3. Walau filmnya diselimuti banyak masalah bahkan saat masih dalam masa pra produksi.
Siapa tahu kelak Microsoft tergoda untuk membuat film live action Halo juga, ya kan?