Beda bangsa tentu berbeda cita rasa. Ini sudah jadi pakem kebudayaan. Sehingga dalam konteks produk, sebuah produk bisa laris manis di satu tempat namunjustru sebaliknya saat di lokasi lain walau kualitas barang tidak berubah sama sekali. Seperti di Jepang yang menyukai produk buatan dalam negeri mereka sendiri sementara produk tadi bisa jadi tidak disukai orang di Amerika misalnya. Ini contoh sebuah selera yang berbeda antar kultur budaya.
Demikian pula karya seni seperti film. Sebuah film bisa jadi karya universal, dalam artian bisa disukai siapa saja dari kelompok bangsa mana saja. Istilahnya film bagus tetaplah film bagus walau bagaimanapun. Tapi tidak jarang ada film yang di satu tempat dianggap bagus dan keren namun justru sebaliknya saat ditayangkan dan dinikmati di lokasi berbeda.
Terkadang film gagal membawa niat mereka ke penonton suatu kultur namun berhasil di kultur lainnya. Dan ini sering terjadi di Amerika. Ada film yang mencapai box office saat ditayangkan di sana, namun flop alias tidak sukses di luar Amerika maupun sebaliknya. Sehingga terkadang ada film yang gagal di Amerika masih bisa bernafas lega dan meraihmeraih untung saat ditayangkan di luar Amerika sehingga mereka tidak rugi. Beberapa film yang dimaksud seperti di bawah ini.
1. Resident Evil The Final Chapter (2016). Pendapatan di Amerika: $ 26,8 juta. Pendapatan di luar Amerika: $ 287,2 juta.
Foto: Fixwatch
Bayangkan kalau film ini tidak ditayangkan di luar Amerika. Pasti produser filmnya rugi besar banget. Film Resident Evil memang nggak pernah bagus dari segi kualitas dan akurasi dengan versi video game-nya, namun film ini termasuk lumayan disukai penggemar film zombie.Tak terlampau bagus namun laris di mana-mana.
Tapi film terakhir Resident Evil dari Paul W.S. Anderson ini asli jeblok saat diputar di Amerika. Mungkin orang Amerika sudah sampai di titik jenuh untuk film Resident Evil? Bisa jadi. Tapi di pasar dunia, ternyata film Resident Evil The Final Chapter masih bergigi untuk meraih box office. Tapi untunglah Anderson sudah berhenti merusak Resident Evil walau kini sedang mengacau Monster Hunter.
2. XXX: Return of Xander Cage (2017). Pendapatan di Amerika: $ 44,8 juta. Pendapatan di luar Amerika: $ 300,1 juta.
Foto: MovieKoop
Sebenarnya aneh juga kenapa seri ketiga film XXX ini kurang laris di Amerika sendiri. Mungkin karena pengaruh film kedua yang tidak dibintangi Vin Diesel? Di film kedua peran utama dalam film diserahkan ke rapper Ice Cube dan hasilnya tidak terlalu memuaskan fans film pertama.
Vin Diesel mengambil alih peran utama di film ketiga dan hasilnya menurut saya lumayan jika dibandingkan film kedua. Dan sepertinya dunia mengakui hal yang sama karena pendapatan dari XXX: Return of Xander Cage terhitung cukup baiksecara finansial walau hanya mendapat kurang dari $ 50 juta di pasar dalam negeri (alias Amerika) sendiri.
3. The Expendables 3 (2014). Pendapatan di Amerika: $ 39,3 juta. Pendapatan di luar Amerika: $ 170,1 juta.
Foto: Hollywood Suite
Oh tentu saja film aksi jagoan aki-aki ini sebenarnya seru walau plotnyabiasa saja. Tapi mungkin karena faktor itu juga film ketiga seri The Expendables karya Sylverster Stallone ini kurang menggigit di pasar Amerika sendiri. Sementara di luar Amerika, film ini disambut meriah terutama karena faktor nostalgia di dalamnya.
Jagoan-jagoan film aksi era 80-an hingga 90-an, yang kini sudah sepuh, jadi pemikat penonton dunia yang ingin menyaksikan aksi bintang-bintang lawas seperti Antonio Banderas, Jet Li, sampai Harrison Ford dan Arnold Schwarzenegger di samping nama-nama populer lainnya. Film ini boleh jadi nggak punya kualitas drama ataupun Oscar-material sama sekali, tapi di mana lagi bisa melihat Jet Li dan Sylverster Stallone dalam satu frame film yang sama?
4. Ice Age: Collission Course (2016). Pendapatan di Amerika: $ 64 juta. Pendapatan di luar Amerika: $ 338 juta.
Foto: 20th Century Studios
Normalnya pasar Amerika suka film animasi tiga dimensi CGI seperti seri Ice Age ini. Tapi film kelima sepertinya menunjukkan kalau penonton di sana sepertinya mulai bosan. Sementara lihatlah penghasilan film ini di luar Amerika: 338 juta dollar. Sudah jauh menutupi ongkos produksi yang konon sekitar 105 juta dollar.
Filmnya sendiri menurut saya masih lumayanwalau memang sepertinya mulai aneh karena semakin ditarik panjang melebihi kapasitas cerita yang bisa digali dari Abad Es sebenarnya di dunia nyata. Kalau di Amerika orang tidak begitu antusias menyambut film kelima Ice Age ini, setidaknya dunia masih menyukainya.
5. Inferno (2016). Pendapatan di Amerika: $ 34,3 juta. Pendapatan di luar Amerika: $ 185,1 juta.
Foto: Roger Ebert
Ini adalah film ketiga dari serial film Robert Langdon professor ahli simbol dari novel-novel karya Dan Brown. Film pertama karakter Robert Langdon ini, The Davinci Code (2006) serta film kedua Angels & Demons (2009), sebenarnya juga nggak terlalu disambut fans novelnya. Beberapa pendapat mengatakan kalau Tom Hanks kurang pas memerankan karakter Robert Langdon. Tapi secara umum memang film-film Robert Langdon tidak terlalu memuaskan walau peredarannya di luar Amerika menolong pendapatan total dari produksi film itu sendiri.
6. The Mummy (2017). Pendapatan di Amerika: $ 80,1 juta. Pendapatan di luar Amerika: $ 329,8 juta.
Foto: Cosmic Book News
Sebenarnya film ini membawa harapan besar sebagai film pembentuk The Dark Universe yang digadang-gadang akan sebagus Marvel Cinematic Universe dalam hal film horor. Tapi sayang tidak semulus rencana dan harapan. Pemilihan The Mummy juga dipertanyakan karena film ini merupakan reboot dari film original The Mummy (1999) yang dibintangi Brendan Fraser. Penggunaan aktor ganteng tiga dekade seperti Tom Cruise yang selama ini sukses membawa film-film nya box office juga ternyata tidak terlalu menolong. Konon kini The Dark Universe hanya jadi wacana yang tidak juga dijalankan, dan itu sedikit banyak terjadi karena kurang suksesnya film ini di Amerika walau meraup banyak untung di luar Amerika.
Jika diarahkan ke perfilman Indonesia, mungkinkah ada beberapa film Indonesia bisa meraih kesuksesan di luar negeri? Bisa saja! Film aksi brutal The Raid (2011) misalnya. Film ini sangat digemari fans film aksi di luar sana. Tapi mungkin Gundala (2019) akan mengalami kesulitan meraih hal yang dicapai The Raid karena akan berhadapan dengan komparasi karakter komik DC Comics seperti The Flash.