Ribuan Pedagang Kaki Lima dan Pedagang Lesehan di sepanjang kawasan Malioboro Yogyakarta untuk sementara libur berdagang. Hal ini dilakukan karena selama masa social distancingKawasan Malioboro sepi dari wisatawan lokal maupun mancanegara.
Presidium Paguyuban Pedagang Kaki Lima Kawasan Malioboro, Sujarwo Putra mengatakan, selama masa social distancing para pedagang mengalami kerugian yang sangat besar. Padahal sebagian besar dari pedagang ini mempunyai kewajiban untuk membayar angsuran kredit karena pihak lembaga kredit tidak memberikan keringanan.
Padahal, kerugian yang dialami pedagang mencapai 90 persen. Kalau hanya 60 persen, teman-teman pedagang ini masih bisa bertahan untuk tetap bertahan. Tapi yang terjadi sekarang ini pedagang hampur tidak ada pemasukan. Ujar Sujarwo kepada wartawan pada Selasa (31/3/20).
Presidium PKL Malioboro Sujarwo Putra / Foto: Istimewa
Ditambahkan Sujarwo, sebagian besar pedagang sampai saat ini masih merasa bingung dengan kondisi yang akan terjadi di masa depan. Sebab, segala beban ini sampai sekarang masih ditanggung masing-masing pedagang. Untuk pedagang yang kemampuan besar, barangkali masih dapat bertahan.
Tetapi, sebagian PKL Malioboro terutama PKL Lesehan itu memutar uangnya secara harian. Pendapatan yang diperoleh hari ini diputar lagi untuk modal esok hari. Kalau tidak ada pemasukan sama sekali tentu saja mereka harus mengambil tabungan untuk membayar setoran kredit.
Andai pedagang ini bisa memperoleh penundaan waktu pembayaran angsuran, hal itu sudah sangat berarti bagi mereka. Sudah top markotop, tandas Sujarwo.
"Karena kondisi ini melanda semua pedagang, saat ini Paguyuban Pedagang sedang melakukan pendataan terhadap keluarga PKL yang paling terdampak dan tidak punya. Apalagi sudah lansia. Ada keinginan untuk memberi bantuan sembako. Kita juga sudah menghubungi beberapa lembaga untuk ikut membantu. Dari pendataan ini nantinya diharapkan dapat dicarikan solusi, misalnya rescheduling kredit atau solusi lain yang dimungkinkan." Lanjut Sujarwo.
Sujarwo berharap libur berdagang akibat krisis wabah Corona ini tidak berlangsung lama. Sebab, tidak berdagangnya PKL Malioboro ini bukan atas instruksi Pemerintah atau organisasi apa pun, tetapi semata-mata karena sepinya wisatawan dan pengunjung Malioboro. Di samping berpikir hari ini, PKL juga mencemaskan masa ke depannya.
"Jika terlalu lama libur maka dikhawatirkan modal habis untuk makan. Kemudian, ketika kondisi sudah pulih, kita cari modal dari mana? Koperasi pasti tidak bisa meng-cover. Bank tidak mudah. Kecuali Bank Plecit, yang katanya menyelesaikan masalah, tapi justru jadi musibah," tandas Sujarwo.
Oleh karena itu, menurut Sujarwo, satu-satunya harapan adalah adanya uluran tangan dari Pemerintah Kota Yogyakarta. Namun, hal itu baru akan dibicarakan setelah krisis ini terlampaui.(*/Sulistyawan)