Brilio.net - Pernahkah kamu berpikir untuk bisa hidup kembali di masa depan? Rasanya sulit dijangkau akal sehat bukan? Namun di zaman yang begitu canggih, beberapa orang berpikir tak ada yang tidak mungkin. Entahlah, beberapa ilmuan tampaknya cukup ahli dalam mendeskripsikan beberapa hal yang sulit dipahami oleh orang awam.

Kehidupan setelah mati merupakan misteri yang berusaha dipecahkan oleh beberapa ilmuan. Salah satu cara ditempuh oleh peneliti asal Australia bernama Philip Rhoades adalah membekukan otak. Philip memiliki ambisi untuk bisa menghidupkan kembali orang mati.

otak istimewa

foto: socialnewsdaily.com


Dilansir brilio.net dari socialnewsdaily.com, Kamis (18/10), Philip Rhoades mengatakan, "ketika anda membekukan otak, pada dasarnya ini hanyalah jaringan manusia dan anda dapat menggunakan fasilitas penyimpanan kriogenik komersial apapun."

Philip Rhoades memiliki cara sendiri dalam menjalankan ambisinya. Peneliti ini menyimpan bagian tubuh manusia yakni otak dari penduduk yang telah meninggal. Tentu hal tersebut dengan izin dari pemilik organ tubuh. Salah satu pasangan orangtua menyerahkan otaknya untuk dijadikan bahan penelitian. Para pendonor otak ini pun memiliki kepercayaan pada peneliti.

Alasan di balik proyek penelitian Philip didasarkan pada keyakinannya bahwa jaringan otak orang yang sudah meninggal dapat bertahan dan mereka bisa terbangun kembali. Pemikiran yang cukup gila bagi sebagian orang tapi Philip Rhoades punya keyakinan kuat untuk hal itu.

Setelah meninggal dunia, bagian otak dari sepasang orang ini baru akan diambil usai 10 hari kematian. Mayat dibekukan dalam ruang pendingin selama beberapa hari. Philip pun membekukan otak keduanya. Proyek yang dilakukan Philip ini memiliki teknik tersendiri. Berbagai cara dilakukannya untuk menjaga otak mereka yang sudah meninggal.

otak istimewa

foto: socialnewsdaily.com


Otak yang dibekukan tersebut akan menjadi sejarah dalam bidang penelitian. Philip berharap di masa depan jaringan otak yang dibekukan akan bertahan dan bisa terbangun kembali nantinya. Baginya, hal ini diharapkan akan memungkinkan mereka untuk hidup dalam realitas virtual.