Brilio.net - Siapa sih yang nggak mau memiliki keluarga sejahtera? Anak istri hidup sehat dan bahagia. Tapi, tidak semua pasangan suami istri bisa merasakan kebahagiaan itu. Contohnya yang terjadi pada Nino Erdi dan istrinya, Siti Maesaroh. Pria yang saat ini bekerja sebagai office boy di salah satu perusahaan media ternama di Jakarta itu sedang dirundung duka.

Buah hatinya, Abdillah Pratama Lenggan, yang belum genap satu bulan sejak dilahirkan kini harus tergolek lemas di RS Hasan Sadikin, Bandung. Abdil, begitu Nino memanggil buah hatinya itu, mengalami kesulitan bernapas sehingga harus dirawat di dalam inkubator.

Ini kali kedua bagi Abdil mesti berada dalam inkubator. Saat dilahirkan, bayi mungil ini juga harus masuk inkubator selama seminggu karena masalah yang sama. Setelah itu, Abdil boleh dibawa pulang keluarganya.

Dari semenjak kamu lahir sampai malam ini ayah tak pernah lelah untuk menatap wajahmu yang ada di inkubator. Ayah tak peduli dengan kesehatan ayah walaupun sudah berhari-hari tidak tidur karena bagi ayah yang terpenting kamu bisa cepat sembuh dan bisa berkumpul sama ayah dan bunda, kisah Nino yang diungkapkan di laman Facebooknya.

Namun, bayi mungil yang lahir pada 7 Februari lalu ini mesti kembali masuk Ruang Kenangan 1, RS Hasan Sadikin. Abdil adalah anak pertama pasangan suami istri ini. Sebelumnya, istri Nino sempat dua kali keguguran dari 6 tahun usia perkawinan mereka. Hampir enam tahun sudah saya menikah dengan istri. Dia sudah dua kali keguguran kandungannya, kisah Nino kepada brilio.net.

Kisah pilu Nino tak berhenti sampai di situ. Pria yang sempat kuliah di STIE Tridharma Bandung pada 1999 ini makin gundah karena Abdil tak masuk dalam daftar layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jujur istri saya hampir putus asa. Dia mau bawa pulang paksa, karena anak saya tidak terdaftar dalam surat keterangan tidak mampu dan BPJS, aku Nino.

Sebelum kembali ke Jakarta untuk bekerja, Minggu (28/2), Nino sempat bertanya kepada dokter yang merawat anaknya itu. Besar kemungkinan, Abdil akan dirawat dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga dua bulan. Waduuuh? Bagaimana nanti pembayarannya?, tanya Nino.

Namun di tengah tanya yang membebani pikirannya, Nino tetap optimistis, bahwa kesulitan yang dia hadapi pasti akan ada jalan keluarnya. Tiba-tiba saja saya sangat yakin dan optimis bahwa buat apa pusing? Bukankah ada yang lima waktu. Buat apa menangis? Bukankah ada tahajud. Buat apa mengeluh? Bukankah ada puasa. Allah maha kaya, minta sajalah kepada-NYA, tukas Nino.

Apa yang dialami Nino hanyalah segelintir kisah dari ribuan kepiluan yang dialami banyak orang. Namun, hanya sedikit orang yang punya kepasrahan kepada sang Khaliq atas kesembuhan buah hatinya. Salut.