Brilio.net - Keinginan kaum wanita untuk tampil menawan mendorong mereka mencoba berbagai produk skincare. Namun, masih banyak orang yang bingung tentang cara pemakaian serta pemilihan skincare. Akhirnya, sebagian orang pun memilih skincare tanpa pengetahuan yang mumpuni dan terjebak pada pemakaian krim 'abal-abal'.
Krim 'abal-abal' sendiri merupakan julukan yang diberikan pada skincare dengan informasi produk kurang jelas serta tidak tersertifikasi BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) atau FDA (Food and Drug Administration). Lebih parahnya lagi, skincare yang dijual tanpa label BPOM seringkali tidak mencantumkan kandungannya. Keamanan produknya pun menjadi tidak terjamin.
Salah satu kandungan berbahaya yang kerap digunakan dalam skincare tanpa label BPOM adalah merkuri. Dikutip dari unggahan Instagram Dermatologis, Dian Pratiwi, merkuri merupakan jenis logam berat yang tahan urai, bersifat toksik, dapat terakumulasi dalam tubuh, serta sangat berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan hidup.
foto: Freepik.com
Hingga kini, krim yang mengandung merkuri masih ada saja beredar di pasaran. Biasanya, produk tersebut memperdaya konsumen dengan iming-iming kulit putih, glowing, dan mulus secara instan.
Terpikat oleh klaim khasiat tersebut, sejumlah wanita pun mempercayakan penampilannya pada krim bermerkuri. Alih-alih mempercantik, krim itu justru membuat wajah menjadi memerah, perih, mengelupas, bahkan bisa lebih parah lagi.
Pengalaman tak terlupakan inilah yang sedang dialami wanita bernama Nur Sha. Iming-iming punya kulit putih glowing justru berbuah pahit.
Lewat akun TikTok @nurnnyas, wanita tersebut bercerita jika ia menggunakan produk bermerkuri sejak tahun 2012. Hasilnya diawal pemakaian, kulit menjadi mulus dan glowing.
Hingga pada akhir tahun 2015, wajah Nur mulai muncul flek. Pada awalnya ia mengira jika flek tersebut disebabkan karena seringnya terpapar sinar matahari. Mengingat dirinya merupakan pekerja lapangan.
"jadi 2015 aku masih pakai krim itu, tapi di akhir tahun tuh kayak muncul kayak flek-flek gitu, aku pikir tuh akibat karena kena sinar matahari aja, karena kan emang aku kerjanya di lapangan," ujar Nur dikutip brilio.net pada Senin (29/5).
Namun, flek tersebut tidak mau hilang meski sudah menggunakan krim yang biasanya dipakai. Merasa ada yang tidak beres, Nur pun memutuskan untuk memberhentikan pemakaian.
"tapi kok lama-lama nggak mau hilang, aku pakai krim itu," ungkapnya.
foto: TikTok/@nurnnyas
Setelah mencoba berhenti, ternyata flek tersebut justru semakin melebar. Hingga pada akhirnya di tahun 2017, flek tersebut sudah melebar ke seluruh wajah. Wajah Nur yang awalnya putih mulus pun kini berubah menjadi gosong.
Minimnya pengetahuan tentang penggunaan skincare membuat Nur harus menerima kenyataan kondisi wajahnya yang kini menjadi gosong. Nur pun menyadari jika dirinya telah menggunakan produk krim yang mengandung merkuri tinggi.
Ditambah ia juga kerap terpapar sinar matahari tanpa menggunakan sunscreen. Hal itulah yang memperparah kondisi wajahnya.
"Salahnya aku adalah pada saat pakai itu kerjanya kan di lapangan, suka panas-panasan, nah aku nggak pakai sunscreen dan cuman pakai krim siang," terang Nur.
"Aku pikir tuh ya udah nggak masalah kan, namanya dulu nggak ngerti namanya sunscreen, nggak boleh begini, nggak boleh begitu," tambahnya.
foto: TikTok/@nurnnyas
Kini, Nur pun tengah berjuang untuk mengembalikan kondisi wajahnya. Berbagai cara ia lakukan mulai dari perawatan dengan dokter kulit hingga menggunakan berbagai skincare yang aman dan tentunya sudah terdaftar di BPOM.
@nurnnyas Membalas @s maksih ya semangat dan doanya #flek #pejuangkulitsehat #melasma #okronosis #fyp Somewhere Only We Know
Recommended By Editor
- Tangis pilu anak rantau dengar kabar sang ibu meninggal, tak bisa pulang karena keterbatasan biaya
- Cerita haru pengantin tak bisa berjalan menjelang nikah, dirias MUA sambil tiduran
- Kisah pilu wanita pacaran 7 tahun lalu cerai karena KDRT setelah 1,5 tahun menikah
- Kisah haru perpisahan ayah yang titipkan anak ke panti asuhan, momennya bikin nyesek
- Nyesek abis, tukang pijat tunanetra rela makan nasi cuma pakai garam karena kekurangan biaya