Brilio.net - Selama ini, kita sering mendengar bahwa asap yang dihasilkan dari vape cenderung lebih aman daripada asap tembakau. Oleh karenanya, tak sedikit orang yang tadinya merokok lalu tertarik untuk berganti menggunakan vape atau rokok elektronik.
Namun ternyata, hal tersebut tak sepenuhnya benar. Dilansir brilio.net dari NBC pada Senin (19/8), terdapat hampir dua lusin atau puluhan orang dirawat di rumah sakit karena masalah pernapasan yang disebabkan oleh vape.
Seluruh pasien tersebut mengalami kesulitan bernapas yang cukup parah. Para dokter sendiri tak dapat memastikan zat atau cairan apa yang mereka hirup. Namun, beberapa orang mengatakan bahwa mereka menggunakan rokok elektronik tersebut untuk menghirup nikotin dan THC yang mana merupakan bahan psikoaktif ganja.
BACA JUGA: Mengamati fenomena Vape dan Kretek, ketika gaya hidup 'melawan' budaya
Sementara itu, terlepas dari alat dan cairan yang dipakai serta kebiasaan merokok para pasien, para dokter mengatakan bahwa mereka telah menemukan beberapa kesamaan pada kasus tersebut.
Empat remaja yang dirawat di Rumah Sakit Anak Minnesota datang dengan kondisi di mana saluran pernapasannya sudah mengalami infeksi. Para dokter pun meyakini bahwa mereka terserang pneumonia.
foto: nbc.com
Dylan, salah seorang pasien yang sudah mulai pulih, mengatakan bahwa setelah merokok menggunakan vape beberapa kali dirinya merasa kesakitan. Keesokan harinya, ia pun langsung pergi ke dokter guna memeriksakan kondisinya.
Namun malang, kondisinya setelah itu justru makin memburuk. Pada malam hari, paru-parunya dipenuhi dengan cairan. Melihat kondisi tersebut, pihak rumah sakit pada akhirnya pun terpaksa untuk membuatnya koma melalui induksi medis. Dalam beberapa waktu ia pun harus berada di ICU dengan menggunakan alat bantu pernapasan.
Lepas dari itu, seorang juru bicara American Lung Association menegaskan bahwa semua rokok elektronik pada dasarnya tidak baik digunakan oleh siapapun, terutama remaja. Pasalnya, paru-paru remaja tidak berkembang sepenuhnya, sehingga mereka sangat rentan terhadap bahan kimia dalam rokok elektronik.
Aerosol yang terdapat dalam rokok elektronik tersebut diyakini memiliki logam berat dan partikel beracun ultrafine yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru.
Recommended By Editor
- 6 Fakta rokok elektrik NCIG, diklaim bisa jadi terapi berhenti merokok
- Pro-kontra soal Kretek dan Vape di sebagian kalangan musisi Jogja
- Rokok elektrik compact pertama di Indonesia yang bercukai, bebas tar
- BNN ungkap rokok elektrik rawan disalahgunakan untuk narkoba
- 15 Foto slow motion seni memainkan asap vape, kerennya bikin terkesima