Brilio.net - Masyarakat saat ini terkadang menilai orang lain hanya dari caranya berbicara atau berpakaian. Kebiasaan yang dianggap rasis ini sering kali menyebabkan konflik. Bahkan ada beberapa orang yang tidak menyukai seseorang dari ras yang sama. Mirisnya lagi, masih belum banyak orang yang berani membela orang-orang yang diintimidasi dan didiskriminasi serta melawan aksi seperti ini.

Belakangan, beredar foto yang menjadi viral di media sosial. Foto ini menunjukkan seorang pria dari suku Igorot, Filipina tengah berjalan di pinggir jalan untuk menunggu bus. Pria itu terlihat memakai Bahag, pakaian adat suku Igorot yang terbuat dari sepotong kain tenun, sambil membawa beberapa tas karung.

pria ditolak naik bus  2017 viral4real.com

Potret pria itu diunggah oleh seorang pria bernama Dhrins Laurente Napeek di akun Facebook miliknya. Napeek melihat pria yang mengenakan topi hitam itu ikut antre masuk ke dalam bus. Namun saat para penumpang sudah naik bus dan pria itu ingin naik, tiba-tiba awak bus menutup pintunya. Bus tersebut kemudian langsung melaju dan meninggalkan pria itu sebagai satu-satunya penumpang yang tersisa.

pria ditolak naik bus  2017 viral4real.com


Berbeda dengan kisah yang diceritakan Napeek, menurut laman viral4real mengungkap bahwa pria itu memang tidak berniat pulang. Ia diketahui akan mengunjungi seorang pasien di Villasis atau Rosales namun diduga ditolak naik bus.

Napeek percaya bahwa pria tersebut ditolak karena penampilannya dan memicu kemarahan netizen. Namun, menurut seorang perempuan yang mengaku berada di dalam bus mengungkapkan bahwa kala itu bus yang ditumpanginya sudah penuh, bahkan banyak orang yang berdiri di dalam bus. Itulah mengapa pria itu ditolak naik bus.

pria ditolak naik bus  2017 viral4real.com


Melihat kisah ini viral, perusahaan bus pun sudah mengetahui tentang kejadian ini setelah mendapat banyak protes. Mereka berjanji untuk melakukan penyelidikan terkait insiden tersebut.

Lewat kisah yang dialami pria di Filipina itu, bagaimana pendapatmu nih, Sobat Brilio? Bukankah fasilitas umum diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat tanpa memandang soal penampilan apalagi suku?