Brilio.net - Baru-baru ini seorang pengguna media sosial Facebook bernama Ariy Kurniawan membuat heboh jagat dunia maya. Postingan Ariy menjadi viral setelah lebih dari 2.400 dibagikan.
Pasalnya, postingan yang dia unggah pada Minggu (4/12) itu memuat tiga foto seorang pemuda yang terluka parah di bagian telapak kaki. Rupanya, pemuda itu tak lain adalah Revi Mediantama (19), adik kandungnya.
Revi mengalami luka setelah mengikuti kegiatan penerimaan anggota baru Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Lampung (Unila) selama sepekan sejak 25 November hingga 3 Desember 2016 di pegunungan Tanggamus. Mahasiswa Fakultas Hukum Unila itu pun akhirnya di rawat di RS Advent, Bandar Lampung.
Setelah sepekan mengikuti kegiatan Mapala/foto: Facebook/Ariy Kurniawan
Dalam postingan yang diberi judul Luka dari Mapala Unila itu, Ariy langsung menumpahkan kekesalannya pada organisasi kampus adiknya kuliah. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan tidaklah mendidik, justru cenderung menyiksa. Sontak status Ariy yang cukup panjang itu mendapat perhatian netizen dan jadi viral.
Berikut status kegeraman Ariy ketika menyaksikan telapak kaki adiknya terluka parah, sebagaimana dikutip brilio.net, Selasa (6/12):
"LUKA DARI MAPALA UNILA"
smoga ini menjadi cerita buruk yg terakhir di UNIVERSITAS LAMPUNG.
Luka koreng yg menjijikan ini didapat dari KEGIATAN MAPALA UNILA.
sebagai seorang kakak tentunya saya gk terima adik saya diperlakukan tidak manusiawi dalam kegiatan kampus yg harusnya having fun yg katanya sudah mendapatkan izin dari PEMBANTU REKTOR 3 UNILA.
KEAKRABAN macam apa ini?
Diikuti cuma dengan 6 mahasiswa yg niatnya nyari pengalaman malah jadi apes.
6 mahasiswa disiksa selama 7 hari digunung, sungai dan pantai. Ini kegiatan pecinta alam apa kegiatan nyiksa berjamaah?
Ditampar adalah makanan rutin di alam lepas. Begitu yg katanya pecinta alam?
Boro boro untuk mencintai Alam, mencintai sesama manusia aja kagak..
ini mungkin sudah terjadi bertahun tahun lamanya dan mungkin sudah jadi rahasia umum. Tp saya tidak membayangkan ini terjadi kpd anggota keluarga saya.
Ntah apa kegiatan slama di gunung yg ada di tanggamus sampe akhirnya anak ini jadi begini.
Kegiatan ini di mulai dari hari jumat tgl 25 november 2016.
Sejak tanggal 25 sampai tanggal 3 desember lost contact kaya ditelan bumi,gk bisa di tlpn, sms gk dibls, bbm/via medsos no respon. Awalnya masih berfikir mungkin di gunung gk ada sinyal.
Sementara dalam seminggu terakhir cuaca pancaroba bikin cemas org rumah tentang keberadaannya.
7hari ikuti kegiatan cuma sekali kasih kabar utk bilang kalo mau pulang besok.
Dan akhirnya 3 desember 2016 anak ini pulang dengan kondisi badan kurus kaya tengkorak, muka hitam gosong abis dijemur, kaki dengan luka borok darah bercampur nanah.
Memang ada itikad baik utk "ketua"MAPALA Utk datang, minta maaf, kasih penjelasan dan "katanya" mau tanggung jawab. Saya hargai itu..
Saya memaafkan tapi tidak dengan batin saya. Seumur hidup saya gk terima adik kandung saya diperlakukan seperti ini.
Anak ini bukan anak lemah. Anak ini sudah pernah mencapai mahameru dan pulang dengan kondisi yg jauh lebih baik ketimbang skrg. Bukan 1-2 kali anak ini naik gunung di Lampung ataupun diluar lampung.
Tapi dengan kondisi sperti saat ini saya dan keluarga MENGHARAMKAN anak ini utk ikut kegiatan apapun Di MAPALA UNILA.
Unit kegiatan mahasiswa yg seharusnya menjadi wadah mahasiswa utk berkarya, menambah pengalaman justru menjadi petaka utk sesama.
Tradisi ini sudah ada sejak lama, bahkan terkesan "dipelihara" dari zaman ke zaman.
Kalo udah begini keluarga juga yg repot.
Iya kalo yg keluarganya disini. Yg keluarganya dikampung/anak kosan? Siapa yg ngurus? Apa yakin bisa ngurus peserta yg sakit? Sedangkan 6 peserta ini sakit semua.
Faktanya sampai tgl 4 desember ini dari 6 peserta 1 org masuk RS advent, adik saya sendiri dengan kondisi yg sudah di deskripsikan, 1 org sakit dirawat di sekret MAPALA (karena anak kos. Jauh dari org tua)
"Ngetes mental" ungkapan yg biasa diucapkan senior utk mahasiswa baru. Klo begini ngetes mental apa ngetes ilmu?
Anak anak ini kuliah bukan utk disiksa
Anak anak ini ikut ukm bukan utk diperlakukan seperti binatang.
Anak anak ini harusnya dapat pengalaman yg menyenangkan, bukan siksaan.
Selanjutnya kepada kawan2 yg sempet baca tulisan ini, mohon bantuannya utk MELARANG anggota keluarganya, teman temannya, utk ikut UKM MAPALA UNILA.
Pak Pembantu Rektor 3 tolong ditindak tegas oknum alumni, senior yg terlibat di kegiatan selama seminggu tersebut.
Pak rektor UNILA Ini UKM gk beres dan mungkin lebih borok dari luka yg skrg didapat oleh adik saya.
Teman teman jurnalis kampus TEKNOKRA ini bisa jadi bahan berita utk kalian sebarkan ke seantero UNILA..
Saya berharap ini adalah yg terakhir dan tidak ada lagi korban selanjutnya dari acara UKM apapun dimanapun.."
Menurut informasi yang ada, kegiatan itu sendiri hanya diikuti enam anggota saja. Ariy pun tak habis pikir mengapa aksi-aksi kekerasan masih saja terjadi seperti yang dialami adiknya, yang diduga mendapat siksaan di gunung, pantai, dan sungai.
Niatnya pengen jadi anggota Mapala malah apes/foto: Facebook/Ariy Kurniawan
Ariy menceritakan, adiknya pergi dari rumah untuk mengikuti kegiatan pada 25 November 2016. Namun, sejak 25 November sampai 3 Desember adiknya tak bisa dihubungi. Cuaca yang tak menentu membuat keluarganya cemas.
Amarah Ariy makin memuncak ketika dia menilai tak ada itikad baik dari ketua Mapala Unila untuk meminta maaf atau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Pasalnya, bukan hanya adiknya saja, kelima temannya juga mengalami hal serupa.
Dirawat di RS, keluarga juga yang repot/foto: duajurai.co/Anggri Sastriadi
Namun Ariy menghapus statusnya itu pada Senin (5/12). Dalam postingan terbarunya, ia menjelaskan sudah tercapai maksud dan tujuan dirinya dan keluarga tentang kasus yang jadi polemik di ruang lingkup akademis. Berikut postingan baru Ariy:
Status Ariy Kurniawan setelah postingan sebelumnya ia hapus/foto: Facebook/Ariy Kurniawan
Pihak organisasi Mapala Unila pun seperti dilansir media lokal, duajurai.co, bersedia bertanggung jawab atas peristiwa yang menyebabkan peserta latihan dasar itu terluka. Ya, semoga saja nggak ada lagi deh aksi-aksi kekerasan dalam merekrut anggota Mapala.
Recommended By Editor
- 4 Kecelakaan tragis di konser musik dunia, korbannya ratusan jiwa
- 2 Mahasiswi Indonesia kibarkan Merah Putih di puncak tertinggi Amerika
- 10 Benda tak terduga ini ternyata berguna bagi pendaki pemula
- 7 Artis kondang ini ternyata suka mendaki gunung, pecinta alam ya?
- Kamu punya nyali? Coba berkemah di tebing curam ini