Brilio.net - Tragedi memilukan di stadion Kanjuruhan menambah duka persepakbolaan Indonesia. Karena tragedi tersebut, banyak korban jiwa berjatuhan. Sejak itu, satu per satu video tragedi Kanjuruhan menyebar di media sosial usai pertandingan Liga 1 Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam.
Baru-baru ini video salah satu suporter Arema FC (Aremania) Yohanes Prasetyo membagikan kesaksiannya saat detik-detik tragedi Kanjuruhan terjadi.
foto: Youtube/Mata Najwa
Yohanes Prasetyo, Aremania yang selamat dari maut itu mengaku sudah memohon kepada polisi agar tidak menembakkan gas air mata ke arah penonton. "Saya berinisiatif untuk turun ke lapangan, cuma memohon sama aparat kepolisian untuk tidak meneruskan tembakan gas air mata," ujar Yohanes seperti yang telah brilio.net lansir dari YouTube Mata Najwa, Jumat (7/10).
Inisiatifnya itu bermula saat ia terkena gas air mata di atas tribun. Ia juga menyaksikan sejumlah anak kecil dan ibu-ibu yang menjerit karena gas air mata.
"Saya turun, coba saya ngomong baik-baik sama Pak polisi. Pak polisi tolong, jangan tembakkan gas air mata ke tribun. Di situ banyak anak kecil. Awal Pak polisi bilang, oh iya bro bilangin teman-temanmu," ujarnya menirukan percakapan dengan polisi pada saat itu.
foto: Youtube/Mata Najwa
Alih-alih dikabulkan, permintaannya itu justru disambut dengan tindakan kekerasan aparat kepolisian. Ia kemudian diteriaki dan dibentak-bentak oleh anggota polisi lain yang tiba-tiba datang menghampirinya. Tak hanya itu, ia juga tiba-tiba dipukul kepalanya dari arah belakang.
"Awal serangan itu dari belakang mengarah ke kepala saya. Itu serangan beberapa kali tapi saya gak melihat siapa yang menyerang, saya gak melihat identitasnya," ungkap Yohanes.
Penggunaan gas air mata yang dilakukan aparat kepolisian tak hanya di dalam stadion, tetapi juga di luar stadion. Kesaksian ini disampaikan Yohanes ketika dirinya berhasil keluar dari stadion Kanjuruhan.
foto: Youtube/Mata Najwa
“Di luar saya juga sempat melihat gas air mata. Saya kaget sebab saya kira kerusuhan cuma di dalam ternyata di luar juga sudah berantakan. Besi hitam di parkiran motor saja sudah dibuka semua,” tutur Yohanes.
Seperti diketahui, aparat kepolisian yang mengamankan jalannya pertandingan Arema FC vs Persebaya pada 1 Oktober lalu menembakkan gas air mata secara berlebihan. Tembakan gas air mata itu diarahkan ke tribun penonton, akibatnya menimbulkan kepanikan dan kericurah di stadion.
Banyak suporter yang berlarian untuk menyelamatkan diri dari gas air mata, nahas sejumlah pintu di stadion terkunci sehingga para penonton saling berdesakan dan ada yang terinjak-injak, hingga menimbulkan banyak korban jiwa.
Recommended By Editor
- 20 Personel Polri diduga langgar etik dalam tragedi Kanjuruhan
- Cerita pilu pelatih Arema FC lihat fans meninggal di pelukan pemain
- Detik-detik kepanikan para suporter Aremania di pintu keluar stadion
- Pernyataan presiden FIFA soal tragedi Kanjuruhan
- Presiden Arema FC Juragan 99 buka suara, sesali tragedi Kanjuruhan