Brilio.net - Wisuda merupakan momen yang sangat berharga. Wisuda menjadi perayaan akan perjuangan berat belajar di kampus. Terlebih jika lulus dengan predikat terbaik, pasti akan lebih membanggakan.
Karena menjadi momen yang berharga, wisuda biasanya dihadiri oleh orang tersayang. Orangtua biasanya akan diundang oleh pihak universitas untuk menghadiri wisuda anaknya. Teman-teman juga hadir memberikan hadiah dan bunga.
Momen hangat tersebut sayangnya tidak bisa dirasakan Jeric R. Rivas. Dilansir brilio.net dari akun Facebook Jeric R Rivas, Senin (22/4), lulusan jurusan Science in Criminology sebuah universitas di Filipina ini terduduk lemas di momen wisudanya. Lulusan terbaik ini melaksanakan wisuda tanpa dihadiri orangtuanya.
"Hari berikutnya, kita wisuda, kita semua yang lulus dan orang tua teman sekelas Aku ada di sana kecuali aku. Aku melihat depan, belakang, di sebelah kiri, di sebelah kanan, aku berharap melihat sekilas kehadiran mereka (orangtua), tapi tidak ada. Aku sudah menunggu beberapa menit, sampai waktu telah berlalu, kita semua diatur dan nama kita dipanggil satu-satu. Salah satu teman sekelas aku naik panggung dengan orang tua untuk menerima ijazah. Sampai aku mendengar namaku, dan ini aku lagi, aku bisa kembali ke entblado sendirian. Saat aku sedang berjalan (ke panggung) air mataku menetes, karena saat wisuda, orangtuaku tidak bisa hadir. Aku merasa iri karena orang lain didukung oleh orang tua, sedangkan saya, tidak ada," tulis akun Facebook Jeric R. Rivas.
foto: Facebook/Jeric R. Rivas
Jeric bercerita bahwa selama ini orangtuanya tidak pernah menghadiri wisudanya. Dulu saat ia belajar di Sekolah dasar (SD), Jeric mendapat penghargaan tertinggi di wisudanya. Ia berharap orangtuanya dapat mengalungkan medali penghargaan tersebut. Namun harapan Jeric tak terwujudkan.
foto: Facebook/Jeric R. Rivas
"Ketika saya di sekolah dasar, saya menerima penghargaan tertinggi sebagai siswa terbaik tetapi orang tua saya tidak pernah datang. Mereka seharusnya naik ke atas panggung dan mengikat medali di leher saya, tetapi karena mereka tidak datang, saya menolak medali itu," tulis Jeric R. Rivas.
Selama ini Jeric bekerja sembari kuliah. Pria yang tinggal di Pulau Sibuyan, Romblon itu kemudian pindah ke tempat lain dan berkuliah di kampus bergengsi San Jose Del Monte, Bulacan. Di sana ia kuliah sembari mencari penghasilan sendiri.
foto: Facebook/Jeric R. Rivas
Jeric mengaku selama ini bekerja serabutan. Ia pernah bekerja di sebuah pabrik di Quezon, menjadi kru layanan di gerai makanan cepat saji dan menjadi pembantu rumah tangga. Meski bekerja, nilai akademiknya tetap brilian.
Jeric bisa membuktikan ia lulus sebagai wisudawan terbaik. Di atas panggung, profesornya sampai memberikan semangat kepadanya.
"Ketika saya berjalan, salah satu profesor saya berdiri di panggung menunggu saya dan memeluk saya. Pada saat itu, beberapa kesedihanku menghilang tetapi aku masih menangis di depan semua orang," ungkap Jeric.
foto: Facebook/Jeric R. Rivas
Usai menerima penghargaan dari para profesor, Jeric turun panggung dengan muka sedih. Melalui akun Facebook Jeric R Rivas, ia mengunggah foto-foto wisudanya. Jeric tampak terduduk lesu di lantai. Ia sendirian di momen wisuda tanpa ada kerabat atau orangtua.
Meski wisudanya tidak dihadiri orangtua, Jeric tetap berterimakasih dengan sosok yang membuatnya ada di dunia. Ia berharap suatu hari nanti orangtuanya bangga padanya.
"Kepada orangtuaku, yang sampai hari ini tidak bisa menerimaku dalam hidup mereka, jika kamu membaca ini, ini aku sekarang dan aku harap aku membuatmu bangga ...," tutup Jeric mengakhiri tulisannya.
Recommended By Editor
- Lelah jalani pemotretan, bocah 3 tahun ini ditendang oleh ibunya
- Bikin terenyuh, bocah kelas 4 SD ini jual gorengan sampai malam
- Foto bocah ojek payung ini menyimpan kisah haru di baliknya
- Kisah remaja ultah tak dihadiri satupun temannya, bikin terenyuh
- 6 Kisah sedih anak menangis karena ayam mati, bikin ikut terharu