Brilio.net - Lyosha seorang pria yang sudah menginjak usia 16 tahun, "Lihat, kulitku, warnanya seperti pasir pantai," katanya sambil terkikik geli. Kalimat tersebut ia lontarkan saat ditemui wartawan. Lyosha dilahirkan di sebuah desa terpencil di Siberia, timur laut Rusia, yang dipenuhi oleh penduduk miskin dan pecandu alkohol.
foto: bbc
Dilansir brilio.net dari bbc.com Senin (31/12), pada tahun 2005, Lyosha baru berumur 2 tahun. Setelah ia pulang dari perayaan malam tahun baru, ketika sampai di rumah, Lyosha bertemu dengan ayahnya yang sedang mabuk. Kesenangannya setelah tahun baru berubah seketika. Ayahnya tega melempar Lyosha bersama adik kecilnya yang masih berumur 14 bulan ke dalam tungku pembakaran kayu.
Adik bayinya terbakar hingga meninggal dunia. Sedangkan Lyosha berhasil diselamatkan ibunya dari panasnya api tungku. Akan tetapi Lyosha mengalami luka bakar yang mengerikan di tubuh kecilnya. Kepala, bahu, lengan, dan paru-parunya penuh dengan asap. Meskipun begitu, ia berhasil bertahan hidup.
foto: bbc
Waktu itu, setelah neneknya pulang dari supermarket setiap minggu, sang nenek membawa pulang sebuah koran. Di koran tersebut ada berita yang mengangkat kisah pria bernama Lyosha. "Saya ingat pernah membaca sebuah berita tentang pembakaran seorang anak lelaki," tutur Lyosha.
Semenjak itu Lyosha menjadi sangat takut hanya dengan melihat oven yang sedang terbakar untuk sementara waktu. Waktu itu juga ada usaha menghimpun dana untuk pengobatannya.
Ibu Lyosha tidak mampu merawatnya, sehingga Lyosha dibawa ke luar dari daerah Buryatia. Kemudian ia diberikan kepada sebuah keluarga asuh di Moskow. Perawatan untuk kesembuhannya bisa berlangsung sangat lama, yakni 10 tahun. Lyosha harus menjalani transplantasi kulit, operasi dan rehabilitasi.
foto: bbc
Sampai ia sudah berusia 16 tahun, Lyosha telah dibawa ke berbagai klinik hampir di setengah dunia. "Saya pernah tinggal di Swiss. Di Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Lithuania, dan banyak tempat. Pengobatan luka bakar saya berpindah dari satu pusat rehabilitasi ke pusat rehabilitasi lain," katanya.
"Jika kamu memiliki hambatan, pandanganmu tentang dunia akan berubah. Tapi kamu tidak boleh membiarkan seluruh hidupmu terluka karena kecacatanmu, atau itu akan menjadi akhir bagimu.", lanjutnya.
Sangat sulit untuk memprediksi apa yang telah dialami Lyosha sejak masa kecilnya. Di dunia di mana hidup anak-anak dan orang dewasa yang bisa sangat kejam, Lyosha harus menjalani kehidupannya seperti layaknya bocah haru pergi ke sekolah dengan bekas luka bakar seperti itu.
foto: bbc
"Ketika aku masih kecil, aku benci semua orang. Aku mempunyai pikiran, kalau aku sedang diperlakukan seperti binatang," Lyosha menyurahkan segala perasaannya selama perjalanannya hingga kini.
"Orang memilih untuk membenci atau membenci karena sesuatu yang tidak mereka ketahui. Pada titik tertentu aku tertarik pergi ke sebuah psikolog. Pergi kesana membuatku memahami beberapa hal karena beberapa alasan. Dan kebencianku mulai menghilang, aku berhenti membenci saat itu", lanjutnya.
foto: bbc
Lyosha tidak tertarik pada percakapan tentang "kesempatan kedua" atau "beruntung bisa selamat". Dia terus melewati beberapa pertanyaan yang menyangkut hal itu.
"Itu bukan pilihanku, itu terlalu kecil. Apa yang terjadi. Jika hasilnya berbeda, aku akan mati dan tidak akan ada apa-apa, atau aku akan tinggal di Buryatya dan melanjutkan hidupku. Itu saja.", kata Lyosha.
Sikap Lyosha membuat kagum. Dia adalah orang yang menertawakan dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Dia tidak mencari seseorang untuk disalahkan, dia tidak takut, dia hanya ingin menjalani hidupnya. Sikap pemuda 16 tahun itu terhadap api juga mengejutkan.
foto: bbc
"Aku suka api. Terutama api barbekyu besar. Aku tahu orang-orang yang pernah mengalami peristiwa seperti itu takut akan api."
Lyosha mengatakan dia menyukai mitologi Phoenix, api yang membakar dirinya hingga kelahiran kembali, melambangkan kemenangan hidup melawan kematian.
"Aku menemukan diriku dalam cerita ini. Ketika aku masih kecil, aku terbakar, tetapi entah bagaimana aku terlahir kembali dari abuku." ucap Lyosha.
foto: bbc
Membuat terkejut lagi, Lyosha memilih untuk melanjutkan hubungannya dengan ayahnya yang sudah pernah menempatkannya dalam oven yang menyala. Ayahnya baru saja dibebaskan dari penjara. "Ini bukan tentang pengampunan. Aku memaafkannya sejak lama. Sekarang kita (Lyosha dan ayahnya) hanya berbicara seperti orang normal," jelasnya.
"Aku tidak pernah membencinya (ayah). Dia mungkin mengira aku sedang memarahinya, tetapi ketika aku kembali ke Buryatia, aku memberitahunya segala perasaanku," tutup Lyosha.
Recommended By Editor
- Kisah Ifan Seventeen selamat dari tsunami usai terapung 2 jam
- 20 Foto diambil sebelum kematian ini bikin haru
- Pakai earphone saat HP dicas, remaja ini alami nasib tragis
- Kisah bayi usia 8 hari meninggal akibat dicium ini bikin terenyuh
- Kisah semasa hidup pria yang kuburannya bentuk botol ini bikin syok