Brilio.net - Baru-baru ini publik digegerkan dengan video seorang pria asal Berau, Kalimatan Timur yang diterkam buaya saat tengah mandi di sungai. Terlihat jelas detik-detik histerisnya orang-orang yang berada di lokasi meminta sang buaya untuk melepaskan jasad.
Video yang menunjukkan buaya tengah menyeret mayat pria bernama Syarifuddin itu tentu saja langsung menimbulkan berbagai tanggapan. Mengingat kondisi tubuh Syarifuddin dalam keadaan utuh, banyak orang yang menilai kalau pria malang itu tidak diterkam buaya. Bahkan ada yang memercayai kalau buaya tersebut 'mengantar' jasad Syarifuddin ke pinggir sungai.
facebook.com/Muhammad Hamzah Brc
Timbulnya berbagai pendapat mengenai penyebab kematian Syarifuddin ini, telah dikonfirmasi oleh brilio.net kepada Kapolsek Talisayan, Iptu Faisal Hamid, Kamis (20/7). Ia memastikan bahwa Syarifuddin meninggal karena diterkam buaya liar saat mandi.
"Ya betul, tewas akibat diterkam buaya saat mandi bersama temannya yang bernama Abdullah pada Selasa (18/7) sekitar pukul 18.30 sore," jelasnya.
Faisal juga mengatakan bahwa polisi bersama warga kemudian menyisir sekitar sungai di mana Syarifuddin diterkam buaya tersebut. Jasadnya kemudian ditemukan setelah seekor buaya menggigit jasad Syarifuddin dan seolah membawanya ke tempat yang dapat dijangkau manusia.
"Ditemukan keesokan harinya sekitar pukul 09.00 WIB pagi sekitar 500 meter dari TKP," lanjutnya.
Sebelumnya, kejadian hewan memangsa manusia juga sempat menggegerkan publik bahkan menjadi perbincangan hangat dunia internasional.
Pada hari Senin (27/3) publik telah dihebohkan dengan ditemukannya seekor ular piton yang menelan manusia di Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Korban yang diketahui bernama Akbar itu dilaporkan berangkat dari rumah pada hari Minggu (26/3) pagi ke kebun untuk memanen sawit. Namun Akbar tidak ada kabarnya hingga malam pun menjelang. Alih-alih menemukan Akbar, warga desa malah menemukan seekor ular piton dengan kondisi perut seperti habis menelan sesuatu yang besar. Ternyata setelah dibelah, jasad Akbar ditemukan di dalam perut ular piton tersebut.
Tentu saja insiden pria ditelan ular ini menjadi sangat viral di media mana pun. Tak hanya foto, bahkan beredar pula video detik-detik penemuan jasad Akbar dalam perut ular besar itu.
Di tahun 2017 ini, insiden hewan memangsa manusia tak hanya sedikit yang terjadi. Berbeda dengan kasus ular menelan manusia, kasus buaya menerkam manusia lebih kerap terjadi.
Seperti yang terjadi pada warga Bangka yang tewas diterkam buaya dan ditemukan pada Selasa (24/1) silam. Korban bernama Jais berniat untuk mencari timah di sekitar kolong Mayar Desa Sungkap, Simpang Katis. Namun tiba-tiba korban tak ada kabarnya hingga lebih dari 24 jam ia baru ditemukan tak bernyawa dengan luka sobek di bagian dada dan leher.
Pada tanggal 10 April 2017, seorang pria bernama Rohan nyaris kehilangan nyawa akibat diserang buaya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Diketahui Rohan berjalan keluar rumah untuk mencari sinyal telepon genggam yang masih sangat sulit di daerah itu. Saat sedang melintas di pinggir sungai, tiba-tiba seekor buaya besar datang menyambarnya. Beruntung, pria 26 tahun ini cepat melompat dan menghindari samaran buaya itu. Saat itu juga ia langsung berteriak sekeras-kerasnya meminta pertolongan warga.
Selain itu, pada hari Rabu (7/5) telah ditemukan jasad seorang pria bernama Ibrahim yang dikelilingi lima ekor buaya di dalam parit di Desa Santan Sari, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Nasib apes dialami pria berusia 26 tahun ini saat mencari rumput namun tak kunjung pulang hingga malam hari. Hingga akhirnya ia ditemukan keesokan paginya dalam kondisi tubuh masih utuh meski terdapat luka robek pada bagian paha dan perut.
Di wilayah Kabupaten Banyuasin sendiri di tahun 2017 ini telah terjadi tiga kasus serupa. Warga diterkam buaya saat sedang beraktivitas di wilayah rawa.
Banyaknya jumlah kasus manusia dimangsa oleh hewan tentunya sangat dipertanyakan penyebabnya. Tidak mungkin tiba hewang menyerang manusia jika tidak dalam keadaan terdesak. Tentu ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa hewan memilih manusia sebagai mangsanya.
Staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Slamet Raharjo menyebut banyak faktor penyebab kenapa hewan buas kerap memangsa manusia.
"Kerusakan habitat, pencemaran lingkungan, perburuan tentu saja membuat hewan untuk mendapatkan makanan alami menjadi sangat sulit. Hewan-hewan ini tak akan mengusik kehidupan manusia jika habitat alaminya tak terancam," ujar Slamet Raharjo menuturkan kepada Brilio.net, Jumat (21/7).
Menurut dia kondisi ini semakin diperparah saat musim kemarau tiba dimana sumber makanan menipis dan terjadi kekeringan pada pohon-pohon maupun hutan yang notabenenya menjadi tempat tinggal para hewan. “Maka insiden hewan seperti buaya menerkam manusia ini akan berulang tiap musim kemarau jika tidak diimbangi dengan pelestarian lingkungan serta habitat hewan," tambahnya.
Hal inilah yang tentunya harus disadari banyak pihak untuk menjaga kelestarian lingkungan yang juga menjadi habitat bagi hewan. Hewan juga butuh tempat untuk hidup, mencari makan dan juga berkembang biak. “Mereka tidak akan mengusik teritorial manusia jika tidak dalam kondisi terdesak akibat kesediaan makanan serta habitatnya yang terancam,” kata Slamet.
Recommended By Editor
- 3 Bocah ini nekat memburu ular segede paha, endingnya bikin takjub
- Ular masuk ke dalam rumah? Begini cara yang benar untuk mengatasinya
- 2 Anjing ini jatuh ke sumur bareng ular kobra, endingnya bikin takjub
- Piton ini menelan buaya hidup-hidup, duh bikin merinding aja
- 4 Orang ini hidup mesra bareng ular, bikin merinding yang ngelihat
- Memberi makan ular piton dengan babi hidup, keluarga ini dikecam