Brilio.net - Publik kembali dihebohkan dengan sebuah video wawancara yang menampilkan momen di mana seorang calon peserta lulusan SMK hendak melamar menjadi pegawai magang ke Jepang, namun tak bisa menjawab pertanyaan perkalian dasar. Insiden ini terjadi di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) magang ke Jepang di Ponorogo, Jawa Timur, membuat sang pewawancara atau pelatih tampak geregetan.

Dalam video tersebut, pelatih terlihat menanyakan soal perkalian dasar kepada calon peserta. Soal yang ditanyakan sangat sederhana karena merupakan pelajaran SD.

"2 meter besi itu kamu potong jadi 4, itu kamu potong berapa sentimeteran itu?" tanya pria tersebut.

lulusan SMK tak bisa perkalian  © 2024 TikTok

foto: TikTok/@wong.japan

Mendapat pertanyaan tersebut, tampak calon peserta itu hanya terdiam. "Enam," jawab calon peserta tersebut.

"Kamu dari SMK mana?" tanyanya kembali, tampak heran bahwa calon peserta yang lulus dari SMK tersebut tidak mengetahui perkalian dasar.

"Dulu kamu SD gimana, terus kalau kayak gini gimana pak?" imbuhnya tersebut kepada pria di dalam ruangan yang sama.

"Makannya belajar gitu loh, jangan cuma main aja," kata pria pewawancara tersebut.

Lantaran bingung untuk menerima calon peserta itu di LPK Magang ke Jepang, akhirnya pewawancara itu meminta sang calon peserta untuk pulang dan kembali belajar perkalian dasar.

"Dah gini aja mas, sekarang kamu pulang aja, kamu hafalkan perkalian. Kalau kamu sudah hafal, datang lagi ke sini," ujarnya.

lulusan SMK tak bisa perkalian  © 2024 TikTok

foto: TikTok/@wong.japan

Lebih lanjut, pewawancara tersebut menjelaskan proses pendaftaran magang ke Jepang yang memiliki banyak tahapan, termasuk tes matematika dasar.

Beredarnya video ini memicu perhatian warganet, banyak yang prihatin dengan kualitas pendidikan sumber daya manusia di Indonesia. Sejumlah warganet menilai perkalian dasar yang ditanyakan pria tersebut masih perkalian dasar di tingkat SD dan SMP, sehingga calon peserta lulusan SMK tidak bisa menjawabnya, membuat mereka miris.

"Hasil dari bisa gak bisa harus naik kelas.. sedih memang lihat fakta seperti ini di lapangan," kata @wningtyaskyh.

"Nggak ada slogan yg penting kerja, karena kerja juga butuh kemampuan, keahlian dan kemauan," ujar @emakbirru.

"Pendidik itu cuma ikutin aturan. Ngajar itu susah di zaman sekarang, kalo dulu guru boleh paksa anak belajar sampai betul2 bisa. Kalo skrg??? Pasti bilangnya “jangan dipaksa, kemampuan anak kan beda2”. Bingung kan???" tanya @vnayef.

"Coba tes semua murid dikelasnya pak, kalo hanya dia berarti emang disleksia, kalo semua murid seperti itu, berarti kelasnya ancor," kata @purwantoabdulrofikopah.

"Aku bangga lulusan kurikulum voc, salah dikit di geplak penggaris," ujar @dindaprmtta.