Brilio.net - Seorang perawat bernama Galina Roslyakova terkejut dan ketakutan saat ia menyadari bahwa pasien yang sedang ia rawat adalah korban dari penembakan massal yang dilakukan oleh anaknya sendiri, Vladislav Rosylakova. Vladislav menewaskan 21 orang dan melukai lebih dari 65 orang dalam serangan bom dan penembakan di perguruan tinggi, Krimea.

Korban serangan itu lantas dilarikan di rumah sakit tempat Galina bekerja. Sebagai seorang perawat, Galina langsung memberikan pertolongan pertama bagi para korban. Lalu Galina dibawa pergi polisi, dan diberi tahu jika pelaku serangan ini adalah anaknya sendiri. Ia sempat syok dan frustasi, hingga berusaha bunuh diri atas kejadian yang dilakukan anaknya.

Serangan ini diawali dengan munculnya suara ledakan yang sangat keras dari dalam salah satu kantin perguruan tinggi. Dan dilanjutkan dengan aksi penembakan massal yang menyasar orang-orang yang berada di area kantin. Orang-orang sekitar pun merasa sangat ketakutan dan histeris melihat kejadian ini. Dilihat dari rekaman CCTV dan investigasi, Vladisav ditemukan meninggal dengan luka tembak di kepalanya.

Kasus ini masih diselidiki pihak kepolisian setempat. Banyak teori yang menyatakan latar belakang Vladisav untuk melakukan tindakan penyerangan yang mengerikan ini. Yang pertama, sehari sebelum melakukan tindakan ini, ia sempat bertengkar hebat dengan kekasihnya. Yang kedua, Vladisav adalah pecinta game kriminal berdarah di komputernya. Banyak game-game berdarah yang ia miliki di komputernya. Yang ketiga, ia merasa ia kerap diremehkan dan dianggap sebagai orang buangan yang selalu dipermalukan kemiskinan keluarganya.

Dilansir mirror.co.uk, Senin (22/10) versi lain dari teori motif penyerangan yang dilakukan Vladisav adalah kemungkinan dirinya yang tergabung dalam jaringan ISIS. Kepala administrasi Krimea Sergey Aksyonov membantah dugaan jika penyerangan itu terkait dengan kelompok ISIS. Hingga kini, motif penyerangan yang dilakukan Vladisav pun masih diselidiki kebenarannya oleh pihak kepolisian.

reporter: mgg/renno hadi