Brilio.net - Empat tahun lalu, desa wisata Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah menjadi salah satu jujugan para penikmat alam. Panoramanya yang alami, hamparan sawah dengan pemandangan gagahnya Gunung Merapi, tradisi warga yang masih dijaga menjadi andalan dari desa wisata ini.

Desa wisata Girpasang kala itu viral. Para wisatawan tak peduli dengan jauhnya Girpasang. Untuk sampai ke desa ini, waktu tempuhnya adalah 45 menit dari alun-alun Klaten.

Dulu seiring dengan viralnya objek wisata ini, beberapa prasarana fisik sudah dibenahi. Jalan menuju kampung dari pusat kota Klaten hampir tidak ada kerusakan, sehingga nyaman dikunjungi dengan motor, mobil, bahkan rombongan bus sekalipun.

Titik balik desa ini sebagai tujuan wisata terjadi pada tahun 2021. Pemerintah membangun jembatan gantung sepanjang 120 meter yang melintasi jurang sedalam 150 meter. Jembatan ini diresmikan awal 2022, mengubah drastis kehidupan warga Girpasang.

girpasang klaten © 2024 brilio.net

foto: brilio.net/Robiul Adil

Keberadaan jembatan gantung ini justru menambah daya tarik Girpasang. Pengunjung berdatangan dari berbagai daerah, menjadikan kampung ini destinasi wisata baru.

"Mereka datang ke sana di samping melihat situasi keunikan Girpasang memang untuk menikmati jembatan tersebut, " ujar Subur, Ketua Pengelola Wisata Girpasang kepada brilio.net beberapa waktu lalu.

Sebelum tahun 2019, Girpasang hanyalah sebuah dukuh terpencil di Klaten yang nyaris tak dikenal. Terletak di punggung bukit lereng Gunung Merapi dan diapit dua jurang, Girpasang memiliki keunikan tersendiri. Dulunya, akses ke kampung ini hanya melalui jalan setapak di pinggir jurang dengan ribuan anak tangga.

"Dulu, saking ngga ada aksesnya, jalannya cuman satu harus melewati jurang, itupun melewati 1001 anak tangga, " jelas Subur.

girpasang klaten © 2024 brilio.net

foto: brilio.net/Robiul Adil

Sekitar awal tahun 2022 menjadi momen membludaknya pengunjung di Kampung Girpasang. Ramainya pengunjung tak lepas dari sosial media yang dipenuhi foto-foto berlatar pemandangan di sana saat itu. Sayangnya, kini kondisinya sangat bertolak belakang.

"Sekarang kalau hari kerja gini hampir ngga ada yang berkunjung Mas, paling cuman satu dua orang saja, " kata dia.

Dulu ketika viral, Girpasang yang per harinya dikunjungi ribuan wisatawan. Saat ini untuk mencapai 1.000 pengunjung memerlukan waktu 1 minggu. Kini Girpasang ramai hanya saat libur akhir pekan dan libur nasional.

"Ya pas dibuka wisata pertama kali itu yang paling banyak, kalau 10.000 pengunjung lebih itu", terang Subur.

girpasang klaten © 2024 brilio.net

foto: brilio.net/Robiul Adil

Cerita viralnya kawasan tersebut memang sudah dirintis masyarakat setempat bersama komunitas relawan dan beberapa perguruan tinggi. Komunitas relawan bencana sudah banyak menjalin kerja sama dan mendatangkan pihak luar untuk mengadakan pembelajaran penanggulangan bencana.

Kepedulian warga ke sesama pada tahun 2014 mendorong gerakan untuk mengenalkan masyarakat dengan keberadaan kampung itu sekaligus saling melindungi karena wilayahnya yang rawan terdampak letusan Gunung Merapi.

"Adat istiadat itu di sana juga sangat dijaga. Upacara seperti sedekah bumi, ngunduh banyu, kendurenan sama hari besar keagamaan masih dilakukan secara tradisional, " jelasnya.

Sepinya pengunjung sudah dari tahun 2023. Pengelola juga mempunyai strategi menarik wisatawan. "Masterplan itu sudah ada, kendalanya sekarang dari pembiayaan, " ujar Subur.

Sejauh ini, pengelola wisata masih berusaha menggandeng pihak luar untuk menjadi investor di sana. Walaupun sudah ada progres pengembangan seperti cafe, penataan kampung, hingga pengadaan Gondola, namun hingga sekarang pembuatan wahana baru dan lainnya hanya berasal dari inisiatif kolektif serta dana desa.

 

Penulis: magang/Robiul Adil