Brilio.net - Sandi Butar Butar semakin terkenal dengan aksi lantangnya dalam mengkritisi pejabat Damkar yang dianggap tidak peduli dengan alat untuk operasional. Aksi protes pria yang bekerja di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Depok satu ini pun mengundang perhatian dan viral di media sosial.

Baru-baru ini, Sandi kembali menceritakan terkait keluh kesah saat mengoperasikan mobil damkar. Sandi mengaku, dia dan tim kerap kehabisan bahan bakar saat melakukan penyelamatan entah itu mobil maupun alat-alat penunjang lainnya. Karena itu, dia mengaku kerap meminta uang kepada warga. Khususnya ketua RT atau RW untuk membeli bahan bakar.

Sandi memaparkan kejadian ini kerap dialaminya ketika warga meminta bantuan ke damkar untuk evakuasi pohon yang tumbang. Saat itu, chain saw sebagai alat yang dipakai untuk memotong batang pohon justru tidak ada bensin. Saat itu, Sandi sebenarnya ingin menghubungi atasannya, namun dia tahu kalau hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lama.

Sandi Butar Butar bongkar sisi gelap Damkar Depok © Instagram

Sandi Butar Butar bongkar sisi gelap Damkar Depok
Instagram/@depok24jam

"Chain saw nggak ada bensin. Kalau kita telepon pejabat kan lama lagi. Kadang kita patungan. Kadang kalau sudah terdesak kita jujur sama ketua RT atau RW, 'Pak mohon maaf kita nggak ada bensin'. Itu untuk operasionalnya chain saw itu kan bensin dan oli campur. Ya kadang kita minta ke warga," kata Sandi dikutip dari merdeka.com pada Senin (19/8).

Insiden semacam ini ternyata bukan terjadi sekali dua kali. Menurut Sandi, setiap kali ada permintaan bantuan evakuasi pohon tumbang, petugas selalu kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar. Saking seringnya, Sandi mengaku sudah menjadi makananya mendapat cemooh dari warga.

Sandi Butar Butar bongkar sisi gelap Damkar Depok © Instagram

Sandi Butar Butar bongkar sisi gelap Damkar Depok
Instagram/@depok24jam

"Warga nilai sendiri jadinya. Ada yang nanya 'Bang ini serius pemadam nggak ada bensin? Duit negara'. Kita jawab apa adanya kalau nggak ada bensin," ceritanya.

Namun, meski dia dan teman terus kena cemooh warga, Sandi mengaku tak ada cara lain yang bisa dilakukan. Dia hanya bisa mengungkapkan kenyataan yang ada demi upaya evakuasi.

"Mau nggak mau kita jujur kita mau gimana? Sudah berapa tahun dan warga juga sudah nilai," ungkapnya.

Selain meminta pada warga, dia juga pernah melakukan urunan dengan anggota lainnya. Sandi mengaku sering mengeluarkan uang sekitar Rp24 ribu sampai Rp45 ribu. Padahal gajinya tidak begitu besar.

Sandi Butar Butar bongkar sisi gelap Damkar Depok © Instagram

Sandi Butar Butar bongkar sisi gelap Damkar Depok
Instagram/@depok24jam

"Waktu itu bensin kita beli hasil urunan sekitar Rp25 ribu sampai Rp45 ribu, padahal gaji kita Rp3,2 juta per bulan," ucap Sandi.

Banyak anggota yang terlilit hutang

Sandi mengakui bahwa gaji yang diterima sebagai tenaga honorer DPKP Kota Depok sebesar Rp3,2 juta hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Meski begitu, petugas masih mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS. Namun, terbatasnya pendapatan tetap menjadi tantangan bagi mereka dalam menghadapi biaya hidup yang semakin tinggi.

Dia menambahkan bahwa tingginya biaya hidup serta risiko kerja yang besar membuat banyak petugas pemadam kebakaran Depok terpaksa berhutang. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya anggaran operasional yang sering kali memaksa petugas mengumpulkan uang bersama untuk keperluan seperti bahan bakar. Gaji yang terbatas ini memicu sejumlah anggota terperangkap dalam utang.

"Mohon maaf, pejabat pernah marah karena banyak tagihan, karena anggota berhutang," ungkap Sandi.

"Ada yang datang ke pos ngakunya dari koperasi ingin nagih utang anggota. Ada juga yang terjebak pinjol," sambungnya.

Sandi Butar Butar, salah satu petugas pemadam kebakaran di Kota Depok, memutuskan meminta bantuan hukum kepada pengacara Deolipa Yumara. Langkah ini diambil setelah Sandi mengungkapkan adanya sejumlah kejanggalan yang ditemui dalam lingkup Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Depok.

Menurut Deolipa Yumara, Sandi datang untuk meminta pendampingan hukum secara pribadi. Dia menjelaskan bahwa banyak ketidakberesan dalam pengelolaan Damkar Kota Depok, mulai dari kurangnya pengawasan anggaran hingga potensi penyalahgunaan dana. Sandi juga mencurigai adanya praktik korupsi dalam penggunaan anggaran di DPKP Kota Depok.

"Ya benar, Sandi Butar Butar ini datang ke kami. Kedatangannya yang pertama hendak meminta bantuan hukum yaitu pendampingan secara pribadi. Banyak hal yang kurang-kurang atau curang-curang, atau malah Damkar yang terasa diabaikan oleh pemerintah Kota Depok, karena tidak diawasi anggarannya, atau diberikan tapi mungkin tidak diawasi atau malah kemungkinan di korupsi," pungkas Deolipa.