Diakui oleh Ying, semua grup chat itu sangat penting untuk kelangsungan pekerjaannya. Itu sebabnya dia tidak berani 'leave group' atau meninggalkan grup. Bahkan untuk sekedar menghapus riwayat obrolan saja dia tidak bisa.
Bicara tentang perasaannya setelah resign dari pekerjaan, Tan Ying mengaku lebih santai, bebas, dan tidak tertekan oleh grup chat tersebut. Sebab, tadinya setiap bunyi notifikasi grup membuat dia sangat takut. Ying bahkan nggak berani untuk sekadar mematikan teleponnya dan berhenti memeriksa grup. Dia takut kehilangan berita penting dan memengaruhi pekerjaan.
Namun, banyaknya pesan grup juga membuat Tang Ying sedikit khawatir. Biasanya, dia akan dengan cepat menelusuri pesan-pesan yang tidak berhubungan di grup, tetapi beberapa orang akan mention dia tentang apa pun, yang membuatnya merasa tertekan.
Butuh waktu sekitar seminggu sebelum akhirnya dia menyerahkan tugasnya kepada pengganti Ying. Dan, butuh waktu 3 setengah jam buat Ying leave group chat kantor yang totalnya mencapai 600 itu.
Akan tetapi, alasan pengunduran dirinya tidak ada sangkut pautnya dengan jumlah grup chat kantor ini. Meski begitu, memiliki banyak grup chat bisa menimbulkan tekanan kerja.
"Sekarang saya merasa jauh lebih santai," pungkas Tan Ying.
Recommended By Editor
- Diduga hoarding disorder, cewek tinggal di kamar kos bak kapal pecah ini bikin nggak habis pikir
- Kisah nyata bocah Bangladesh sembunyi di kontainer saat main petak umpet, keluar sudah pindah negara
- Terungkap cara sopir Google Maps perbarui peta, bisa nyasar juga
- Cerita wanita didenda PLN Rp 18 juta usai komplain, ini kronologinya
- Kisah wanita terkena strok di usia 21 tahun, penyebabnya tak terduga
- Kisah Srimulat diangkat ke layar lebar, ini 13 pemainnya