Brilio.net - Film dokumenter Invisible Hopes menjadi salah satu pemenang Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021. Film ini mengisahkan kehidupan perempuan hamil dan anak-anak yang terpaksa hidup di penjara atau lembaga pemasyarakatan (lapas).
Lamtiar Simorangkir, sutradara sekaligus produser Invisible Hopes, berharap kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memperhatikan anak-anak yang lahir dalam lapas. "Mohon maaf Bapak Presiden harus liat Invisible Hopes. Bapak harus, mohon maaf saya ingin malam ini bapak berjanji untuk melakukan sesuatu bagi anak-anak di balik jeruji penjara pak," katanya di hadapan Presiden Jokowi pada Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2021 di Jakarta Convention Center(JCC), Jakarta Pusat, Rabu (10/11).
Selain itu, Lamtiar juga mengisahkan bagaimana susahnya menggarap film ini. "Terima kasih FFI, kami hanya ingin memanfaatkan seluruh yang ada di sini bapak ibu yang ada di sini, dan semuanya yang nonton di rumah sangat banyak anak-anak yang lahir dari ibu narapidana, dan hidup di balik jeruji penjara dan itu butuh perhatian kita," katanya.
Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (12/11), ini 5 fakta film Invisible Hopes.
1. Mengungkap fenomena ibu hamil dan anak yang lahir di lapas.
Ketika Gala premier film yang dilaksanakan pada Sabtu (3/4) di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Lamtiar mengungkapkan bahwa film yang digarapnya memberikan informasi baru. Film ini juga mencoba untuk merekonstruksi solusi baru yang berpihak pada ibu hamil dan memberi harapan baru bagi anak-anak yang menjadi korban karena harus bersama ibunya.
"Kami membuat film ini atas dasar keterpanggilan untuk melakukan sesuatu bagi ibu hamil dan anak yang lahir dalam penjara, bukan untuk agenda lain apalagi untuk menyalahkan dan mempermalukan pihak-pihak tertentu," ungkap Lamtiar.
2. Didukung Kedutaan Besar Switzerland dan Norwegia.
Isu yang diangkat dalam Invisible Hopes merupakan isu penting bagi semua penyintas dan bahkan didukung Kedutaan Besar Switzerland dan Norwegia untuk Indonesia. Dukungan tersebut tidak hanya dukungan moral, melainkan juga membantu secara finansial.
3. Bisa menjadi sarana edukasi dan juga advokasi.
Dalam momen tersebut, Duta Besar Norwegia memuji film dokumenter ini. Selain menjadi media edukasi, ia menyebut bahwa film ini bisa menjadi media advokasi untuk para ibu hamil di penjara.
"Film ini dalam pandangan saya berisi beberapa pesan kunci yang tidak dapat diabaikan, kita perlu memastikan bahwa ibu hamil, ibu melahirkan dan anak-anak di penjara memiliki akses ke makanan bergizi, layanan kesehatan dan kondisi kehidupan yang memadai," ujar Bjornar Dahl Hotvedt, perwakilan Kedutaan Besar Norwegia di Indonesia.
4. Invisible Hopes mengenalkan isu yang jarang diketahui publik.
Invisible Hopes menampilkan hal-hal yang jarang diketahui publik tentang ibu hamil yang menjadi narapidana dan merawat anak-anaknya di penjara. Film ini menggambarkan bagaimana anak-anak yang lahir dan besar terpaksa hidup di penjara, kondisinya yang jauh dari kata baik dan layak.
5. Film pertama yang mengungkap kasus ibu hamil dan anak-anak di penjara.
Invisible Hopes menjadi film pertama di Indonesia yang mengungkap tentang kehidupan memprihatinkan anak-anak yang lahir dari ibu narapidana dan terpaksa hidup dalam penjara. Film ini pun berhasil menjadi pemenang dari nominasi film dokumenter panjang terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2021.
Recommended By Editor
- 5 Fakta menarik film pendek Lika Liku Laki, sabet banyak penghargaan
- 5 Kisah Arawinda Kirana peraih Piala Citra 2021, ditolak casting
- Gaya 9 aktris di FFI 2021, Prilly Latuconsina anggun pakai kebaya Bali
- Raih 12 Piala Citra, ini fakta 6 karakter utama film Penyalin Cahaya
- Daftar pemenang FFI 2021, film Penyalin Cahaya borong Piala Citra