Brilio.net - Serial musikal Payung Fantasi yang merupakan karya kolaboratif Indonesia Kaya, Garin Nugroho dan BOOW Live bakal tayang di kanal Youtube Indonesia Kaya mulai 26 dan 27 Oktober 2022 pukul 19.00 WIB. Serial dengan latar masa penjajahan ini becerita tentang kisah maestro musik sekaligus pahlawan nasional Ismail Marzuki.
Proses produksi serial ini melalui proses panjang yang dimulai sejak Januari 2022. Dimulai dari audisi online Mentjari Bang Maing dan Djoewita yang diikuti 250 pendaftar dari berbagai wilayah di luar pulau Jawa seperti Bali dan juga mencakup wilayah Indonesia Timur. Setelah melangsungkan proses audisi secara hybrid, terpilih 29 peserta untuk ikut meramaikan produksi Serial Musikal: Payung Fantasi ini.
“Kita selalu ingin mendapatkan talent-talent baru makanya kita bikin audisi. Cukup sulit untuk memilih dari sekitar 250 orang yang ikutan audisi,” ujar Program Director Indonesia Kaya Renitasari Adrian.
Renita pun menjelaskan proses kreatif penggarapan serial ini karena banyak memuat deretan karya Ismail Marzuki, sehingga formatnya lebih musikal dibanding Nurbaya. Kendati berlatar era 1920-1950an dan bernuansa vintage, namun serial ini dibuat kekinian agar bisa dinikmati anak-anak muda
“Saat penggarapan Nurbaya, kita merasa banyak kurangnya, maka ya udah kita bikin lagi aja. Saat kita berpikir apa yang akan kita angkat, karena kita ingin naik level juga dan menguji kemampuan semua tim, apakah kita bisa mengangkat karya seorang tokoh yang karya-karyanya sangat luar biasa sekali,” lanjut Renitasari.
Nah seperti apa proses kreatif penggarapan serial musikal Payung Fantasi ini, berikut faktanya.
1. Jauh lebih matang dibanding Nurbaya
Sang sutradara Naya Anindita menjelaskan proses kreatif serial ini jauh lebih matang ketimbang penggarapan Nurbaya yang merupakan kali pertama tim kreatif memadukan antara film dengan teater. “Kebanyakan dari kami saat menggarap Nurbaya masih mencari formula bagaimana menggabungkan antara film dan teatrikal dengan porsi yang tepat. Dari situ kita belajar dalam menggarap Payung Fantasi ini,” ujar Naya.
2. Munculnya talenta-talenta baru
Proses audisi dalam mencari pemain menjadi salah satu elemen yang cukup signifikan dalam penggarapan serial ini. Dari situ muncul talenta-talenta baru yang mumpuni. Hal ini pun diakui Garin Nugroho selaku Eksekutif Produser. Ia senang melihat banyak talenta baru bermunculan, artinya kecintaan terhadap literasi budaya akan terus lestari dan teregenerasi.
“Apalagi Ismail Marzuki merupakan sosok seniman, komposer, dan pahlawan nasional yang sangat memberi pengaruh dalam dunia seni musik Tanah Air. Banyak lagu gubahan beliau yang hingga kini masih terus diputar dan didengarkan, baik dalam wujud asli maupun berbagai gubahan baru,” ungkap Garin.
3. Referensi dari buku
Minimnya jejak dokumentasi Ismail Marzuki di masa lalu membuat tim agak kesulitan untuk meracik cerita yang akan dituangkan dalam serial ini. Beruntung ada buku karya wartawan senior Ninok Leksono yang berjudul Seabad Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman. Buku inilah yang akhirnya menjadi salah satu referensi dalam pembuatan serial ini.
“Ismail Marzuki merupakan sosok komponis dan pahlawan nasional yang sangat menginspirasi, karena karyanya yang masih didengarkan dan dinyanyikan hingga saat ini. Selain menciptakan ratusan lagu, sosok yang memiliki wawasan yang luas tentang dunia musik ini juga pandai memainkan berbagai alat musik seperti ukulele, gitar, biola, akordion, saksofon dan piano. Semoga persembahan ini dapat memperkenalkan karya-karya Ismail Marzuki ke generasi muda,” ungkap Ninok.
4. Mengubah karakter memerankan Bang Maing
Serial ini diperankan Gusty Pratama sebagai pemeran Ismail Marzuki. Gusti mengaku sosok Ismail Marzuki sangat berbeda dengan karakternya sehari-hari yang pemalu. Ia pun berusaha mendobrak tembok pembatas antara karakter yang sesungguhnya dengan Ismail Marzuki.
“Karakter asli jauh banget. Aku sama Bang Maing (panggilan Ismail Marzuki). Aku aslinya pemalu. Ketika harus memerankan Maing itu merasa berbeda banget. Merasa kayak vokal yakin sama apa yang dilakuin,” ungkap Gusty.
5. Dari bonek jadi Mojang Priangan
Serial Musikal Payung Fantasi juga diramaikan dengan penampilan Mariska Setiawan, seorang penyanyi sopran asal Surabaya yang pernah terlibat dalam berbagai pertunjukan musik klasik, yang memerankan sosok Eulis Andjung. Mariska juga harus mengubah karakter diri ketika memerankan Eulis Andjung, istri Ismail Marzuki yang berdarah Sunda. Untuk mendalami peran tersebut, Mariska harus mengubah karakter pribadinya mulai dari cara berpakaian, berbicara, hingga bersikap.
“Aku itu kan arek Suroboyo alias bonek yang jarang sekali pakai kain (kebaya). Aku harus mengubah bahasa tubuh aku sehari-hari untuk menjadi Eulis Andjung, perempuan Sunda yang halus,” ungkap Mariska.
Serial musikal ini juga dimeriahkan Sal Priadi sebagai Syaiful Bahri, Afgan sebagai Bing Slamet, Daniel Adnan sebagai Perwira Belanda, dan juga Titiek Puspa sebagai Eyang Putri.
Recommended By Editor
- Pemeran Hagrid di Harry Potter meninggal dunia di usia 72 tahun
- Web series Healing Trip, healing gaya baru dengan cara menanam pohon
- Mikha Tambayong raih Asia Wide Award dari Marie Claire Korea, keren
- Kenangan kehebatan Ronaldo Nazario di Piala Dunia 2002 yang difilmkan
- Diadaptasi dari games, film Pamali angkat nilai-nilai tradisi dan adat