Brilio.net - Beberapa tahun belakangan, industri perfilman Indonesia semakin bergeliat. Terbukti, makin banyak film yang menawarkan tema dan cerita dari sudut pandang beragam.
Film Indonesia kini tak melulu mengambil setting drama kehidupan masyarakat modern. Film yang bercerita tentang kehidupan kampung atau wilayah terpencil di Tanah Air juga menjadi inspirasi tersendiri bagi sineas-sineas Indonesia dalam membuat karya apik. Bahkan karya-karya mereka yang mengangkat kehidupan kampung tersebut berhasil mencuri perhatian penikmat film dari dalam maupun luar negeri.
Ya, sederet film Indonesia telah melanglang buana di festival-festival film internasional, misalnya saja festival film di Singapura, Prancis, Tokyo, Busan, Locarno, Venesia dan Toronto. Lebih berbangga lagi, ternyata tak sedikit film Indonesia yang berhasil menorehkan prestasi di kancah internasional dan mendapatkan sederet penghargaan dari ajang perfilman bergengsi dunia tersebut. Prestasi yang patut diacungi jempol.
Penasaran kan film tentang kehidupan kampung di Indonesia seperti apa sih yang berhasil mencuri perhatian dunia? Nah, berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (30/12), beberapa film yang bercerita tentang masyarakat kampung di Indonesia yang berhasil meraih sederet prestasi di kancah internasional.
1. Turah.
foto: Wikipedia
Film ini mengambil latar sebuah kampung nelayan di pesisir utara Kota Tegal, Jawa Tengah. Film ini merupakan karya sineas muda Wicaksono Wisnu Legowo dan menjadi perwakilan Indonesia di ajang Oscar 2018.
Dalam film Turah, Wisnu menjelaskan fakta soal kesenjangan sosial di pelosok Tanah Air dengan rapi dan apik.
Film ini mengangkat kehidupan warga di Kampung Tirang, sebuah kampung yang berdiri di tanah timbul pesisir pantai Kota Tegal, yang miskin dan tertinggal. Meski jaraknya cukup dekat dengan pusat Kota Tegal, kampung ini bisa dibilang tak tersentuh listrik. Bahkan, warga kerap sekali kesulitan air bersih.
Ironi itu digambarkan Wisnu lewat rumah reot, pakaian lusuh, dan lingkungan yang kumuh, memperjelas kesenjangan di kampung tersebut.
Tahun 2016 lalu, film ini mendapatkan penghargaan di Geber Award, Netpac Award dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival, serta Singapore International Film Festival.
2. Ziarah.
foto: Instagram/@filmziarah
Film Ziarah karya sineas asal Yogyakarta, BW Purbanegara ini memang menarik perhatian penikmat film. Bahkan berhasil menyeruak di event film internasional diikuti raihan penghargaan bergengsi.
Film ini mendapat dua penghargaan dari ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017, juga dipilih sebagai Film Terbaik dalam ajang Salamindanaw Film Festival 2016 di Filipina.
Kisah Ziarah ini sendiri berfokus tentang Mbah Sri yang harus melanglang buana, menyusuri bukit hingga pelosok desa demi menemukan makam suaminya, Prawiro Sahid yang diduga tewas pada Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan saksi-saksi sejarah masa lalu saat para pahlawan turut berperang melawan penjajah.
Ziarah merupakan salah satu film berjenis road movie, di mana film ini bertumpu pada sebuah perjalanan. Lewat film ini kamu juga akan diajak melihat kehidupan warga desa Gunungkidul yang jauh dari hiruk pikuk Kota Yogyakarta.
Uniknya, pemeran utama dalam film ini bukanlah seorang aktris yang sering nongol di layar televisi lho, melainkan seorang wanita petani berusia 95 tahun asli Gunungkidul. Aktris ini dipilih sendiri oleh BW untuk memerankan tokoh Mbah Sri.
3. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak.
foto: Instagram/@cinesurya
Sebelum tayang di Indonesia, film karya Mouly Surya ini pernah berkunjung ke berbagai festival film Internasional, di antaranya Cannes, Selandia Baru, Toronto, Busan, Melbourne, dan Maroko.
Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak ini juga mendapat penghargaan sebagai film dengan skenario terbaik pada Festival International du Film deFemmesde Sale (FIFFS) di Maroko edisi ke-11. Selain itu, film ini juga meraih penghargaan Asian NestWave dari The QCinema Festival di Filipina.
Tak ketinggalan, Marsha Timothy selaku pemeran utama juga mendapat penghargaan sebagai aktris terbaik dari Sitges International Fantastic Film Festival.
Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak sukses mengangkat nuansa kehidupan di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Daerah setting film ini terpencil, asing dari kehidupan modern.
Film yang dirilis pada pertengahan November lalu ini sangat kental dengan adat dan tradisi daerah. Seperti mayat yang ditutupi kain tenun dan tidak harus dikubur dalam waktu dekat. Alur tersebut didukung dengan alat musik dan lagu Lahape Jodoh yang memantapkan suasana Sumba.
4. Siti.
foto: Wikipedia
Siti adalah film independen Indonesia yang disutradai oleh Eddie Cahyono. Film drama ini mengisahkan kisah Siti, seorang perempuan penjual peyek jingking (makanan ringan) di Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Ia terpaksa menjadi pemandu karaoke di malam hari, setelah suaminya lumpuh dalam kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya sekaligus menjebak Siti dalam lilitan utang.
Selain ceritanya, keunikan yang ditawarkan dari film ini adalah seluruh adegannya berwarna hitam putih.
Siti telah memenangkan beberapa penghargaan di luar negeri dan di dalam negeri, salah satunya dalam ajang 19th Toronto Reel Asian International Film Festival 2015 serta meraih penghargaan di Shanghai International Film Festival.
5. Laskar Pelangi.
foto: Wikipedia
Tak cuma di Indonesia, film Laskar Pelangi juga mendapat sambutan luar biasa di kancah Internasional. Terbukti, film yang mengadopsi cerita dari novel karya Andrea Hirata ini ditayangkan di beberapa negara lain seperti Spanyol, Italia, Hongkong, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Portugal, serta beberapa negara lainnya.
Film ini menceritakan tentang mimpi 10 anak di desa terpencil di Pulau Belitung, sebuah pulau kecil di lepas pantai timur pulau Sumatra dalam menempuh pendidikan.
Film yang dirilis pada September 2008 ini berusaha memperlihatkan kondisi sosial daerah Belitong pada era 70-an seperti kekontrasan nasib sekolah miskin dan sekolah ‘mewah’ milik perusahaan pertambangan.
Siapa sangka, film Laskar Pelangi berhasil meraih penghargaan dari The Golden Butterfly Award dalam kategori film terbaik di International Festival of Film for Children dan Young Adults di Hamedan, Iran. Penghargaan lainnya yang telah disabet oleh Laskar Pelangi di ajang penghargaan bergengsi yaitu dari Berlin International Film Festival tahun 2009 dan Asian Film 2009 di Hongkong.
Nggak heran, Laskar Pelangi kemudian disebut-sebut sebagai film yang menginspirasi banyak pihak. Tak hanya soal diri sendiri, film ini juga memperlihatkan bagaimana persahabatan bisa mengubah nasib.
Nah, Sobat Brilio, film-film di atas membuktikan bahwa kehidupan warga kampung yang jauh dari gegap gempita kehidupan modern tak kalah menarik untuk difilmkan. Film-film ini juga bisa menginspirasimu untuk berpikir lebih jauh apa arti kehidupan yang sesungguhnya dan membagikannya dalam bentuk karya.
Nah, saat ini di tengah tingginya antusiasme filmmaker muda di Tanah Air, Panasonic Young Filmmaker (PYFM) hadir lagi lho. Pada tahun 2017 ini, PYFM hadir dengan ragam inovasi yang disesuaikan dengan tren di industri kreatif Indonesia.
Mengusung tema ‘Inspire’, pagelaran PYFM 2017 ini menggandeng empat juri kenamaan seperti Anggy Umbara, sutradara film hits Comic 8: Casino King dan Benny Kadarhariarto untuk kategori short movie. Sedangkan untuk kategori online video bakal ada salah satu selebriti papan atas Tanah Air, Christian Sugiono dan Goenrock. Serta ada juri representatif dari PT Panasonic Gobel Indonesia untuk semua kategori, yakni Agung Ariefiandi, Marketing Communication Manager PT Panasonic Gobel Indonesia.
Bakal ada dua kategori yang dilombakan dalam PYFM, yaitu Short Movie dan Online Video. Kategori Short Movie merupakan produksi film dengan media konvensional dengan genre drama, komedi, horror, aksi, dan dokumenter yang berdurasi maksimal 15 menit.
Mekanisme pengiriman karyanya cukup mudah, lho. Jika kamu tertarik mendaftar untuk kategori Short Movie, kamu bisa mendaftarkan karyamu melalui email pyfm2017@lumixindonesia.id. Jangan lupa menyertakan keterangan mengenai, judul, sinopsis, desain poster film, nama anggota tim yang terlibat produksi yang terkait dan perannya, juga informasi peralatan yang digunakan, misalnya, kamera, lensa, software editing, dan lain-lain dalam karya yang kamu submit ya.
Kamu juga harus mengirimkan hasil karya melalui post dalam format CD/DVD ke alamat Panitia Panasonic Young Film Maker 2017. Head Office PT Panasonic Gobel Indonesia. JL. Dewi Sartika No.14 (Cawang II), Jakarta 13630. Semua karya harus dalam kualitas Full HD atau lebih tinggi ya.
Sedangkan online video merupakan produksi video dengan media online termasuk vlog, tutorial video, videographic, video montage, serta video komersil (TVC) yang berdurasi maksimal 5 menit.
Untuk mendaftar kategori online video, kamu bisa mendaftarkan karya dengan mengunggahnya di YouTube dengan menggunakan #PYFM2017 sebagai bagian dari judul. Setelah diunggah jangan lupa untuk mengirimkan link video tersebut ke email pyfm2017@lumixindonesia.id.
Sama seperti kategori short movie, karya yang kamu submit harus menyertakan keterangan mengenai, judul, sinopsis, desain poster film, nama anggota tim yang terlibat produksi yang terkait dan perannya serta informasi peralatan yang digunakan, misalnya, kamera, lensa, software editing, dan lain-lain.
Nah, tunggu apa lagi? Yuk buruan ikutan dan submit karya terbaikmu di PYFM. Soalnya, total hadiahnya senilai Rp 300 juta lho. PYFM 2017 sendiri akan dilaksanakan mulai dari 16 Oktober hingga 7 Januari 2018. Jangan sampai ketinggalan ya! Lihat syarat dan ketentuannya di sini.
Recommended By Editor
- 5 Alasan nonton Along With The Gods, film Korea tentang akhirat
- Ini keseruan pemain film Chrisye bermain Jawara, intip yuk!
- Demam Star Wars, booth GO-JEK di mal ini diserbu pengunjung
- 4 Trik agar terbebas spoiler film, dari hipnotis hingga filter medsos
- 9 Potret gemesnya Noah Jupe, pemeran Jack Will di film Wonder