Brilio.net - Seiring dengan kepopuleran manga karya Masashi Kishimoto, anime Naruto pun berhasil menjadi anime yang populer di dunia. Meski telah tamat dan dilanjutkan serial Boruto, namun pembahasan mengenai anime Naruto masih terus muncul. Selain menghadirkan pertarungan dan aksi yang seru, anime Naruto juga menyelipkan kisah-kisah yang inspiratif.
Beberapa kisahnya pun ada yang dinilai paling mengharukan. Momen inilah yang sering meninggalkan kesan di hati penggemar. Sebab jika sudah mengikuti animenya, penonton akan diajak menyelami setiap karakter dan latar belakang yang menyertai kisah mereka.
Sebagai ajang nostalgia, berikut delapan momen mengharukan di anime Naruto yang dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Kamis (27/2).
1. Kelahiran Naruto.
foto: naruto.fandom.com
Kisah dari kelahiran sang tokoh utama pada awalnya memang tidak tergambar dengan jelas. Penonton hanya tahu bahwa di dalam diri Naruto tersegel Kyubi yang pernah menghancurkan desa. Karena itulah setiap orang merasa takut dan mengucilkannya.
Lambat laun, kisah kelahiran Naruto pun terungkap. Naruto ternyata merupakan anak dari hokage keempat yakni Minato. Sedangkan ibunya adalah Kushina, jinchuriki Kyubi yang berasal dari klan Uzumaki.
Karena hamil, segel dalam tubuh Kushina pun melemah. Keadaan tersebut sudah diketahui Obito yang menyamar sebagai Madara dan ingin mengendalikan kyubi. Kushina pun melahirkan Naruto di ruang yang sudah diawasi ketat.
Namun pada akhirnya, ketakutan itu benar-benar terjadi. Kyubi mengamuk dan menghancurkan Konoha.
Minato berusaha keras untuk melindungi desa, termasuk anak dan istrinya. Namun keduanya berakhir tewas dan menyegel cakra Kyubi pada Naruto.
Sebelum benar-benar mati, Kushina banyak berpesan pada Naruto. Ia ingin Naruto makan yang banyak, mandi teratur, mematuhi guru dan masih banyak lagi. Pesan terakhir tersebut benar-benar tergambar menyedihkan sekaligus mengharukan.
2. Naruto bertemu dengan dengan ibunya, Kushina.
foto: naruto.fandom.com
Ketika Naruto belajar mengendalikan cakra Kyubi, ia pun bertemu ibunya, Kushina. Pada episode ini, Naruto mendapatkan pukulan dari sang ibu yang marah karena mengiranya sebagai bentuk asli Kyubi.
Nah, setelah dibuat tertawa, penonton akan disuguhkan scene mengharukan antara Naruto dan Kushina. Sebelumnya, Naruto sama sekali tidak mengetahui identitas orangtuanya. Ia begitu bahagia saat bertemu Kushina.
Pada momen itulah, Naruto bertanya hal yang membuatnya penasaran. Tak hanya soal Kyubi, Naruto juga bertanya bagaimana ayah dan ibunya jatuh cinta. Pertemuan mereka yang singkat itu telah membuat Naruto kembali bersemangat. Momen di mana Kushina menghilang saat hendak memeluk Naruto juga menjadi scene yang mengharukan.
3. Kematian Asuma.
foto: naruto.fandom.com
Kematian Asuma menjadi momen yang cukup menyedihkan sekaligus mengharukan. Menyedihkan karena Asuma harus tewas di hadapan ketiga muridnya, Shikamaru, Ino, dan Choji. Apalagi Asuma meninggalkan istrinya, Kurenai yang kala itu sedang mengandung.
Namun yang mengharukan, Shikamaru benar-benar sadar akan tanggung jawabnya. Ketika mengambil rokok milik Asuma, pikiran Shikamaru tertuju pada anak-anak dan generasi baru di Konoha. Ia bertekad untuk melindungi mereka dan mematuhi pesan terakhir gurunya.
4. Kematian Jirayya.
foto: naruto.fandom.com
Selanjutnya ada kematian Jirayya yang tak kalah emosional. Meski digambarkan sebagai sosok yang genit dan mesum, namun Jirayya adalah guru yang hebat.
Ia terbunuh saat melawan Pain yang tidak lain adalah muridnya sendiri. Jirayya bisa saja menghindar dan selamat dari tragedi tersebut, namun ia memilih menghadapi Pain demi mengetahui informasi tentang pimpinan akatsuki.
Yang mengharukan, Jirayya mengatakan tak masalah jika mati di tangan muridnya. Sebab jika muridnya lebih hebat dari Jirayya, maka itu akan menjadi kebanggaan dari sang guru. Setelah mendengar kabar meninggalnya Jirayya, Naruto pun begitu terpukul dan menangisi sosok yang ia anggap sebagai keluarganya itu.
5. Perpisahan Edo Tensei Itachi dan Sasuke.
foto: naruto.fandom.com
Meski Itachi adalah karakter dengan basis fans yang besar, momen ketika Itachi terbunuh tidak meninggalkan kesan yang kuat. Namun setelah Itachi muncul dalam bentuk Edo Tensei, perpisahannya dengan sang adik benar-benar mengharukan.
Momen itulah yang menjelaskan apa yang terjadi dengan Itachi selama ini. Sasuke mengetahui sendiri bagaimana pengorbanan sang kakak untuk melindungi desa. Ia melakukan pengorbanan dengan membunuh seluruh anggota klannya.
Sebelum Edo Tensei Itachi lenyap, ia sempat memperlihatkan rasa sayangnya pada sang adik dengan menjentikkan jarinya di dahi Sasuke. Sama persis dengan yang ia lakukan dahulu.
6. Perpisahan Naruto dan ayahnya, Minato.
foto: naruto.fandom.com
Selama perang dunia ninja, ayah Naruto, Minato dibangkitkan lagi dengan jutsu edo tensei. Setelah perang berakhir, edo tensei pun menghilang. Begitu pula dengan Minato.
Sebelum menghilang, Naruto sempat menghampiri sang ayah. Minato memberikan ucapan ulang tahun pada Naruto untuk pertama dan terakhir kalinya.
Scene ini semakin mengharukan karena Naruto mengatakan semua jawaban tentang pesan ibunya. Naruto meyakinkan Minato untuk mengatakan pada sang ibu bahwa ia baik-baik saja.
7. Pertarungan akhir Naruto dan Sasuke setelah perang.
foto: naruto.fandom.com
Selain pertarungan yang berlangsung seru, Naruto dan Sasuke juga berbagi perasaan. Pada scene inilah, penonton diperlihatkan mengapa Naruto bergitu berambisi mengejar Sasuke.
Sejak dulu, Naruto memang menganggap Sasuke sebagai rival. Namun ia juga menganggap Sasuke sebagai saudaranya. Baik Naruto maupun Sasuke sebenarnya sadar bahwa perasaan mereka saling terikat.
8. Pernikahan Naruto dan Hinata.
foto: naruto.fandom.com
Sebelum dilanjutkan dengan anime Boruto, anime Naruto ditutup dengan scene yang memperlihatkan pernikahan Naruto dan Hinata. Momen ini juga tak kalah mengharukan.
Pandangan Naruto sebelum menikah terus tertuju pada patung hokage, tepat di mana wajah ayahnya terukir. Setelah menghadapi kehidupan yang sulit, Naruto pada akhirnya memiliki keluarga. Ia punya istri yang sangat mencintainya dan dua anak yakni Boruto dan Himawari.
Reporter: Deta Jauda Najmah
