Brilio.net - Shai-Hulud sudah diperkenalkan sejak awal sebagai cacing pasir mematikan di Dune Universe. Cacing pasir tersebut menjadi simbol spiritual sekaligus budaya bagi masyarakat Fremen, penduduk asli di gurun Arrakis. Shai-Hulud menghasilkan larva cacing yang menyerupai Melange, rempah-rempah mirip kayu manis di film Dune.
Shai-Hulud terinspirasi dari naga dalam mitologi Eropa yang menjaga harta karun. Dalam film Dune, cacing pasir raksasa tersebut merupakan penjaga padang pasir yang menyimpan beragam rahasia yang belum banyak diungkapkan. Shai-Hulud menjadi satu-satunya makhluk di Dune Universe sebagai makhluk paling berbahaya sekaligus membawa berkah bagi penduduk Fremen. Dan hanya penduduk Fremenlah yang dapat mengendalikan cacing pasir raksasa tersebut.
Selain itu, Shai-Hulud merupakan makhluk hidup yang berusia ribuan tahun yang masih bertahan dan lepas dari proses evolusi. Hal tersebut membuat Shai-Hulud hidup lebih adaptif di gurun pasir yang gersang dan bahkan memperoleh makanan dari plankton pasir yang tersedia sangat melimpah.
Nah, untuk melengkapi informasi dari film Dune yang sudah tayang, berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumberRabu (3/11), 9 fakta unik Shai-Hulud, cacing pasir raksasa mematikan di film Dune.
1. Punya teritorial sendiri.
foto: imdb.com
Cacing pasir raksasa tersebut punya daerah teritorial sendiri. Hal ini membuat makhluk tersebut tidak berada di satu lokasi dalam waktu bersamaan. Jika hal itu terjadi, maka kedua cacing pasir raksasa tersebut akan bertarung dan memaksa pergi salah satunya.
2. Lemah terhadap air.
foto: imdb.com
Shai-Hulud atau cacing pasir raksasa lahir di sebuah planet yang terdiri dari gurun padang pasir. Selain itu, persediaan air di tempat semacam itu terbilang sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali. Hal inilah yang membuat proses evolusi Shai-Hulud tidak banyak bergantung dengan air atau bahkan alergi jika menyentuh air. Seperti yang sudah diketahui, air merupakan racun bagi cacing pasir dan bisa berujung pada kematian.
3. Sensitif dengan getaran.
foto: imdb.com
Shai-Hulud seperti sekian banyak spesies cacing pasir yang tidak punya indera penglihatan yang memadai. Walaupun begitu, cacing pasir tersebut sangat sensitif dengan getaran yang diciptakan dari pergeseran pasir. Getaran tersebut membuatnya lebih mudah mengunci gerakan musuh dan tidak akan melepaskan targetnya. Karena itu, jika ada seseorang terjebak di padang pasir dan bertemu dengannya, dapat dipastikan orang tersebut tidak akan selamat.
4. Ukurannya lebih dari 10 kali ukuran paus biru.
foto: imdb.com
Sebagai sebuah film fiksi ilmiah, ukuran Shai-Hulud pun terbilang sangat besar. Disebutkan bahwa ukuran Shai-Hulud sebesar 450 meter. Jika dibandingkan dengan makhluk hidup yang ada di bumi, cacing pasir tersebut setara 10 kali ukuran paus biru yang biasanya hanya panjang sekitar 33 meter. Beberapa teori menyatakan bahwa cacing pasir itu sebesar dua kali ukuran rata-rata, sekitar 700 hingga 1000 meter ada di Wilayah Kutub Selatan Arrakis.
5. Bisa hidup ribuan tahun.
foto: imdb.com
Tidak ada yang benar-benar tahu berapa umur Shai-Hulud atau cacing pasir raksasa ini. Namun, cacing pasir tersebut sudah dipastikan sudah ada sejak zaman dahulu kala di padang pasir Arrakis. Hal ini dibuktikan dengan beberapa cerita rakyat yang selalu menyebut Shai-Hulud sebagai cacing pasir raksasa yang mematikan. Walaupun begitu, beberapa teori menyatakan bahwa usia Shai-Hulud melampaui umur semua makhluk dalam Dune Universe. Selain itu, umur panjang tersebut sangat erat kaitannya dengan Melange, rempah-rempah misterius yang sangat melimpah di kawasan padang pasir.
6. Kulit Amor Shai-Hulud cukup kuat.
foto: imdb.com
Shai-Hulud mempunyai kulit sisik berwarna oranye yang cukup tebal dan kasar. Kulit tersebut berfungsi sebagai pelindung seluruh bagian tubuhnya. Bahkan, senjata terkuat pun tidak bisa merobek kulit cacing pasir tersebut. Salah satu cara yang digunakan oleh Fremen, masyarakat padang pasir, adalah dengan mencongkel satu tepi atau lebih dari sisiknya untuk masuk ke bagian dalam kulit cacing pasir yang lebih lembut. Hal ini membuat para Fremen bisa mengendarai cacing pasir raksasa yang tampak mengerikan ini.
7. Sebagai salah satu penghasil oksigen di Arrakis.
foto: Universal Picture
Sebagai daerah padang pasir, Arrakis tidak memiliki satu pun tanaman yang tumbuh sebagai penghasil oksigen. Walaupun begitu, ternyata Shai-Hulud mampu membantu dan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh kehidupan di tempat tersebut. Oksigen tersebut dihasilkan dari tubuh Shai-Hulud yang memiliki tanur yang cukup tinggi dan organ dalamnya menghasilkan suhu panas yang menjadi energi yang sangat besar. Cacing pasir tersebut adalah mata rantai lingkungan yang membuat kehidupan tetap bertahan di planet Arrakis yang kaya Rempah-rempah. Tanpa mereka, kehidupan di Arrakis akan binasa.
8. Shai-Hulud memakan pasir.
foto: Universal Picture
Salah satu faktor yang membuat Shai-Hulud terus hidup karena sumber makanannya terus terjaga. Sumber makanan tersebut berupa plankton pasir yang hanya hidup di gurun pasir Arrakis. Pasir Arrakis dipenuhi dengan mineral kering dan bahan-bahan yang dibutuhkan yang dapat membuat cacing pasir tersebut bisa hidup. Sumber makanan tersebut juga membuat aroma cacing pasir seperti Melange yang harumnya identik dengan kayu manis.
9. Simbol budaya dan spiritual.
foto: deviantart.com
Shai-Hulud tidak sekadar pemangsa raksasa dalam Dune Universe. Cacing pasir tersebut juga menjadi simbol budaya sekaligus simbol spiritual bagi penduduk Fremen. Shai-Hulud berperan sebagai manifestasi fisik dari Satu Tuhan mereka dari agama Zensunni asli yang mereka anut. Selain Shai-Hulud, penduduk Fremen punya nama lain untuk makhluk ini seperti Old Man of the Desert, Grandfather of the Desert, dan Old Father Eternity.
Recommended By Editor
- Ana de Armas jadi peran utama Ballerina, spin-off John Wick
- Sinopsis film Last Night in Soho, siap jadi teman Halloween kamu
- 5 Fakta post-credit Venom: Let There Be Carnage tentukan dunia Marvel
- 9 Kisah menarik Lizard, kadal buas musuh Spider-Man di No Way Home
- Sekuel kedua film Dune diumumkan, Denis Villeneuve beri bocoran