Brilio.net - Film sejarah Indonesia merupakan film yang menggambarkan kondisi masa lalu berdasarkan fakta-fakta sejarah. Namun, fakta-fakta tersebut sering kali mempunyai banyak versi. Mulai dari versi pemerintah yang sering dianggap sebagai sejarah resmi, sampai versi yang didapatkan dari penelitian langsung di lapangan dan menemukan versi yang berbeda dengan versi pemerintah.
Film-film tersebut hadir sebagai terjemahan dari sumber-sumber tertulis untuk ditampilkan secara visual. Namun, tidak semua fakta sejarah tersebut dapat diterima oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia.
Mulai dari film bertema perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga film terbaru tentang sejarah saat Raymond Westerling yang melakukan pembantaian massal di Sulawesi Selatan. Bahkan, beberapa film tersebut sampai menunggu puluhan tahun untuk bisa ditayangkan di layar lebar.
Dilansir Brilio.net dari berbagai sumber Jumat (13/8), berikut 7 film sejarah Indonesia yang menuai kontroversial.
1. Pagar Kawat Berduri (1961).
foto: Twitter/@kiatwansyah
Film Pagar Kawat Berduri mengisahkan perjuangan para pejuang sebelum masa kemerdekaan Indonesia yang ditahan di penjara Belanda. Para pejuang ini nekat menyuarakan revolusi dari dalam penjara. Dalam film ini, dikisahkan seorang bernama Parman yang berusaha melarikan diri dari penjara berteman dengan Koenen, salah satu perwira Belanda dengan niat untuk mencari informasi.
Film garapan Asrul Sani ini, dilarang tayang oleh Partai Komunis Indonesia karena menampilkan keakraban pejuang Indonesia dengan perwira Belanda. Partai ini menganggap bahwa film ini mengajak bersimpati kepada Belanda. Apalagi pada saat film ini akan ditayangkan, gelora Revolusi Indonesia masih terasa. Namun, film ini berhasil diselamatkan oleh Soekarno yang saat itu menjadi Presiden Indonesia, walau akhirnya juga tidak jadi tayang di bioskop. Film ini diputar kembali di bioskop pada 2018 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) dan Pusat Pengembangan Perfilman dengan proses restorasi.
2. Romusha (1972).
foto: filmindonesia.or.id
Seperti judulnya, film ini menggambarkan kisah pekerja paksa romusha pada masa penjajahan Jepang di Indonesia pada 1943-1944. Film besutan Herman Nagara ini dibintangi oleh Rofi'ie Prabancana dan A. Hamid Arief. Film mengisahkan Rota yang ditangkap pemerintah Jepang dan dimasukkan dalam kamp konsentrasi Romusha. Selama di kamp tersebut, Rota dipaksa bekerja tanpa diberi upah dan disiksa dengan kejam. Film ini direncanakan akan tayang pada 1972. Namun, rencana tersebut gagal karena muncul anggapan bahwa film ini akan mengganggu hubungan pemerintah Indonesia-Jepang yang saat itu sedang akrab. Film ini dilarang tayang oleh Departemen Penerangan demi menjaga hubungan diplomasi kedua negara tersebut.
3. Max Havelaar (1976).
foto: wikipedia.org
Film Max Havelaar merupakan film yang diangkat dari novel sejarah dengan judul yang sama karya Eduard Douwes Dekker atau Multatuli. Film ini menceritakan Max Havelaar yang saat itu menjabat sebagai asisten residen Lebak harus menghadapi pemerintah kolonial Belanda sekaligus penguasa lokal.
Film hasil kerja sama sineas Belanda dan Indonesia ini menuai kontroversi sehingga memakan waktu sampai tiga tahun penyelesaiannya. Selain itu, film sempat ditahan oleh Badan Sensor Film (BSF) selama 10 tahun. Film ini kembali mengalami nasib sial saat film ini tayang pertama kalinya di bioskop pada 1976. Film ini langsung dilarang oleh pemerintah Orde Baru.
4. Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI (1984).
foto: imdb.com
Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI merupakan film versi pemerintah tentang peristiwa 1965. Menurutku film ini, PKI merupakan pihak yang bertanggung jawab atas kematian tujuh jenderal revolusi dan ingin mengudeta pemerintah Soekarno.
Namun, sejarah versi film ini sangat diragukan oleh para sejarawan. Seperti yang dilansir dari Antara, Prof. Gusti Asnan, sejarawan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, menyatakan bahwa film ini semakin membuat ragu atas kebenaran yang ditampilkan.
"Sudah sekian puluh tahun film itu diputar dalam tanda kutip ternyata ada juga keraguan dan bahkan makin banyak keraguan orang akan kebenaran apa yang disampaikan dalam film tersebut," dikutip dari Antara, Jumat (13/8).
5. Merdeka 17805 (2001).
foto: imdb.com
Merdeka 17805 merupakan film hasil kolaborasi rumah produksi film dari Jepang dan Indonesia. Film ini diadaptasi dari kisah nyata tentang perjuangan sejumlah tentara Jepang yang turut andil dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Film ini menjadi salah satu film kontroversial karena menampilkan adegan perempuan Jawa tua mencium kaki tentara Jepang. Adegan ini dianggap menghina martabat orang Indonesia dan membuat film ini tidak begitu laris di Indonesia karena politik. Walaupun begitu, di Jepang sendiri film ini mendapat sambutan yang cukup baik.
6. The Act of Killing (2012).
foto: imdb.com
The Act of Killing merupakan sebuah film dokumenter dan menceritakan sejarah Indonesia yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia. Film hasil kerja sama antara sineas Denmark, Inggris, dan Norwegia ini menampilkan kisah tentang PKI. Bukan tentang kekejaman PKI, The Act of Killing menyorot para pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi selama 1965—1966.
The Act of Killing disambut dengan baik oleh penonton dunia, bahkan masuk dalam nominasi “Best Documentary Feature” Oscar 2014. Sayangnya, tema yang cukup sensitif ini enggak bisa diterima oleh pemerintah Indonesia. Walau enggak tayang secara bebas di bioskop, The Act of Killing akhirnya ditayangkan atas inisiatif masyarakat secara tertutup.
7. Senyap (2014).
foto: imdb.com
Senyap merupakan film yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer. Film ini menuai kontroversial saat tayang di berbagai daerah di Indonesia secara. Sebab, film ini menampilkan para pelaku dan algojo pembantaian massal simpatisan PKI di beberapa tempat dan berbeda dengan sejarah versi pemerintah. Film ini juga menampilkan ormas-ormas yang terlibat dalam peristiwa kelam tersebut.
8. Soekarno: Indonesia Merdeka (2013).
foto: imdb.com
Film Soekarno: Indonesia Merdeka sebenarnya enggak benar-benar dilarang tayang di Indonesia. Namun, sebelum ditayangkan pada Desember 2013, film ini sempat menimbulkan kontroversi antara MVP Pictures dan salah satu anaknya Soekarno, yaitu Rachmawati Soekarnoputri.
Awalnya, Rachmawati setuju untuk mengawasi proses produksi Soekarno: Indonesia Merdeka. Namun di tengah proses produksi, Rachmawati enggak setuju dengan pemilihan Ario Bayu dan penggambaran Soekarno di film. Rachmawati bahkan sampai meminta Soekarno: Indonesia Merdeka enggak ditayangkan di bioskop dan mengajukan gugatan kepada MVP Pictures. Pada akhirnya, gugatan Rachmawati dibatalkan pengadilan pada Agustus 2014.
9. The East (2021).
foto: imdb.com
The East merupakan film tentang perang di Sulawesi Selatan dan menyorot peristiwa pembantaian Massal yang dilakukan oleh Raymond Westerling. Film ini diprotes oleh Palmyra, putri Westerling yang merasa keberatan dengan film Belanda ini. Palmyra menilai, apa yang dilakukan oleh ayahnya merupakan tindakan yang benar dan bahkan ayahnya disebut sebagai Ratu Adil.
Selain itu, Ank Bijleveld, Menteri Pertahanan Belanda menyampaikan kekecewaannya terhadap film ini karena meresahkan veteran perang. "Sangat disayangkan film De Oost menimbulkan keresahan di kalangan veteran Hindia Belanda. Mereka dikirim ke Hindia atas nama para politisi dan dengan mempertaruhkan nyawa mereka sendiri. Hal utama adalah bahwa mayoritas telah melayani di sana tanpa menggunakan kekerasan ekstrim," tulis Ank Bijleveld di akun Twitternya pada 12 Mei 2021 lalu.
Recommended By Editor
- 7 Potret Reza Rahadian di Festival Film International Locarno Swiss
- 5 Fakta film Kapan Hamil?, Fedi Nuril dan Laura Basuki jadi pasutri
- 7 Alasan wajib nonton Paradise Garden, dibintangi Vanesha Prescilla
- 7 Film perjuangan Indonesia tayang Agustus 2021, bisa bakar semangat
- 12 Tahun berlalu, ini potret terbaru 7 pemain 'Air Terjun Pengantin'