Brilio.net - Nama Joko Anwar tentu sudah tak asing lagi di dunia perfilman Indonesia. Sutradara yang dikenal lewat film-film horornya ini kini kembali menggarap film melalui rumah produksi Come and See Pictures yang digawanginya bersama produser Tia Hasibuan. Dalam sesi Content Day Joko Anwar 'Siksa Kubur' yang dihadiri brilio.net pada Senin (4/3), Joko Anwar menceritakan apa yang menjadi inspirasinya dalam membuat film berjudul Siksa Kubur.

Sedari kecil, Joko Anwar banyak mendengar cerita mengenai siksa kubur. Bahkan sebelum dirinya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD). Menurutnya, cerita yang didengarnya tersebut amat mengerikan dan membuatnya terus teringat hingga dewasa.

"Dari kecil kita sebagai orang Islam dapat pendidikan agama sejak SD. Bahkan saat mengaji kita selalu diberi tahu soal siksa kubur sama ustaz. Nah buat seorang anak yang masih belum mengetahui tentang salah dan benar, saat diceritakan bahwa kalau kita tidak beriman nantinya akan disiksa itu kan mengerikan. Dan itu teringat terus sampai aku dewasa," ungkapnya.

Karena cerita tersebut terus terngiang di pikirannya, Joko Anwar mengaku memiliki keinginan untuk membuat film ini sejak dulu. Namun saat itu ia belum berani lantaran merasa film ini memerlukan kedewasaan serta diperlukan riset panjang dan mendetail yang sesuai dengan kaidah dan ajaran agama Islam.

Joko Anwar berharap film Siksa Kubur bisa jadi bahan renungan © berbagai sumber

foto: brilio.net/Dewi Suci

"Jadi sebelum bikin film horor apa pun, aku pengin bikin film siksa kubur tapi belum tahu caranya seperti apa. Tia yang merupakan produser sekaligus partner kerjaku sejak 2004 bilang bahwa kalau ingin membuat film tentang siksa kubur, harus sesuai kaidah dan ajaran agama," imbuhnya.

Sampai akhirnya ia berkesempatan untuk bekerja sama dengan Justin Lin yang merupakan sutradara film Fast and Furious. Ia menjadi salah satu sutradara Tanah Air yang mendapatkan kesempatan untuk membuat sebuah film pendek berdurasi tujuh menit.

"Tahun 2012 aku dikontak oleh Justin Lin, sutradara film Fast and Furious untuk membuat film pendek berdurasi tujuh menit. Dan nggak boleh ada dialog. Aku berpikir ini kesempatan yang luar biasa untuk memfilmkan siksa kubur," terang Joko Anwar.

 

 

Joko Anwar berpikir bahwa ternyata banyak yang tertarik dengan cerita tentang siksa kubur. Bahkan film pendeknya juga cukup sering digunakan untuk berceramah. Berangkat dari film pendek yang dibuatnya 12 tahun silam, Joko Anwar mengembangkan cerita siksa kubur di film pendeknya menjadi sebuah film layar lebar.

"Ini bukan cuma sesuatu yang penting bagi aku untuk aku ceritakan, tetapi penting juga untuk orang-orang mendengar cerita tentang siksa kubur. Maka dari itu aku berani bikin film panjang tentang siksa kubur," ucapnya.

Film ini juga sekaligus menjadi film ke-10 Joko Anwar selama berkecimpung di industri perfilman sebagai seorang filmmaker. Di momen tersebut, ia mengaku ingin menciptakan sebuah karya dengan penceritaan yang dewasa dan bermakna.

Joko Anwar berharap film Siksa Kubur bisa jadi bahan renungan © berbagai sumber

foto: brilio.net/Dewi Suci

"Aku meromantisasi perjalananku sebagai filmmaker. Ini kan film ke-10 ku dan kayaknya ini film yang paling bermakna. Dan untuk topik seperti seperti ini, kita nggak bisa mengerjakannya kalau kita belum dewasa. Jadi film ini aku kembangkan ketika aku sebagai filmmaker dan sebagai manusia lebih dewasa untuk menceritakannya, sehingga filmnya bisa lebih bermakna," jelas Joko Anwar.

Dalam menggarap film ini, Joko Anwar juga membeberkan proses riset yang ia lakukan bersama timnya untuk membuat karya yang tak hanya menampilkan kisah mencekam, tetapi juga bisa menjadi momen untuk refleksi diri.

"Sekarang impactnya jadi lebih reflektif. Ketika selesai nonton filmnya, kita terdiam dan jadi merenung soal kehidupan setelah kematian. Selama proses riset, kita juga banyak mengumpulkan buku dan mendengarkan ceramah. Alhamdulillah saat ini ceramah tentang apa pun termasuk isu tentang siksa kubur bisa kita dapatkan dari hadits yang sahih. Kita kumpulkan fakta-faktanya, baru kita bikin ceritanya," tuturnya.

Tak hanya melakukan banyak riset dari buku dan ceramah, Joko Anwar bersama tim juga membuka sesi diskusi bersama beberapa pihak yang ahli di bidangnya untuk saling memberikan masukan mengenai skenario film. Ia turut mengundang penulis, jurnalis, dan tokoh yang memahami lebih dalam tentang agama Islam. Barulah setelah diskusi, ia dan tim memutuskan mana yang akan diimplementasikan ke dalam film.

"Jadi begitu skenario dibuat, draft pertama aku share ke produser dan teman-teman, lalu kita diskusi untuk jadi draft selanjutnya. Kita ada 3 draft, draft 1 dan 2 itu kita bahas secara internal, lalu draft ke 3 kita undang beberapa pihak yang ahli di bidangnya untuk diskusi bersama dan memberikan masukan. Ketika syuting juga ada masukan dari para pemain," ungkap Joko.

Meski banyak menceritakan tentang siksa kubur yang dipercaya oleh umat Islam, namun Joko Anwar mengatakan bahwa ini merupakan sebuah film universal yang dapat dinikmati oleh lintas agama dan kepercayaan. Ia berharap film ini dapat menjadi bahan renungan bagi para penonton.

"Dari awal kita sudah sepakat untuk membuat sebuah film yang universal dari sudut pandang agama Islam. Untuk yang beragama Islam, ini bisa jadi bahan pemikiran, karena dekat dengan mereka. Sementara untuk orang yang tidak beragama Islam, film ini bisa menjadi bahan renungan," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Joko Anwar juga membeberkan makna di balik poster film Siksa Kubur yang menampilkan 12 pocong. Menurutnya, poster tersebut menggambarkan tentang 12 golongan manusia yang dibangkitkan di alam kubur. Selain itu, terlihat pula wajah manusia yang hancur karena terkena siksaan di alam kubur.

"Ini film yang interaktif, jadi endingnya tergantung partisipasi para penonton. Ada sesuatu yang baru di ending cerita," pungkasnya.