Brilio.net - Selama ini orang Indonesia Timur selalu diidentikkan sebagai kelompok masyarakat yang keras, temperamental, dan selalu berkutat pada urusan baku pukul alias berkelahi. Tak heran jika mereka kerap dilekatkan pada kehidupan premanisme, bodyguard, dan penjaga lahan-lahan kosong.
Mereka kerap dipandang sebagai masyarakat yang mengandalkan otot ketimbang otak. Wajar jika mereka selalu disandarkan pada profesi penagih hutang (debt collector). Tetapi di sisi lain, orang Indonesia Timur juga dipandang sebagai kelompok masyarakat yang memiliki talenta berkesenian, piawai dalam urusan tarik suara dan menari.
Stereotip inilah yang mencuat dalam Kaka Boss sebuah film besutan Imajinari. Film komedi keluarga ini terasa sangat kental nuansa Indonesia Timur. Maklum, film ini disutradarai komedian Arie Kriting, pria kelahiran Kendari, Sulawesi Tenggara. Ini merupakan debut Arie sebagai penulis dan sutradara.
Dari sisi cerita, film ini sejatinya menyajikan kisah sederhana tentang sebuah keluarga. Bernarasi tentang kecintaan tulus seorang ayah kepada anak perempuannya yang beranjak remaja. Sebuah kisah yang sangat dekat dengan banyak penonton. Bukan cerita yang istimewa.
foto: brilio.net/yani andriyansyah
Namun dengan kepiawaian Arie meramu cerita, film ini menjadi menarik dengan unsur budaya kehidupan masyarakat Timur Indonesia yang diracik secara komedi sekaligus keharuan yang bisa mengucurkan air mata. Istilahnya, meski film ini bernuansa komedi tetapi juga mengandung bawang.
Dalam film ini bagaimana seorang ayah, sosok Ferdinand Kaka Boss Omakare yang diperankan Godfred Orindeod, debt collector asal Indonesia Timur yang ditakuti di Jakarta ingin membuktikan dirinya bisa menjadi kebanggaan anak perempuan semata wayangnya. Kaka Boss ingin melakukan apa saja demi sang putri, Angel (Glory Hillary). Ia ingin Angel bangga pada profesinya. Sayangnya, debt collector di mata Angel tak lebih dari sekadar preman, bukanlah profesi yang bisa dibanggakan.
Dari sinilah muncul keinginan Kaka Boss untuk beralih profesi sebagai seorang penyanyi. Konflik pun dimulai. Kaka Boss tidak memiliki talenta menyanyi seperti kebanyakan orang Indonesia Timur. Namun orang di sekitarnya, karena merasa takut mengecewakan, terpaksa menyanjung Kaka Boss memiliki suara emas yang amazing.
Belakangan, Kaka Boss tahu dirinya tidak memiliki suara emas seperti yang digembar-gemborkan. Ia marah dan kecewa sejadi-jadinya. Keluarlah watak aslinya sebagai orang Indonesia Timur. Namun pada akhirnya, ia menyadari bahwa untuk menjadi kebanggaan putrinya, tak harus menjadi penyanyi. Ia memiliki bakat lain yang bisa diperlihatkan pada sang putri sekaligus membanggakannya.
Mengungkap sisi lain Indonesia Timur
Yang jelas film Kaka Boss mengungkap sisi lain Indonesia Timur yang selama ini selalu dipotret dengan kesedihan, kesengsaraan dan keterbelakangan.
Selama ini Indonesia Timur selalu dipotret sebagai wilayah dengan berbagai kesedihan, penih konflik, susah air, sekolah jauh, tidak ada sarana yang memadai. Intinya terbelakang, ujar Arie dalam konferensi pers film Kaka Boss, di Epicentrum, Jakarta, Kamis (22/8).
Lewat Kaka Boss, Arie ingin memberikan gambaran yang berbeda kepada penonton untuk melihat Indonesia Timur. Karena itu ia ingin menyajikan opsi yang berbeda melalui film ini. Sebagai orang Timur, saya capek dijadikan bahan bersyukurnya orang-orang. Saya merasa butuh opsi lain, tegasnya.
Selain itu, film ini juga menjadi wadah bagi para seniman Indonesia Timur untuk berekspresi. Tak heran jika film ini sebagian besar dibintangi para pemeran yang berdarah Indonesia Timur. Arie menyebut Kaka Boss menjadi etalase bagi para seniman Indonesia Timur yang selama ini kurang terepresentasikan di perfilman Indonesia.
Teman-teman dari Indonesia Timur tidak punya banyak kesempatan untuk bisa bermain di film. Kalaupun ada, karakternya tidak jauh-jauh dari stereotip yang sudah ada. Saya berharap Kaka Boss bisa menjadi etalase bagi seniman Indonesia Timur. Mulai dari akting, menyanyi, menari, dan komedi, kata Arie.
Sementara itu, produser Kaka Boss Ernest Prakasa mempercayakan seluruh prosesnya terhadap Arie Kriting. Sebab, film ini berangkat dari keresahannya. Imajinari berupaya memberikan ruang yang bisa mengamplifikasi suara dari kreator yang memiliki visi dan cerita yang kuat.
Cerita yang dibawa Arie Kriting lewat Kaka Boss sangat kuat. Membawa kisah tentang keluarga Indonesia Timur yang autentik. Membawa keberagaman representasi di sinema Indonesia. Semoga penonton juga bisa relate dengan cerita keluarga yang ada di film ini, dan terhibur dengan komedinya, ujar Ernest.
Kaka Boss dibintangi Godfred Orindeod, Glory Hillary, Mamat Alkatiri, Abdur Arsyad, Putri Nere, Ernest Prakasa, Nowela Mikhelia, Aurel Mayora, Chun Funky Papua, Elsa Japasal, Aurel Mayori, Bima Azriel, Reinold Lawalata, Teddy Adhitya, Ge Pamungkas, Priska Baru Sagu, dan Adrian Mattheis. Film Kaka Boss akan tayang serentak di jaringan bioskop Indonesia mulai 29 Agustus 2024. Catat tanggalnya!
Recommended By Editor
- Tak hanya Kang Mak, ini rekomendasi 7 film Indonesia yang diadaptasi dari luar negeri
- Antusiasme tinggi, tiket nonton duluan film Kaka Boss di Jakarta laris manis
- Kuasa Gelap tayang Oktober 2024, ini 10 rekomendasi film tentang pengusiran setan yang bikin merinding
- Dibintangi Febby Rastanty, Seni Memahami Kekasih siap tayang 5 September 2024
- Film drama supernatural 'Para Perasuk' umumkan nama pemain, Maudy Ayunda hingga Angga Yunanda