Brilio.net - Satu lagi film karya anak bangsa yang berhasil mengharumkan nama Indonesia. Film berjudul Tengkorak karya Yusron Fuadi berhasil lolos ke ajang festival film internasional, Cinequest Film dan VR Festival. Film bergenre fiksi ilmiah (sci-fi) ini masuk dalam jajaran film terbaik pada gelaran Cinequest yang akan digelar di Sillicon Valley, California, Amerika Serikat pada Maret mendatang.

Sebelum tampil di Amerika Serikat, film karya dosen Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada ini telah memukau banyak pecinta film Tanah Air di ajang Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2017 lalu. Film Tengkorak ini juga disaksikan beberapa sutradara ternama seperti Joko Anwar, Ifa Isfansyah, dan Hanung Bramantyo. Mereka memberikan apreasiasi terkait karya Yusron Fuadi.

film tengkorak Istimewa

foto: Instagram/@ tengkorak.crew

Ditemui brilio.net, Rabu (31/1) di sebuah kafe kawasan Kotabaru, Yogyakarta, sang sutradara Yusron Fuadi menceritakan, saat ditayangkan di JAFF 2017, filmnya tak hanya bersampingan dengan karya Joko Anwar, tapi juga menyita perhatian dari sutradara top Indonesia itu. Saat itu Joko menilai Tengkorak yang dibintangi Eka Nusa Pertiwi sebagai tokoh utamanya ini sebagai karya yang bagus.

Apresiasi besar dariJoko Anwar ini sebanding dengan jalan panjang yang harus dilalui Yusron untuk merampungkan film pertamanya itu. Butuh 127 hari syuting bagi pria 35 tahun ini untuk memenuhi kebutuhan gambar dalam filmnya.

Meski proses syutingnya 127 hari, tapi sebenarnya film karya dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi jurusan Ilmu Komputer dan Sistem Informasi (KOMSI) ini total menghabiskan waktu tiga tahun untuk rampung. "Itu sebuah proses produksi yang tak lazim untuk film panjang. Biasanya film panjang sebulan syuting jadi tapi kita tiga tahun," tutur Yusron. Film Tengkorak memulai syuting di Yogyakarta pada akhir 2014 dan berakhir pada November 2017.

film tengkorak Istimewa

Proses syuting Film Tengkorak/foto: Instagram/@tengkorak.crew

Lamanya waktu untuk benar-benar menyelesaikan film ini karena tidak ada produser besar di belakang film ini. Sementara Yusron sendiri juga punya kesibukan menjadi dosen di UGM. "Abis aku gajian kita bisa syuting agar aku bisa ngasih makan kru makanya butuh waktu tiga tahun," jelas pria yang akrab disapa Mas Yos ini. "Kita tidak bisa membayar kru, bayar artis, artinya kita tidak bisa mem-booking dia 2 bulan full tanpa dia ngapa-ngapain."

Mayoritas kru film ini masih mahasiswa, para pemainnya juga punya pekerjaan lain, begitu juga dirinya yang harus ngajar. "Jadi di sela-sela waktu, kami buat film Tengkorak," terang lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu.

Yusron dan tim sudah mencoba untuk mencari sponsor, namun banyak yang menolak. Tapi ini tak menyurutkan tekatnya untuk menyelesaikan film ini. Alhasil, untuk menutupi kekurangan biaya produksi, Yusron dan teman-temannya melakukan patungan.

Walaupun dalam keterbatasan finansial, tapi film ini mendapat dukungan besar dari aktor dan aktris profesional seperti Eka Nusa Pertiwi yang pernah bermain di Mata Tertutup karya Garin Nugroho, Guh S Mana, Rukman Rosadi, Kedung Dharma, fotografer Darwis Triadi Giras Basuwondo, hingga Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto. Mereka para pekerja yang sukarela tanpa dibayar.

Hingga film ini jadi, Yusron tidak mencatat berapa biaya pasti yang dikeluarkan. Tapi, menurut perkiraannya sekitar Rp 400 juta hingga Rp 500 juta. "Itu budget yang sangat murah untuk film Indonesia," tegas pria asal Sleman itu. Biasanya, kata dia, satu film Indonesia bergenre horor bisa menghabiskan sekitar Rp 1 miliar. "Garap film biayanya di bawah 1 miliar itu keajaiban."

film tengkorak Istimewa

Produser Film Tengkorak, Anindita (kanan) dan Sutradara Yusron/foto: brilio.net/@vindiasari

Produksi film Tengkorak ini melibatkan lebih dari 100 kru yang terdiri dari mahasiswa 3-4 generasi jurusan KOMSI. Selama penggarapan film, Yusron tak hanya menjadi sutradara, tapi juga terlibat menjadi kameramen hingga aktor. "Bisa dibilang bebannya Mas Yos 10 kali lipat dari kru lain karena men-direct iya, megang kamera iya, ngajakin anak-anak iya, ngapalin naskah iya," timpal Produser Film Tengkorak, Anindita Suryarasmi.

Anindita sendiri merupakan rekan sesama dosen dan tertarik bergabung karena dirinya menyukai film dan memiliki kemampuan komputer. Wanita asal Gamping, Sleman ini awalnya mendapat tawaran untuk bagian visual efeknya.

Kini film Tengkorak sedang menunggu turunnya izin edar dari Lembaga Sensor Film (LFS), setelah proses pengajuan pada akhir tahun 2017. Yusron berharap film karyanya ini bisa tayang reguler di jaraingan bioskop di Indonesia. "Kita pengen film ini ketemu audiensnya, nggak tahu Indonesia sudah siap fiksi ilmiah karya Indonesia sendiri belum."

film tengkorak Istimewa

foto: Instagram/@tengkorak.crew

Menembus Cinequest Film dan VR Festival 2018
Film Tengkorak sendiri bercerita tentang penemuan fosil tengkorak manusia dengan panjang 1.850 meter. Penemuan ini membuat binggung banyak kalangan hingga memicu perdebatan antara pihak yang menghendaki agar ditutup rapat-rapat dengan pihak yang ingin menelitinya.

Perdebatan ini membuat seorang gadis tertarik untuk menemukan misteri dari tengkorak raksasa itu. Petualangan gadis tersebut terangkum dalam film berdurasi 130 menit ini.

Naskah film ini ditulis sendiri oleh Yusron, terinspirasi dari pengalaman masa kecilnya saat mengikuti Taman Pendidikan Alquran (TPA). Sekitar satu tahun Yusron memantapkan naskahnya hingga kemudian mantab untuk proses syuting.

Kerja keras para kru akhirnya berbuah manis. Setelah sempat beberapa kali tidak lolos dalam ajang festival, akhirnya film Tengkorak mendapat tempat di festival film. Bahkan, film ini menembus festival internasional Cinequest Film dan VR Festival 2018.

"Kita submit seperti festival pada umumnya, eh ternyata masuk. Itu berita yang sangat menyenangkan untuk kita. Jadi secara moral saya sudah bisa 'oh ini lho kepada kru yang tak bayar tiga tahun akhirnya diakui'," syukur Yusron.

Penasaran dengan karya fiksi ilmiah milik Yusron Fuadi? Berikut trailer film Tengkorak yang brilio.net lansir dari youtube.