Brilio.net -
Kisah perjuangan seorang perempuan memang selalu menarik untuk diangkat ke layar lebar. Sudah banyak lho film yang mengangkat kisah heroisme perempuan dalam memperjuangkan hidup.
Salah satunya adalah Brimstone (2017), satu dari sekian banyak film yang diputar dalam gelaran Europe On Screen (EOS) 2017. Film bergaya western yang memuat adegan dendam berdarah ini tak hanya menampilkan kekerasan semata, tapi juga sarat referensi alkitab.
Sutradara asal Belanda Martin Koolhoven yang juga sekaligus penulis skenario menjadikan film ini begitu epik. Film ini bercerita tentang sebuah kisah kejadian yang tidak terungkap di Amerika pada akhir abad ke-19.
Kisah kelam yang dialami ibu muda bersama keluarganya dengan kehidupan yang berubah drastis ketika datang seorang pendeta di desa tempat mereka tinggal.
Kisah dalam film ini makin menarik karena menampilkan cerita wanita yang dipermainkan kaum laki-laki dalam dunia yang brutal dan misoginistik (kebencian terhadap perempuan). Kaum perempuan dianggap masalah. Hak perempuan ditindas secara sadis.
Dalam film yang terbagi dalam empat bab (Revelation, Exodus, Genesis, dan Retribution) ini, Liz yang diperankan Dakota Fanning digambarkan sebagai sosok perempuan yang lama menderita.
Dikisahkan, Liz si bisu yang bekerja sebagai bidan tahu betul dirinya dalam bahaya besar begitu pertama kali melihat seorang pendeta fanatik jahat yang diperankan Guy Pearce. Dalam film drama thriller misteri ini, Liz harus berjuang menjaga dirinya serta keluarganya tetap aman.
Teror demi teror dialami Liz bersama suaminya Eli (William Houston), putrinya Sam kecil (Ivy George) dan putra tirinya, Mathhew (Jack Hollington). Mulai dari serangan Nathan (Bill Tangradi) yang menganggap Liz membunuh anaknya saat proses kelahiran hingga kejahatan yang dilakukan sang pendeta, termasuk saat menikam suaminya.
Film yang diproduseri Els Vandevorst yang berdurasi 2 jam 28 menit ini benar-benar menggambarkan epik kemenangan hidup dan kisah perjuangan perempuan yang tahan terhadap kekejaman yang tidak mengenal ampun.
Setiap potongan kisah dalam film ini pada tiap babnya saling berkaitan satu sama lain. Pada bab pertama, Liz sama sekali tidak berbicara. Namun, dia memiliki wajah yang sangat ekspresif.
Pada bab kedua (Exodus), Liz digambarkan sebagai sosok yang sama dengan Joanna (Emilia Jones) yang hidup di rumah bordil. Hanya saja di bab ini dia bisa bicara.
Kisah di bab dua ini juga nggak kalah epik lho. Dibumbui adegan-adegan kekerasan terhadap perempuan yang ditampilkan secara gamblang. Misalnya, bagaimana Frank (Paul Anderson) si pemilik rumah bordil di kota pertambangan Bismuth memotong lidah Elizabeth Brundy (Carla Juri), salah satu pelacur yang menggigit lidah pelanggannya.
Cerita di film ini diakhiri dengan keputusan Liz bunuh diri dengan menyeburkan diri ke danau saat hendak dibawa ke Bismuth untuk digantung. Saat berada di atas rakit, pandangan Liz menerawang menyaksikan putrinya Sam yang tampak baik-baik saja tanpa dia.
Karena tidak ingin ditaklukkan pada kehendak orang lain, Liz memutuskan melemparkan dirinya ke danau dan tenggelam. Yang jelas, film yang tayang perdana di Belanda pada 12 Januari 2017 ini benar-benar menggambarkan kekuatan perjuangan seorang perempuan.
Nih tarilernya:
Recommended By Editor
- 7 Ide menu makan siang ala rumahan, lezat, tidak bikin bosan dan mudah dibuat
- Film ini tayang selama 20 tahun non stop, rekor terlama di dunia
- 9 Resep makanan tradisional Indonesia, enak, sederhana, dan mudah dibuat di rumah
- Dead Squad, film horor kelas Hollywood yang lokasi syutingnya di Bali
- 10 Resep masakan Jepang yang enak dan mudah dibuat di rumah
- Lihat, bagaimana para editor film 'membohongi' matamu
- Di festival ini kamu bisa nonton puluhan film berkualitas, gratis lho
- 7 Fakta yang perlu kamu tahu sebelum menonton film Critical Eleven