Brilio.net - Film "Eyang Ti," sebuah drama keluarga yang dirilis pada 17 Desember 2021 melalui platform streaming Klikfilm, telah menimbulkan perdebatan antara kritikus film dan penonton. Meskipun demikian, film ini masih menarik perhatian publik dengan cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan konflik yang kompleks.

Berdasarkan ulasan dari berbagai sumber, "Eyang Ti" membahas tema hubungan mertua-menantu yang sering kali menjadi titik kontroversi dalam keluarga. Cerita ini berkembang sekitar sosok Eyang Ti, panggilan nenek dalam bahasa Jawa, yang hidup bersama anak, menantu, dan cucunya. Namun, akibat kesalahpahaman yang terus-menerus dengan menantunya, Eyang Ti akhirnya dipindahkan ke panti werda. Keputusan ini tidaklah menyelesaikan masalah dalam keluarga inti, malah membuat semakin banyak kesalahpahaman timbul antara ibu dengan anak serta suami dengan istri.

Sinopsis film Eyang Ti

Cerita "Eyang Ti" dimulai dengan Eyang Ti yang hidup bersama keluarganya. Akan tetapi, karena seringnya terjadinya kesalahpahaman dengan menantunya, Ratna, maka Eyang Ti akhirnya dipindahkan ke panti werda. Namun, keputusan ini tidaklah menyelesaikan masalah dalam keluarga inti. Bahkan, semakin banyak kesalahpahaman timbul antara ibu (Ratna) dengan anak-anaknya dan suami (suami) dengan istri (ibu).

Setelah mengetahui bahwa pasangan suami-istri tersebut tidak dapat mempunyai anak, keduanya memutuskan untuk mengadopsi anak. Anak yang mereka adopsi ternyata berjenis kelamin perempuan. Pada film ini, pemilihan anak perempuan tidak menimbulkan permasalahan bagi keluarga tersebut, meski ada pandangan patriarki bahwa penerus garis keturunan adalah laki-laki. Cerita ini justru digambarkan bahwa sosok mertua yang kemudian menjadi Eyang Ti sangat senang dengan keberadaan anak tersebut. Sosok Eyang Ti juga tidak mempermasalahkan fakta bahwa anak tersebut adalah anak angkat, bukan anak kandung, seperti yang diharapkannya. Ditambah lagi, sang Eyang Ti mengambil alih anak tersebut hingga pada titik memberi nama tanpa mendiskusikannya dengan ibunya. Hal ini menambah luka yang dirasakan oleh menantu (Ratna).

Selain konflik dengan mertua, luka batin yang dirasakan oleh Ratna juga bermanifestasi menjadi konflik pada orang-orang di sekitarnya, yakni suami dan anak-anaknya. Konflik ini terlihat saat Eyang Ti memilih untuk keluar dari rumah. Hal ini mengakibatkan konflik antara Ratna dengan suami dan anak-anaknya karena mereka ingin menahan Eyang Ti untuk tidak keluar dari rumah. Sayangnya, karena adanya perbedaan pendapat di antara mereka, hal ini memicu konflik dalam keluarga tersebut. Akhirnya, semakin berjalannya waktu, hubungan antara Ratna dengan suami dan anak-anaknya semakin merenggang.
Luka yang terus menerus dipendam, alih-alih diselesaikan, justru mendapatkan luka-luka baru. Akhirnya, luka-luka ini juga akan keluar dan memberi dampak pada hubungan antarpribadi dalam keluarga. Komunikasi adalah kunci dalam menyelesaikan konflik ini. Kesalahan dalam berkomunikasi telah memicu konflik yang kompleks antara Eyang Ti dengan menantunya (Ratna).

Alasan harus menyaksikan film Eyang Ti

Meskipun film "Eyang Ti" memiliki durasi singkat, yakni 64 menit, cerita yang kompleks dan tema hubungan keluarga yang sensitif membuatnya layak untuk disaksikan.

Berikut beberapa fakta menarik mengenai film "Eyang Ti":

1. Drama keluarga: Film ini membahas tema hubungan keluarga yang sering kali menjadi titik kontroversi dalam kehidupan sehari-hari. Cerita yang dekat dengan realitas membuat penonton dapat merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh karakter dalam film.

2. Akting Widyawati: Artis senior Indonesia, Widyawati, memberikan performa yang impresif dalam film ini. Ia berhasil menciptakan suasana dramatis yang kuat meski dengan durasi singkat.

3. Chemistry antarpemain: Meskipun chemistry antarpemain masih perlu ditingkatkan, aktor dan aktris dalam film ini berhasil menciptakan atmosfer yang hangat dan dekat dengan kehidupan sebenarnya. Beby Tsabina, misalnya, menampilkan akting yang lebih baik dari sebelumnya.

4. Konflik Kompleks: Film ini tidak hanya membahas konflik antara eyang ti dengan menantu, tapi juga dampaknya pada anggota keluarga lainnya. Luka-luka batin yang belum terselesaikan makin memicu konflik internal dalam keluarga.