Brilio.net - Hari ini, Kamis (1/8) film thriller Kabut Berduri resmi tayang di Netflix. Berlatar di perbatasan Indonesia-Malaysia, Kabut Berduri bercerita tentang kisah detektif perempuan dari Jakarta yang menginvestigasi serangkaian pembunuhan mengerikan di Kalimantan. Kasus ini dipenuhi ketegangan, takhayul, dan cerita-cerita gelap di daerah perbatasan.

Edwin sebagai sutradara mengaku, inspirasi film ini muncul pada awal tahun 2000-an setelah mendapat cerita tentang kerja-kerja antropologi Dave Lumenta, narasumber serta tim penata musik dalam film ini, di daerah perbatasan. Penelitian tersebut menggagas lahirnya konsep visual adegan penemuan mayat di zona tak bertuan, yang menjadi adegan pembuka film ini.

“Bagaimana kalau ada mayat yang ditemukan di daerah itu? Di daerah no man’s land. Kata Dave, kadang diurus kadang tidak diurus karena daerah itu bukan tanggung jawab negara mana pun,” kata Edwin dikutip brilio.net dari keterangan press release.

pemain Kabut Berduri lakukan perjalanan darat 22 jam © 2024 brilio.net

foto: dok. Netflix

Menjalani syuting selama 5 minggu Kalimantan, rupanya menjadi pengalaman tersendiri untuk para pemain. Perjalanan panjang menuju lokasi syuting juga jadi kenangan membekas di ingatan para aktor. Terlebih lokasi itu berada di perbatasan antara Malaysia dengan Indonesia.

“Pesawat ke sana terbatas, cuma dua kali seminggu,” kata Kiki Narendra yang memerankan Agam.

Ia dan Siti Fauziah, pemeran Umi, tidak bisa lupa pengalaman mereka melakukan perjalanan darat 22 jam dari Pontianak menuju perbatasan Badau.

“Naik mobil 22 jam di Jawa sama di Kalimantan itu pengalaman yang berbeda banget. Sepanjang jalan [di Kalimantan] cuma ada hutan, kebun sawit,” kata Siti Fauziah.

Edwin sendiri sengaja ingin datang langsung ke Kalimantan untuk menangkap realitas kultur dan masyarakat di daerah tersebut. Kesempatan ini juga ia gunakan untuk mempersembahkan cerita-cerita dari luar Jawa yang jarang hadir di industri film Indonesia.

“Saya tertarik sekali dengan cerita, kultur, dan termasuk hidup orang-orang di sana. Ternyata apa yang kita lihat dari sudut pandang orang yang tinggal di Jakarta atau Jawa terhadap mereka yang tinggal di perbatasan itu sama sekali jauh dari yang benar-benar terjadi. Ada banyak yang saya pelajari tentang Indonesia, lewat (kacamata) perbatasan,” kata Edwin.

Kiki mengagumi keputusan Edwin untuk syuting langsung di Kalimantan. “Saya pernah tanya ke Mas Edwin, kenapa mesti syuting jauh-jauh ke sana? Jawabannya bikin saya kagum. Beliau bilang, mata kami para aktor itu tidak bisa bohong. Kalau kami sudah melewati jalan panjang untuk sampai ke sana, kamera bisa menangkap pengalaman itu lewat mata kami,” ujarnya.

pemain Kabut Berduri lakukan perjalanan darat 22 jam © 2024 brilio.net

foto: dok. Netflix

Sementara, Putri Marino sebagai pemeran utama mengaku rela memotong rambutnya pendek sekali demi mendalami karakter Sanja. Para aktor juga diberi kesempatan untuk bertemu dan mengobrol dengan polisi untuk memahami lebih dalam tentang perbatasan.

“Kesempatan itu sangat membantu untuk melihat perspektif mereka sebagai orang yang bekerja di daerah itu,” tambah Putri.

Memerankan Sanja bukan pengalaman pertama Putri Marino berperan sebagai polisi, setelah ia memerankan seorang polisi bernama Dina di film The Big Four dari sutradara Timo Tjahjanto. Meski profesinya serupa, Putri mengaku pengalaman memerankan Sanja dan Dina cukup berbeda.

“Sebagai Sanja, saya harus lebih mendalami hierarki dan keprofesian polisi. Itu penting untuk mendalami pikiran karakter ini, yang dikirim dari Jakarta, kota besar, ke daerah perbatasan,” kata Putri.

Ia merasa beruntung karena diberi waktu reading yang cukup untuk mendalami karakter Sanja. Palari juga menyiapkan berbagai workshop untuk para aktor, termasuk kelas menembak.

Selain Putri Marino, film ini juga dibintangi oleh banyak aktor dan aktris populer, seperti Lukman Sardi, Nicholas Saputra, Yusuf Mahardika, Yoga Pratama, Kiki Narendra, dan banyak lagi.